NAKAL
Waktu aku kecil dan tumbuh remaja
Suasana dikampungku masih nyaman dan damai
Siang hari anak-anak usia sekolah pergi sekolah
Malam hari surau batu tempat mengaji penuh
Malam mingggu kadang diisi dengan acara lomba di surau batu
Minggu pagi kadang ada didikan subuh
Masa kecil yang sangat indah
Walau begitu
Ada beberapa anak-anak yang nakal
Di sekolah suka berantam
Ngaji kadang tidak mau
Kalau ngaji sering kena pukul
Kadang suka nganggu anak perempuan
Akhirnya sekolahpun tidak tamat SD
Atau hanya tamat SD
Kecil-kecil sudah merokok
Kecil-kecil sudah bikin onar
Dan lain sebagainya
Malangnya
Yang baik-baik umumnya pergi merantau
Yang nakal umumnya tinggal dikampung
Di kampung mereka berkembangbiak
Perangai anak tidak jauh beda dengan bapak
Malangnya
Sudah lama surau batu terhenti jadi tempat ngaji
Kadang guru yang tidak ada
Kadang murid yang menghilang
Kondisi yang tak pernah terfikirkan
Dampak nya dikemudian hari
Entah siapa yang akan mendidik anak dari anak nakal
Entah siapa yang mendidik anak supaya tidak nakal
Entah siapa yang akan mengajari AlQuran jadi tuntunan
Entah siapa yang salah
Entah siapa yang bertanggung jawab
Entah siapa ...
Sekilas saat ini
Kalau kita melihat di jam sekolah
Kita akan terkagum kagum
Semua siswa berbaju muslim
Kata pujian akan keluar
Hebat Ranahminang
Akan lebih hebat
Kalau pemerintah tidak hanya memperhatikan bungkus
Tapi memikirkan juga isi
Wajibkan anak-anak mengaji sejak usia dini
Bengkulu, 12 Desember 2007
Hanifah Damanhuri
Rabu, 12 Desember 2007
Selasa, 11 Desember 2007
ABS SBK PEMERSATU RANAHMINANG
Menurut hikayat
Untuk mengakhiri
Perang saudara antara
Kaum adat dan kaum agama
Di Ranah Minangkabau
Dibuat kesepakatan bahwa
Adat Bersandi Sarak
Sarak Bersandi Kitabullah
Artinya ABS BSBK pemersatu rananhminang
Adat berbuhul sentak
Artinya Adat bersifat dinamis
Kuat keimanan suatu kaum yang menjadikan Alquran
Sebagai penuntun hidup
Akan berpengaruh kepada adat atau kebiasaan
Yang mereka pakai dalam kehidupan sehari hari dalam nagari
Dan sebaliknya
Lemah pengetahuan suatu kaum tentang Alquran
Lemah keimanan suatu kaum dan jauh dari tuntunan Alquran
Juga akan tercermin pada adat di suatu nagari
Kalau kita merasa adat tak sejalan dengan agama
Periksa dulu
Apakah pembelajaran di bidang agama sudah semestinya?
Periksa diri sendiri
Apa yang sudah dilakukan untuk Agama ?
Bisakah kita jadi tauladan untuk yang lain ?
Tanya diri sendiri
Kenapa kita tercerai berai ?
Adatkah yang salah ?
Tuntunankah yang tidak lagi menuntun?
Mari kita evaluasi bersama
Paling tidak, evaluasi diri sendiri
ABS SBK
Kalau dijalankan menurut semestinya
Insya Allah
Kita akan selamat dunia akhirat
Tanggungjawab siapa
Agar ABS SBK bisa jalan menurut semestinya?
Ayo kita pikirkan bersama
Menurut info
Tak ada dokumentasi
Perjanjian tentang ABS SBK
Biarin aja
Andaipun ada
Tetap saja bagi yang beragama Islam
AlQuran adalah tuntunan dalam kehidupan
Saat ini
Kata berita
Warga Ranahminang
Jauh dari tuntunan AlQuran
Salah siapa ?
Apa yang salah ?
Bengkulu, 8 Desember 2007
Hanifah Damanhuri
Untuk mengakhiri
Perang saudara antara
Kaum adat dan kaum agama
Di Ranah Minangkabau
Dibuat kesepakatan bahwa
Adat Bersandi Sarak
Sarak Bersandi Kitabullah
Artinya ABS BSBK pemersatu rananhminang
Adat berbuhul sentak
Artinya Adat bersifat dinamis
Kuat keimanan suatu kaum yang menjadikan Alquran
Sebagai penuntun hidup
Akan berpengaruh kepada adat atau kebiasaan
Yang mereka pakai dalam kehidupan sehari hari dalam nagari
Dan sebaliknya
Lemah pengetahuan suatu kaum tentang Alquran
Lemah keimanan suatu kaum dan jauh dari tuntunan Alquran
Juga akan tercermin pada adat di suatu nagari
Kalau kita merasa adat tak sejalan dengan agama
Periksa dulu
Apakah pembelajaran di bidang agama sudah semestinya?
Periksa diri sendiri
Apa yang sudah dilakukan untuk Agama ?
Bisakah kita jadi tauladan untuk yang lain ?
Tanya diri sendiri
Kenapa kita tercerai berai ?
Adatkah yang salah ?
Tuntunankah yang tidak lagi menuntun?
Mari kita evaluasi bersama
Paling tidak, evaluasi diri sendiri
ABS SBK
Kalau dijalankan menurut semestinya
Insya Allah
Kita akan selamat dunia akhirat
Tanggungjawab siapa
Agar ABS SBK bisa jalan menurut semestinya?
Ayo kita pikirkan bersama
Menurut info
Tak ada dokumentasi
Perjanjian tentang ABS SBK
Biarin aja
Andaipun ada
Tetap saja bagi yang beragama Islam
AlQuran adalah tuntunan dalam kehidupan
Saat ini
Kata berita
Warga Ranahminang
Jauh dari tuntunan AlQuran
Salah siapa ?
Apa yang salah ?
Bengkulu, 8 Desember 2007
Hanifah Damanhuri
Senin, 10 Desember 2007
KA di LEmbah MERapi SINGgalang
Dulu ketika aku kecil
Dari jendela kamarku yang menghadap ke gunung Merapi
Aku sering menyaksikan iringan KA melintas dengan asapnya yang mengepul keudara
Dengan suara tuuuiiitttt tuuuiiiittttt tuuuuiiiiiitttt
Suara tersebut dijadikan penunjuk waktu oleh warga dikampungku Sungai Tanang
Suara tersebut menandakan hari pukul 7 pagi WIB (kalau ndak salah)
Ketika SMP sering juga aku dan teman-teman
Menyaksikan KA mendaki dengan susah payah
Bergerak meninggalkan Stasiun Padang Luar menuju Sungai Buluh
Nafas terasa lega ketika menyaksikan
Rangkaian KA tersebut berhasil melewati pendakian yang terjal tersebut
Mengingatkanku pada istilah yang sering dipakai
Untuk mengingatkan seseorang yang gelisah melihat orang lain
" kereta nan mandaki, angok no nan sasak "
Tidak tau sejak kapan
Aku tidak lagi menyaksikan KA melewati LEMERSING
Tidak tau sejak kapan
Aku melihat rumah-rumah mungil hadir di rel KA sepanjang LEMERSING
Kadang aku melamun
Kalau ada pemilu di Banua
Memilih masuk Bkt atau Agam
Pemilih harus ber KTP Banua
Bisa kubayangkan siapa pemenangnya
Ya.. mungkin dimenangkan oleh mereka yang ber KTP Banua
Tapi bukan warga banua sejati
Bengkulu, 16 Februari 2006
Hanifah Damanhuri
Dari jendela kamarku yang menghadap ke gunung Merapi
Aku sering menyaksikan iringan KA melintas dengan asapnya yang mengepul keudara
Dengan suara tuuuiiitttt tuuuiiiittttt tuuuuiiiiiitttt
Suara tersebut dijadikan penunjuk waktu oleh warga dikampungku Sungai Tanang
Suara tersebut menandakan hari pukul 7 pagi WIB (kalau ndak salah)
Ketika SMP sering juga aku dan teman-teman
Menyaksikan KA mendaki dengan susah payah
Bergerak meninggalkan Stasiun Padang Luar menuju Sungai Buluh
Nafas terasa lega ketika menyaksikan
Rangkaian KA tersebut berhasil melewati pendakian yang terjal tersebut
Mengingatkanku pada istilah yang sering dipakai
Untuk mengingatkan seseorang yang gelisah melihat orang lain
" kereta nan mandaki, angok no nan sasak "
Tidak tau sejak kapan
Aku tidak lagi menyaksikan KA melewati LEMERSING
Tidak tau sejak kapan
Aku melihat rumah-rumah mungil hadir di rel KA sepanjang LEMERSING
Kadang aku melamun
Kalau ada pemilu di Banua
Memilih masuk Bkt atau Agam
Pemilih harus ber KTP Banua
Bisa kubayangkan siapa pemenangnya
Ya.. mungkin dimenangkan oleh mereka yang ber KTP Banua
Tapi bukan warga banua sejati
Bengkulu, 16 Februari 2006
Hanifah Damanhuri
Selamat Ultah Bapak Syafroedin Bahar
Terlahir dan dibesarkan
Di stasiun KA Padang Panjang
Di picu oleh ...
Kehidupan yang sulit
Rasa sayang ke orang tua
Rasa tanggung jawab sebagai anak tertua
Memaksamu untuk ikut bekerja keras
Membantu ibumu berjualan kue
Memaksamu untuk belajar keras
Agar bisa merobah kehidupan
Kehidupan yang keras di stasiun
Tak berpengaruh padamu
Anugrah kepintaran dan semangat yang tinggi
Kebiasaan bekerja habis-habisan
Serta terbukanya peluang jadi ABRI, politisi dll
Membuat hidupmu akhirnya berubah
Kemiskinan seakan menjauh darimu
Berbagai pujian kamu terima
Berbagai jabatan penting kamu emban
Sampai setua ini
Semangatmu untuk mengabdi tak pernah mati
Tanggal 10 Agustus 2007
Usiamu tepat 70 tahun
Ku ucapkan Selamat Ulang Tahun
Semoga jerih payahmu untuk nusa dan bangsa
Menjadi ibadah bagimu
Sehingga kelak di akhirat
Terbuka pintu sorga untukmu
Amin ya Rabbal alamin
Bengkulu, 7 Agustus 2007
Hanifah Damnhuri
Di stasiun KA Padang Panjang
Di picu oleh ...
Kehidupan yang sulit
Rasa sayang ke orang tua
Rasa tanggung jawab sebagai anak tertua
Memaksamu untuk ikut bekerja keras
Membantu ibumu berjualan kue
Memaksamu untuk belajar keras
Agar bisa merobah kehidupan
Kehidupan yang keras di stasiun
Tak berpengaruh padamu
Anugrah kepintaran dan semangat yang tinggi
Kebiasaan bekerja habis-habisan
Serta terbukanya peluang jadi ABRI, politisi dll
Membuat hidupmu akhirnya berubah
Kemiskinan seakan menjauh darimu
Berbagai pujian kamu terima
Berbagai jabatan penting kamu emban
Sampai setua ini
Semangatmu untuk mengabdi tak pernah mati
Tanggal 10 Agustus 2007
Usiamu tepat 70 tahun
Ku ucapkan Selamat Ulang Tahun
Semoga jerih payahmu untuk nusa dan bangsa
Menjadi ibadah bagimu
Sehingga kelak di akhirat
Terbuka pintu sorga untukmu
Amin ya Rabbal alamin
Bengkulu, 7 Agustus 2007
Hanifah Damnhuri
Jumat, 07 Desember 2007
Temanku dari Aceh
Temanku dari Aceh
Ketika tsunami melanda Aceh
Ingatanku melayang kepada seseorang
Bagaimanakah nasibnya dan keluarga
Tanyaku dalam hati
Ketika sekolah dulu
Dia sangat usil
Kutanya dia dibulan ramadhan
Apa dia berpuasa
Jawabnya “ Dirumah aku berpuasa “
Sholatpun enggan dia kerjakan
Katanya “ Tidak akan di terima Tuhan “
Beberapa hari yang lalu
Aku bertemu temannya dari Aceh
Ku dapat berita
Rumah nya hancur
Anak gadisnya yang cantik jelita
Hilang di telan Tsunami
Ku hubungi dia lewat Hp
Jawabnya “ Ketika itu aku dan istri berangkat naik haji”
Mataku terbelalak tak percaya
Sampai lupa mengucapkan turut berduka cita
Bengkulu, 22 Juni 2005
Hanifah Damanhuri
Ketika tsunami melanda Aceh
Ingatanku melayang kepada seseorang
Bagaimanakah nasibnya dan keluarga
Tanyaku dalam hati
Ketika sekolah dulu
Dia sangat usil
Kutanya dia dibulan ramadhan
Apa dia berpuasa
Jawabnya “ Dirumah aku berpuasa “
Sholatpun enggan dia kerjakan
Katanya “ Tidak akan di terima Tuhan “
Beberapa hari yang lalu
Aku bertemu temannya dari Aceh
Ku dapat berita
Rumah nya hancur
Anak gadisnya yang cantik jelita
Hilang di telan Tsunami
Ku hubungi dia lewat Hp
Jawabnya “ Ketika itu aku dan istri berangkat naik haji”
Mataku terbelalak tak percaya
Sampai lupa mengucapkan turut berduka cita
Bengkulu, 22 Juni 2005
Hanifah Damanhuri
Anne Rena Ackerman
Anne Rena Ackerman
Anne Rena Ackerman
Namamu terasa asing oleh lidah Minangku
Tapi aku cukup akrab dengan nama Ackerman
Kelaklah kuberitau Ackerman yang kukenal
Anne Rena Ackerman
Aku bangga padamu
Bangga pada bundamu
Yang masih ingat Ranah Minang
Anne Rena Ackerman
Tertumpang harapanku padamu
Harapan Ranah Minangku ikutan terkenal
Terkenal sampai ke ujung dunia
Anne Rena Ackerman
Tak kenal maka tak sayang
Tak sayang maka tak cinta
Kenalkanlah Ranah Minang
Biar semua cinta
Anne Rena Ackerman
Ingin ku tatap kamu dari dekat
Menyaksikan lenggang lenggokmu
Tapi aku hanya bisa kirim doa
Semoga kamu menang
Bengkulu, 4 Juli 2007
Hanifah Damanhuri
Anne Rena Ackerman
Namamu terasa asing oleh lidah Minangku
Tapi aku cukup akrab dengan nama Ackerman
Kelaklah kuberitau Ackerman yang kukenal
Anne Rena Ackerman
Aku bangga padamu
Bangga pada bundamu
Yang masih ingat Ranah Minang
Anne Rena Ackerman
Tertumpang harapanku padamu
Harapan Ranah Minangku ikutan terkenal
Terkenal sampai ke ujung dunia
Anne Rena Ackerman
Tak kenal maka tak sayang
Tak sayang maka tak cinta
Kenalkanlah Ranah Minang
Biar semua cinta
Anne Rena Ackerman
Ingin ku tatap kamu dari dekat
Menyaksikan lenggang lenggokmu
Tapi aku hanya bisa kirim doa
Semoga kamu menang
Bengkulu, 4 Juli 2007
Hanifah Damanhuri
BERUBAH
BERUBAH
Dulu kamu marah padaku
Karena aku tidak santun
Dulu kamu marah padaku
Karena menurutmu aku tidak suka budaya leluhur
Kamu yang ku kenal santun
Kamu yang kukenal mencintai budaya leluhur
Akhirnya mengucapkan Selamat tinggal padaku
Dan tak pernah kembali lagi
Gamang sendirian
Aku berkelana kemana aku suka
Kadang kulihat kamu
Kadang kamu melihat aku
Tapi kita seakan tidak saling kenal
Aku tidak yakin kamu bisa tenang
Kalau aku dimarah orang
Aku tidak yakin kamu bisa tenang
Kalau aku memarahi orang
Aku tidak yakin kamu tersenyum
Kalau aku disanjung orang
Aku tidak yakin kamu tersenyum
Kalau aku menyanjung orang
Belakangan kamu berubah
Rasa santun seakan terlepas darimu
Kamu sakiti orang yang dihormati banyak orang
Aku juga menghormatinya
Aku tak melihat apa alasanmu
Apa karena aku ?
Bengkulu, 18 Februari 2007
Hanifah Damanhuri
Dulu kamu marah padaku
Karena aku tidak santun
Dulu kamu marah padaku
Karena menurutmu aku tidak suka budaya leluhur
Kamu yang ku kenal santun
Kamu yang kukenal mencintai budaya leluhur
Akhirnya mengucapkan Selamat tinggal padaku
Dan tak pernah kembali lagi
Gamang sendirian
Aku berkelana kemana aku suka
Kadang kulihat kamu
Kadang kamu melihat aku
Tapi kita seakan tidak saling kenal
Aku tidak yakin kamu bisa tenang
Kalau aku dimarah orang
Aku tidak yakin kamu bisa tenang
Kalau aku memarahi orang
Aku tidak yakin kamu tersenyum
Kalau aku disanjung orang
Aku tidak yakin kamu tersenyum
Kalau aku menyanjung orang
Belakangan kamu berubah
Rasa santun seakan terlepas darimu
Kamu sakiti orang yang dihormati banyak orang
Aku juga menghormatinya
Aku tak melihat apa alasanmu
Apa karena aku ?
Bengkulu, 18 Februari 2007
Hanifah Damanhuri
Kenangan Ketika Melahirkan Putra Pertama
Kenangan Ketika Melahirkan Putra Pertama
Aku dan suamiku waktu itu (1986 - 1987) berada dikota yang beda
Aku di kota Bengkulu bekerja sebagai PNS
Suamiku di Tanjung Ampalu Sumbar juga sebagai PNS
Mula-mula aku menyewa rumah
Aku merasa takut dan sepi ketika sendirian tanpa suami
Lalu aku merengek di kantor
Agar dibolehkan juga tinggal di mess
Bersama teman-teman yang masih gadis
Alhamdulillah … walau tak lazim
Aku dibolehkan tinggal di mess.
Mungkin karena temanku gadis semua
Sikapkupun tak obahnya seperti gadis juga
Hanya saja makin lama perutku makin buncit
Dan akupun Alhamdulillah selalu sehat
Sekitar delapan bulan usia kandunganku
Suamiku membawa aku pulang ke Padang
Kerumah kakakku yang tua
Yang sedang mengambil spesialis penyakit dalam di UNAND
Setelah aku di Padang
Suamiku pulang ke tempat tugasnya
Suatu sore sekitar jam 4 (beberapa hari setelah di Padang)
Aku terkejut
Kok tiba-tiba aku pipis sembarangan
Dimana berdiri disitu aku pipis
Aku bangunkan uni yang lagi tidur
Ku lihat uni lebih terkejut lagi
Apalagi waktu itu suaminya lagi keluar
Uni langsung tanya
“Mau ke rumah sakit atau klinik bersalin
Istirahat saja dulu di tempat tidur ya
Kita tunggu uda pulang “
Kulihat kakakku gelisah sekali
Sementara aku bingung enggak mengerti
Ketika uda (suami kakakku) pulang
Mereka langsung bawa aku ke RSU Padang
Turun dari mobil, aku disuruh naik kursi roda
Dalam hati aku heran, kok aku di dorong
Ketika di kursi roda
Aku mulai merasakan perutku tegang
Aku langsung dibawa keruang periksa
Kata dokter yang memeriksa
Sebentar lagi lahir sudah pembukaan …. (aku lupa)
Aku terkejut luar biasa, mana suamiku pasti tidak tau
Mewndengar itu aku mengigil ketakutan
Ketika dibawa keruang bersalin
Aku masih menggigil..
Salahku sendiri karena tidak pernah bertanya
Apa tanda tanda mau melahirkan
(Rupanya pipis sembarangan tersebut karena ketuban pecah)
Aku dibaringkan di tempat bersalin
Yang dikelilingi beberapa dokter termasuk uniku
Mereka ajarkan posisi dan cara mengejan
Ada juga yang mengusap usap perutku yang buncit
Saat itu aku masih menggigil dan diliputi rasa takut
Tiba tiba uniku membisikkan
“ Ada suamiku diluar”
Tenagaku seperti bertambah
Sekitar jam 9 malam lahirlah seorang putra dari rahimku
Alhamdulillah…
Kata dokter yang mengusap perutku
“Ibunya putih kok anaknya hitam?”
dijawab kakakku “ bapaknya hitam”
Aku ikut tersenyum bahagia
Apalagi ada papanya yang akan mengazankan di luar
Penderitaan melahirkan rupanya belum berakhir
Dokter harus menjahit luka-luka ku
Karena aku ketakutan dan menggigil
Luka yang kualami cukup parah
Aku sudah rapi dan dibawa kekamar pasien sekitar jam 12 malam
Esok siangnya teman disebelahku bertanya
“ Sakit nggak kalau pipis?”
Aku bilang “ aku tidak pernah pipis “
“ Tuh ada dua kantong di sebelah.
Satu kantong pipis, satu kantong darah,
Semalam ibu mandi darah di ruang bersalin “ katanya
Desember 2006
Hanifah Damanhuri
Aku dan suamiku waktu itu (1986 - 1987) berada dikota yang beda
Aku di kota Bengkulu bekerja sebagai PNS
Suamiku di Tanjung Ampalu Sumbar juga sebagai PNS
Mula-mula aku menyewa rumah
Aku merasa takut dan sepi ketika sendirian tanpa suami
Lalu aku merengek di kantor
Agar dibolehkan juga tinggal di mess
Bersama teman-teman yang masih gadis
Alhamdulillah … walau tak lazim
Aku dibolehkan tinggal di mess.
Mungkin karena temanku gadis semua
Sikapkupun tak obahnya seperti gadis juga
Hanya saja makin lama perutku makin buncit
Dan akupun Alhamdulillah selalu sehat
Sekitar delapan bulan usia kandunganku
Suamiku membawa aku pulang ke Padang
Kerumah kakakku yang tua
Yang sedang mengambil spesialis penyakit dalam di UNAND
Setelah aku di Padang
Suamiku pulang ke tempat tugasnya
Suatu sore sekitar jam 4 (beberapa hari setelah di Padang)
Aku terkejut
Kok tiba-tiba aku pipis sembarangan
Dimana berdiri disitu aku pipis
Aku bangunkan uni yang lagi tidur
Ku lihat uni lebih terkejut lagi
Apalagi waktu itu suaminya lagi keluar
Uni langsung tanya
“Mau ke rumah sakit atau klinik bersalin
Istirahat saja dulu di tempat tidur ya
Kita tunggu uda pulang “
Kulihat kakakku gelisah sekali
Sementara aku bingung enggak mengerti
Ketika uda (suami kakakku) pulang
Mereka langsung bawa aku ke RSU Padang
Turun dari mobil, aku disuruh naik kursi roda
Dalam hati aku heran, kok aku di dorong
Ketika di kursi roda
Aku mulai merasakan perutku tegang
Aku langsung dibawa keruang periksa
Kata dokter yang memeriksa
Sebentar lagi lahir sudah pembukaan …. (aku lupa)
Aku terkejut luar biasa, mana suamiku pasti tidak tau
Mewndengar itu aku mengigil ketakutan
Ketika dibawa keruang bersalin
Aku masih menggigil..
Salahku sendiri karena tidak pernah bertanya
Apa tanda tanda mau melahirkan
(Rupanya pipis sembarangan tersebut karena ketuban pecah)
Aku dibaringkan di tempat bersalin
Yang dikelilingi beberapa dokter termasuk uniku
Mereka ajarkan posisi dan cara mengejan
Ada juga yang mengusap usap perutku yang buncit
Saat itu aku masih menggigil dan diliputi rasa takut
Tiba tiba uniku membisikkan
“ Ada suamiku diluar”
Tenagaku seperti bertambah
Sekitar jam 9 malam lahirlah seorang putra dari rahimku
Alhamdulillah…
Kata dokter yang mengusap perutku
“Ibunya putih kok anaknya hitam?”
dijawab kakakku “ bapaknya hitam”
Aku ikut tersenyum bahagia
Apalagi ada papanya yang akan mengazankan di luar
Penderitaan melahirkan rupanya belum berakhir
Dokter harus menjahit luka-luka ku
Karena aku ketakutan dan menggigil
Luka yang kualami cukup parah
Aku sudah rapi dan dibawa kekamar pasien sekitar jam 12 malam
Esok siangnya teman disebelahku bertanya
“ Sakit nggak kalau pipis?”
Aku bilang “ aku tidak pernah pipis “
“ Tuh ada dua kantong di sebelah.
Satu kantong pipis, satu kantong darah,
Semalam ibu mandi darah di ruang bersalin “ katanya
Desember 2006
Hanifah Damanhuri
Tiada Daya Tiada Upaya Kecuali Izin Allah (Gempa Bengkulu 2007)
Tiada Daya Tiada Upaya Kecuali Izin Allah
(Gempa Bengkulu 2007)
Kemaren sore
Ketika sibuk menyiapkan menu untuk makan malam dan sahur
Tiba-tiba terasa ada goyangan
Aku lihat air minum bergerak kencang
Kumatikan kompor
Ku berlari keluar rumah
Ke lokasi yang agak nyaman dari bangunan
Di depan sudah berdiri anak gadisku
Adik lelaki ku
Semenrata suamiku lagi mandi
Istri dan anak-anak dari adikku lagi bepergian
Mereka berada di Bengkulu dalam rangka liburan
Biasanya mereka di Melborne Australia
Kami bertiga bersimpuh dan berangkulan
Sambil komat kamit baca doa
Kadang-kadang aku berteriak
Memanggil suamiku
Yang akhirnya keluar masih pakai CD
Kain sarung ditangannya he he he
Kami saksikan rumah sebelah
Yang bertingkat dua
Berayun-ayun serta rontok sebagian
Rumah tersebut barusan di panjar adikku
Tiga hari yang lalu
Sebelum gempa dia berada di rumah tersebut
Bersih-bersih
Setelah gempa reda
Hari sudah mulai gelap
Lampu listrik mati
Kami keluar gang dan menuju Mesjid
Disana telah berkumpul warga
Dengan wajah ketakutan dan pasrah
Tak lama istri adikku dan anak-anaknyapun datang
Sibuklah kami berbagi cerita
Dan akhirnya sholat magrib di Mesjid
Selesai sholat
Rasa takut belum hilang
Karena ada info akan ada Tsunami
Kakiku terasa berat dilangkahkan
Mau lari kemana ???
Hanya ada dua titik yang jadi tujuan
Tujuan untuk semua warga Bengkulu
Tetanggaku sudah ada yang ngungsi
Banyak yang siap untuk ngungsi
Kami siapkan juga mobil
Untuk tidur di mobil
Biar tidak masuk angin
Masuk rumah tidak berani
Kaki ku terasa berat dan gemetar
Suamiku dan adikku
Berani masuk rumah
Mereka siapkan tempat istirahat
Sekaligus untuk makan malam dan sahur
Dengan menyulap garasi
Berdinding pagar tetangga
(wah barusan aku berlari keluar karena terasa gempa)
Ketika Isya
Kami kembali ke Mesjid
Sholat Isya sekaligus Tarawih
Lalu ditutup dengan Zikir Bersama
Tak lupa Ustaz berpesan
Jangan khawatir
Kembalilah ke rumah
Akhirnya kami lalui makan malam dan sahur dengan nikmat
Tadi pagi ketika aku tertidur dimobil
Semua berteriak gempa lagi
Begitulah situasi kami saat ini
Mohon doa untuk keselamatan kami
Terima kasih banyak
Bengkulu, 13 September 2007
Hanifah Damanhuri
(Gempa Bengkulu 2007)
Kemaren sore
Ketika sibuk menyiapkan menu untuk makan malam dan sahur
Tiba-tiba terasa ada goyangan
Aku lihat air minum bergerak kencang
Kumatikan kompor
Ku berlari keluar rumah
Ke lokasi yang agak nyaman dari bangunan
Di depan sudah berdiri anak gadisku
Adik lelaki ku
Semenrata suamiku lagi mandi
Istri dan anak-anak dari adikku lagi bepergian
Mereka berada di Bengkulu dalam rangka liburan
Biasanya mereka di Melborne Australia
Kami bertiga bersimpuh dan berangkulan
Sambil komat kamit baca doa
Kadang-kadang aku berteriak
Memanggil suamiku
Yang akhirnya keluar masih pakai CD
Kain sarung ditangannya he he he
Kami saksikan rumah sebelah
Yang bertingkat dua
Berayun-ayun serta rontok sebagian
Rumah tersebut barusan di panjar adikku
Tiga hari yang lalu
Sebelum gempa dia berada di rumah tersebut
Bersih-bersih
Setelah gempa reda
Hari sudah mulai gelap
Lampu listrik mati
Kami keluar gang dan menuju Mesjid
Disana telah berkumpul warga
Dengan wajah ketakutan dan pasrah
Tak lama istri adikku dan anak-anaknyapun datang
Sibuklah kami berbagi cerita
Dan akhirnya sholat magrib di Mesjid
Selesai sholat
Rasa takut belum hilang
Karena ada info akan ada Tsunami
Kakiku terasa berat dilangkahkan
Mau lari kemana ???
Hanya ada dua titik yang jadi tujuan
Tujuan untuk semua warga Bengkulu
Tetanggaku sudah ada yang ngungsi
Banyak yang siap untuk ngungsi
Kami siapkan juga mobil
Untuk tidur di mobil
Biar tidak masuk angin
Masuk rumah tidak berani
Kaki ku terasa berat dan gemetar
Suamiku dan adikku
Berani masuk rumah
Mereka siapkan tempat istirahat
Sekaligus untuk makan malam dan sahur
Dengan menyulap garasi
Berdinding pagar tetangga
(wah barusan aku berlari keluar karena terasa gempa)
Ketika Isya
Kami kembali ke Mesjid
Sholat Isya sekaligus Tarawih
Lalu ditutup dengan Zikir Bersama
Tak lupa Ustaz berpesan
Jangan khawatir
Kembalilah ke rumah
Akhirnya kami lalui makan malam dan sahur dengan nikmat
Tadi pagi ketika aku tertidur dimobil
Semua berteriak gempa lagi
Begitulah situasi kami saat ini
Mohon doa untuk keselamatan kami
Terima kasih banyak
Bengkulu, 13 September 2007
Hanifah Damanhuri
RUMAH KENANGAN
RUMAH KENANGAN
Aku dilahirkan dan dibesarkan di rumah itu
Rumah yang disebut orang " Istana Sawah Laweh"
Rumah megah yang penuh jendela
Dikelilingi kolam dan sawah
Berpagar Merapi dan Singgalang
Di rumah itu tergores banyak kenangan
Kenangan manis indahnya masa anak-anak
Kenangan betapa susahnya kehidupan
Kenangan betapa sayangnya mama dan papa ke anak-anaknya
Kenangan indahnya bulan madu
Kenangan indahnya pulang kampung
Kini rumah kenangan itu
Terkoyak-koyak di hantam gempa
Rumah itu menunggu nasib
Di robohkan atau di perbaiki
Bengkulu, 8 Maret 2007
Hanifah Damanhuri
Aku dilahirkan dan dibesarkan di rumah itu
Rumah yang disebut orang " Istana Sawah Laweh"
Rumah megah yang penuh jendela
Dikelilingi kolam dan sawah
Berpagar Merapi dan Singgalang
Di rumah itu tergores banyak kenangan
Kenangan manis indahnya masa anak-anak
Kenangan betapa susahnya kehidupan
Kenangan betapa sayangnya mama dan papa ke anak-anaknya
Kenangan indahnya bulan madu
Kenangan indahnya pulang kampung
Kini rumah kenangan itu
Terkoyak-koyak di hantam gempa
Rumah itu menunggu nasib
Di robohkan atau di perbaiki
Bengkulu, 8 Maret 2007
Hanifah Damanhuri
MENOLEH KEBELAKANG
MENOLEH KEBELAKANG
4 Juni 2000 Bengkulu di landa gempa dengan skala 7,3 SR
2 bulan aku sulap ruang tamu jadi kamar tidur
Lama aku bujuk agar anak-anak mau tidur dikamarnya
Banyak bantuan yang mengalir ke Bengkulu
Namun adakalanya bantuan tersebut salah sasaran
Yang berhak dapat … tidak dapat
Yang tidak berhak dapat … dapat
Yang kreatif memanfaatkan kesempatan
Korban gempa yang sesungguhnya pasrah dengan nasib
Kata ustaz
DOA ORANG YANG TERANIAYA
AKAN DIKABULKAN ALLAH
Aku curiga
Setelah gempa Bengkulu
Banyak bencana yang mengiringinya
Jangan-jangan para korban berdoa
Berdoa agar para pecundang bernasib sama
Biar tau bagaimana rasanya derita
Jangan hanya bahagia diatas penderitaan orang lain
Tadi kutanya temanku korban gempa di Aceh
Dia bercerita kalau keluarganya
Sudah tinggal di rumah sendiri yang dibangun swadaya
Belum ada bantuan pemerintah
Astaghfirullah …
Padahal temnku seorang dosen
Bagaimana nasib rakyat jelata ?
Bulan November 2006
Aku berkunjung kerumah temanku korban gempa di Bantul
Kulihat rumah mungilnya yang manis dan asri
Bagian luar dari anyaman bambu yang dicat selang seling coklat dan kuning
Bagian dalam dari triplek yang dicat warna kuning kemerahan
Rumah yang juga dibangun swadaya
Tetangga temanku masih ada yang tidur ditenda
Ku kira
Semakin banyak orang teraniaya yang berdoa
Berdoa agar para pecundang
Ikut merasakan derita
Ya Allah maafkan hamba
Yang telah berburuk sangka
Ya Allah maafkanlah
Kesalahan para pecundang
Hentikanlah azabMu
Tiada daya tiada upaya
Kecuali izin Allah
Bengkulu 10 Maret 2007
Hanifah Damanhuri
4 Juni 2000 Bengkulu di landa gempa dengan skala 7,3 SR
2 bulan aku sulap ruang tamu jadi kamar tidur
Lama aku bujuk agar anak-anak mau tidur dikamarnya
Banyak bantuan yang mengalir ke Bengkulu
Namun adakalanya bantuan tersebut salah sasaran
Yang berhak dapat … tidak dapat
Yang tidak berhak dapat … dapat
Yang kreatif memanfaatkan kesempatan
Korban gempa yang sesungguhnya pasrah dengan nasib
Kata ustaz
DOA ORANG YANG TERANIAYA
AKAN DIKABULKAN ALLAH
Aku curiga
Setelah gempa Bengkulu
Banyak bencana yang mengiringinya
Jangan-jangan para korban berdoa
Berdoa agar para pecundang bernasib sama
Biar tau bagaimana rasanya derita
Jangan hanya bahagia diatas penderitaan orang lain
Tadi kutanya temanku korban gempa di Aceh
Dia bercerita kalau keluarganya
Sudah tinggal di rumah sendiri yang dibangun swadaya
Belum ada bantuan pemerintah
Astaghfirullah …
Padahal temnku seorang dosen
Bagaimana nasib rakyat jelata ?
Bulan November 2006
Aku berkunjung kerumah temanku korban gempa di Bantul
Kulihat rumah mungilnya yang manis dan asri
Bagian luar dari anyaman bambu yang dicat selang seling coklat dan kuning
Bagian dalam dari triplek yang dicat warna kuning kemerahan
Rumah yang juga dibangun swadaya
Tetangga temanku masih ada yang tidur ditenda
Ku kira
Semakin banyak orang teraniaya yang berdoa
Berdoa agar para pecundang
Ikut merasakan derita
Ya Allah maafkan hamba
Yang telah berburuk sangka
Ya Allah maafkanlah
Kesalahan para pecundang
Hentikanlah azabMu
Tiada daya tiada upaya
Kecuali izin Allah
Bengkulu 10 Maret 2007
Hanifah Damanhuri
GEMPA BENGKULU 4 JUNI 2000
GEMPA BENGKULU 4 JUNI 2000
4 Juni 2000
Usia putriku genap 9 tahun
Malam itu kami rayakan ultahnya
Kami mengundang sepupuku Id sekeluarga beserta etek Sakwanah
Adik papa yang sebapak
Kebetulan etek berkunjung ke Bengkulu
Jelang jam sepuluh malam
Etek dan Id sekeluarga pamit
" Kapan etek tidur disini ? " tanyaku
" Kapan-kapanlah " jawab etek
Mungkin kecapaian
Aku langsung tertidur lelap di kamar
Jelang jam 11 malam
Aku dibangunkan suami
" Gempa ma, gempa, bangun ma "
Antara sadar dan tidak sadar
Ku dengar piring-piring berjatuhan
Creeeng-creeeeng creeeeng
Suamiku memegang almari dan berteriak teriak
" Allahu Akbar, Allahu Akbar "
Sementara aku masih di tempat tidur
Mikir kok piring berjatuhan ?
Aku tidak ingat sama sekali nasib anak-anak
Yang tidur dikamar lain
Begitu reda
Aku bangun dan keluar kamar
Ku lihat ruang tengah penuh dengan piring
Sementara suamiku berteriak
" Anak-anak ayo keluar "
Begitu anak-anak keluar dari kamar
Lampu langsung mati
Kami keluar rumah
Tetangga juga keluar rumah
( Waktu itu kami tinggal di PERUMNAS Lingkar Timur Bengkulu
Perumahan yang mulanya ditujukan untuk dosen-dosen UNIB
Konstruksinyapun Alhamdulillah sangat bagus.
Hanya pagar batas rumah yang retak-retak )
" Papa coba tanya teman-teman
Apa ada korban ? "
Kebetulan kabel telpon panjang
Kami bawa telpon keluar
Kami hubungi teman-teman
Dari teman teman kami tau
Ada korban jiwa
Di depan rumahpun kendaraan hilir mudik
Munuju rumah sakit
Rupanya membawa korban gempa
Teman- teman juga memberikan info
Akan ada gempa susulan yang lebih besar
Akan ada Tsunami (waktu itu untungnya kami belum ngerti, jadi tenang2 saja)
Ku hubungi kakakku di Payakumbuh
Mungkin karena ngantuk
Jawabannya agak ngawur
" Kok malam-malam nelpon?
Di sini juga gempa tapi tidak sampai piring berjatuhan"
Ku hubungi adikku yang di Padang
" Di siko iyo lo gampo,
Elok-elok selah yo " begitu jawabnya
Ku hubungi kakakku yang di Jakarta
" Berdoa dan waspada ya, Alhamdulillah selamat "
Wah lega .. terhibur rasanya.
Tak lama sesudah itu
Etek dan Id sekeluarga
Yang tadi makan malam bersama
Kembali kerumah kami
Mereka bercerita dengan wajah cemas
" RUKO penuh pecahan kaca,
entahlah tadi kami injak saja kaca-kaca tersebut "
Tak ada pilihan lain
Di depan rumah jalan raya
Dengan mobil bersiliweran
Malam itu juga
Kami keluarkan kursi ruang tamu
Kami sulap ruang tamu jadi ruang tidur
Anak-anak kami suruh tidur
Pintu tetap terbuka
Esoknya Bengkulu lumpuh dan terisolir
Tiap sebentar terjadi gempa susulan
Tak terhitung banyaknya gempa susulan
Selama rentang waktu dua bulan
Selama itu pula kami tidur di ruang tamu
Anak-anak butuh waktu lebih lama lagi
Untuk mau tidur dikamarnya
Bengkulu, 3 Oktober 2007
4 Juni 2000
Usia putriku genap 9 tahun
Malam itu kami rayakan ultahnya
Kami mengundang sepupuku Id sekeluarga beserta etek Sakwanah
Adik papa yang sebapak
Kebetulan etek berkunjung ke Bengkulu
Jelang jam sepuluh malam
Etek dan Id sekeluarga pamit
" Kapan etek tidur disini ? " tanyaku
" Kapan-kapanlah " jawab etek
Mungkin kecapaian
Aku langsung tertidur lelap di kamar
Jelang jam 11 malam
Aku dibangunkan suami
" Gempa ma, gempa, bangun ma "
Antara sadar dan tidak sadar
Ku dengar piring-piring berjatuhan
Creeeng-creeeeng creeeeng
Suamiku memegang almari dan berteriak teriak
" Allahu Akbar, Allahu Akbar "
Sementara aku masih di tempat tidur
Mikir kok piring berjatuhan ?
Aku tidak ingat sama sekali nasib anak-anak
Yang tidur dikamar lain
Begitu reda
Aku bangun dan keluar kamar
Ku lihat ruang tengah penuh dengan piring
Sementara suamiku berteriak
" Anak-anak ayo keluar "
Begitu anak-anak keluar dari kamar
Lampu langsung mati
Kami keluar rumah
Tetangga juga keluar rumah
( Waktu itu kami tinggal di PERUMNAS Lingkar Timur Bengkulu
Perumahan yang mulanya ditujukan untuk dosen-dosen UNIB
Konstruksinyapun Alhamdulillah sangat bagus.
Hanya pagar batas rumah yang retak-retak )
" Papa coba tanya teman-teman
Apa ada korban ? "
Kebetulan kabel telpon panjang
Kami bawa telpon keluar
Kami hubungi teman-teman
Dari teman teman kami tau
Ada korban jiwa
Di depan rumahpun kendaraan hilir mudik
Munuju rumah sakit
Rupanya membawa korban gempa
Teman- teman juga memberikan info
Akan ada gempa susulan yang lebih besar
Akan ada Tsunami (waktu itu untungnya kami belum ngerti, jadi tenang2 saja)
Ku hubungi kakakku di Payakumbuh
Mungkin karena ngantuk
Jawabannya agak ngawur
" Kok malam-malam nelpon?
Di sini juga gempa tapi tidak sampai piring berjatuhan"
Ku hubungi adikku yang di Padang
" Di siko iyo lo gampo,
Elok-elok selah yo " begitu jawabnya
Ku hubungi kakakku yang di Jakarta
" Berdoa dan waspada ya, Alhamdulillah selamat "
Wah lega .. terhibur rasanya.
Tak lama sesudah itu
Etek dan Id sekeluarga
Yang tadi makan malam bersama
Kembali kerumah kami
Mereka bercerita dengan wajah cemas
" RUKO penuh pecahan kaca,
entahlah tadi kami injak saja kaca-kaca tersebut "
Tak ada pilihan lain
Di depan rumah jalan raya
Dengan mobil bersiliweran
Malam itu juga
Kami keluarkan kursi ruang tamu
Kami sulap ruang tamu jadi ruang tidur
Anak-anak kami suruh tidur
Pintu tetap terbuka
Esoknya Bengkulu lumpuh dan terisolir
Tiap sebentar terjadi gempa susulan
Tak terhitung banyaknya gempa susulan
Selama rentang waktu dua bulan
Selama itu pula kami tidur di ruang tamu
Anak-anak butuh waktu lebih lama lagi
Untuk mau tidur dikamarnya
Bengkulu, 3 Oktober 2007
Kamis, 06 Desember 2007
MAMMAAAAA IJUL IIIKKKKUUUTTTT
MAMMAAAAA IJUL IIIKKKKUUUTTTT
Sebenarnya aku juga sedih membaca “ Mandikan Aku Bunda “
Airmatakupun bergulir meleleh dipipi
Ingatanku melayang kembali ketahun 1990
Waktu itu aku mahasiswa PRA S2 ITB bidang Matematika
Aku di Bandung sendirian jadi anak kost
Ijul aku titip ke kakakku yang di Jakarta
Usia ijul jelang 3 tahun.
Kakakku juga punya anak kecil
Yang tua laki-laki usia 4 tahun
Yang kecil perempuan usia 2 tahun
Yah aku telah membebani kakakku
Aku terpaksa titip ijul karena ijul tidak tahan dingin Bandung
Ijul menderita Asma
Tinggal bersama papanya di Bengkulu juga tidak mungkin waktu itu
Maklum papanya laki-laki Minang yang masih berusia 28 tahun
Setiap ada kesempatan, aku pulang ke Jakarta
Betapa senangnya ijul kalau aku datang
Tangannya tak lepas dariku
Tak boleh sepupunya memegangiku
” Ini mama ijul” katanya
Kalau aku ingin balik ke Bandung
Si ijul aku ajak tidur dulu
Ketika dia tidur, aku kabur
Suatu hari ketika aku hendak balik ke Bandung
Si ijul tidak mau ku ajak tidur
Aduh aku bingung bagaimana caranya kabur
Ku tunggu dan ku tunggu sampai waktunya aku terpaksa pergi
Ijul tidak kunjung tidur.
Aku minta si mbak memegangi dia
Lalu aku pergi.terang terangan
Ku dengar teriakan ijul yang menyayat hati
Maammmaaaaaa ijul ikkuuuttttttt
Aku tetap malangkah dan tidak menoleh lagi
Tapi semangatku tertinggal di Jakarta
Bengkulu, 14 Mei 2007
Hanifah Damanhuri
Sebenarnya aku juga sedih membaca “ Mandikan Aku Bunda “
Airmatakupun bergulir meleleh dipipi
Ingatanku melayang kembali ketahun 1990
Waktu itu aku mahasiswa PRA S2 ITB bidang Matematika
Aku di Bandung sendirian jadi anak kost
Ijul aku titip ke kakakku yang di Jakarta
Usia ijul jelang 3 tahun.
Kakakku juga punya anak kecil
Yang tua laki-laki usia 4 tahun
Yang kecil perempuan usia 2 tahun
Yah aku telah membebani kakakku
Aku terpaksa titip ijul karena ijul tidak tahan dingin Bandung
Ijul menderita Asma
Tinggal bersama papanya di Bengkulu juga tidak mungkin waktu itu
Maklum papanya laki-laki Minang yang masih berusia 28 tahun
Setiap ada kesempatan, aku pulang ke Jakarta
Betapa senangnya ijul kalau aku datang
Tangannya tak lepas dariku
Tak boleh sepupunya memegangiku
” Ini mama ijul” katanya
Kalau aku ingin balik ke Bandung
Si ijul aku ajak tidur dulu
Ketika dia tidur, aku kabur
Suatu hari ketika aku hendak balik ke Bandung
Si ijul tidak mau ku ajak tidur
Aduh aku bingung bagaimana caranya kabur
Ku tunggu dan ku tunggu sampai waktunya aku terpaksa pergi
Ijul tidak kunjung tidur.
Aku minta si mbak memegangi dia
Lalu aku pergi.terang terangan
Ku dengar teriakan ijul yang menyayat hati
Maammmaaaaaa ijul ikkuuuttttttt
Aku tetap malangkah dan tidak menoleh lagi
Tapi semangatku tertinggal di Jakarta
Bengkulu, 14 Mei 2007
Hanifah Damanhuri
REZA ALI HANAFIAH
REZA ALI HANAFIAH
Hari itu tahun ajaran baru 2005
Reza datang menemuiku lalu berkata
“ aku mau bimbingan bu, ibu penasehat akademisku “
Aku terpesonan dengan ciptaan Allah yang satu ini … sempurna
Tampan, sopan, dan wajah dihiasi senyum.
Namamu tanyaku “ Reza Ali Hanafiahâ€
Aku tersenyum karena nama belakangnya mirip namaku
Ku ikuti tingkahnya di kelas
Pintar tapi bukan yang terpintar
Semangat belajar cukup tinggi
Sering ku suruh ke depan
Sebelum presentasi baik berkelompok maupun sendiri
Selalu diawalinya dengan salam yang mesti di jawab oleh temannya
Dia akan ulangi sampai semua teman menjawabnya
Kadang aku tersenyum dengan gayanya tersebut
Diantara buku yang dibawanya
Beberapa kali kulihat berupa Novel yang bernafaskan Islam
Ck ck ck semuda dan setampan itu alim sekali kataku dalam hati
Jelang SPMB tahun yang lalu 2006
Reza dan temannya datang ke rumahku
“ Bu reza mau ikut tes lagi di STAN dan kedokteran “ katanya manja
“Cobalah, dan anggap saja kuliah di UNIB sebagai bimbingan belajar †jawabku
Aku sempat sedih ketika temannya ngomong “ bu, si reza lulus di kedokteran UNANDâ€
Beberapa hari kemudian reza datang menemuiku
Ku ucapkan selamat padanya
“ Nggak kok bu, reza nggak lulus, saingannya berat amat, tapi reza puas udah nyobaâ€
Malam Jumat kemaren aku terkejut membaca SMS dari temanku
Aku langsung berteriak…. reezaaaa…
Aku lunglai dan menangis
Ku pastikan berita tersebut ketemannya tepat jan 11. 30 malam
Ku dengar suara yang sendu menjawab “ benar bu, kami juga terkejut “
“ Reza meninggal karena kecelakaan tadi sore ketika hendak ke CURUP “
Innalillahi wainna ilaihi rajiun
Selamat jalan Reza
Kemaren aku dan teman-teman ikut melayat ke CURUP
Sebelumnya ada teman yang tak henti menangis
“ Belakangan kami sering ngobrol†katanya
“ Senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya ke bayang terus â€
“ Wajahnya langsung beda dari yang lain “ cerocosnya
Ya. benar… wajah tampan yang bersinar dari dalam
Tak pernah menyakiti siapapun … sempurna
Di rumah duka
Kulihat bapaknya sangat tenang sekali
Ibunya yang dipanggil umi lagi sholat
Bapaknya bercerita tentang kecelakaan tersebut
“Reza suka berpuasa Senin dan Kamis
Sore itu dia pengen berbuka di CURUP
Lalu pulang dengan motor
Biasanya naik mobil umum dan pulang agak siang
Eteknya sudah melarang jangan pulang sore itu
Reza tetap pulang, tak biasa reza sekeras itu
Mungkin sudah janjiannya begitu
Reza berlaga kambing dan terseret mobil
Reza meninggal di tempat “
Tak lama uminya muncul
Dengan wajah menahan sedih dan duka yang dalam
Umi masih sempat berterimakasih atas kedatangan kami
Meminta maaf untuk kesalahan anaknya reza
Aku bilang “ reza nggak ada salah, dia baik sekali “
Temanku malah nangis lagi
Bengkulu, Februari 2007
Hanifah Damanhuri
Hari itu tahun ajaran baru 2005
Reza datang menemuiku lalu berkata
“ aku mau bimbingan bu, ibu penasehat akademisku “
Aku terpesonan dengan ciptaan Allah yang satu ini … sempurna
Tampan, sopan, dan wajah dihiasi senyum.
Namamu tanyaku “ Reza Ali Hanafiahâ€
Aku tersenyum karena nama belakangnya mirip namaku
Ku ikuti tingkahnya di kelas
Pintar tapi bukan yang terpintar
Semangat belajar cukup tinggi
Sering ku suruh ke depan
Sebelum presentasi baik berkelompok maupun sendiri
Selalu diawalinya dengan salam yang mesti di jawab oleh temannya
Dia akan ulangi sampai semua teman menjawabnya
Kadang aku tersenyum dengan gayanya tersebut
Diantara buku yang dibawanya
Beberapa kali kulihat berupa Novel yang bernafaskan Islam
Ck ck ck semuda dan setampan itu alim sekali kataku dalam hati
Jelang SPMB tahun yang lalu 2006
Reza dan temannya datang ke rumahku
“ Bu reza mau ikut tes lagi di STAN dan kedokteran “ katanya manja
“Cobalah, dan anggap saja kuliah di UNIB sebagai bimbingan belajar †jawabku
Aku sempat sedih ketika temannya ngomong “ bu, si reza lulus di kedokteran UNANDâ€
Beberapa hari kemudian reza datang menemuiku
Ku ucapkan selamat padanya
“ Nggak kok bu, reza nggak lulus, saingannya berat amat, tapi reza puas udah nyobaâ€
Malam Jumat kemaren aku terkejut membaca SMS dari temanku
Aku langsung berteriak…. reezaaaa…
Aku lunglai dan menangis
Ku pastikan berita tersebut ketemannya tepat jan 11. 30 malam
Ku dengar suara yang sendu menjawab “ benar bu, kami juga terkejut “
“ Reza meninggal karena kecelakaan tadi sore ketika hendak ke CURUP “
Innalillahi wainna ilaihi rajiun
Selamat jalan Reza
Kemaren aku dan teman-teman ikut melayat ke CURUP
Sebelumnya ada teman yang tak henti menangis
“ Belakangan kami sering ngobrol†katanya
“ Senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya ke bayang terus â€
“ Wajahnya langsung beda dari yang lain “ cerocosnya
Ya. benar… wajah tampan yang bersinar dari dalam
Tak pernah menyakiti siapapun … sempurna
Di rumah duka
Kulihat bapaknya sangat tenang sekali
Ibunya yang dipanggil umi lagi sholat
Bapaknya bercerita tentang kecelakaan tersebut
“Reza suka berpuasa Senin dan Kamis
Sore itu dia pengen berbuka di CURUP
Lalu pulang dengan motor
Biasanya naik mobil umum dan pulang agak siang
Eteknya sudah melarang jangan pulang sore itu
Reza tetap pulang, tak biasa reza sekeras itu
Mungkin sudah janjiannya begitu
Reza berlaga kambing dan terseret mobil
Reza meninggal di tempat “
Tak lama uminya muncul
Dengan wajah menahan sedih dan duka yang dalam
Umi masih sempat berterimakasih atas kedatangan kami
Meminta maaf untuk kesalahan anaknya reza
Aku bilang “ reza nggak ada salah, dia baik sekali “
Temanku malah nangis lagi
Bengkulu, Februari 2007
Hanifah Damanhuri
HARI HARI TERAKHIR PAPAKU
HARI HARI TERAKHIR PAPAKU
20 Juli 2000 sekitar pukul 16.00 WIB
Adikku memberitau lewat telpon
“ papa stroke, pulanglahâ€
Usia papaku waktu itu jelang 81 tahun
Biasanya kalau papa sakit
Aku sering pulang sendirian
Kali ini aku khawatir
Ku ajak anak-anak dan suami
Sesudah Magrib kami berangkat dengan mobil sewaan
Besok paginya kami sudah sampai di Payakumbuh
Di rumah kakakku yang tertua
Kakakku ahli penyakit dalam
Papa di rawat dirumah saja
Waktu kami sampai
Di sana sudah ada kakakku yang dari Jakarta
Etekku yaitu adik perempuan papa juga sudah hadir
Ku lihat papa sudah dipasangi oksigen, dan infus
Kondisinya agak kritis
Semua yang hadir
Menunjukkan wajah yang tegang dan pasrah
Alhamdulillah besoknya masa kritis papa lewat
Tabung oksigen di lepas tapi infus masih terpasang
Kadang kakakku menyalurkan makanan lewat hidung papa
Aku nggak berani menyaksikan
Adikku lebih berani tapi dengan air mata terurai
Kondisi papa semakin hari semakin membaik
Infuspun akhirnya dilepas
Kamipun sudah bisa berkomunikasi satu arah dengan papa
Karena tempat tidur papa luas
Kami anak-anaknya sering menemani papa
Ikutan tiduran atau duduk disamping papa
Suatu malam tanggal 23 Juli 2006 kalau tidak salah
Papa minta duduk bersandar
Tiba-tiba sepertinya papa melihat sesuatu
Lalu papa menyalami suamiku yang berada disampingnya
Kakakku yang baru masuk kekamar juga disalami.
Kami bingung dan saling pandang
Lalu kakakku bercanda …†taraso lai... takatoan indak… , duh gimana kita bisa tau ya ? “
Aku yang duduk disamping papa mengajak papa mengaji
Aku Tanya papa .. “ kita mengaji surat apa papa ? “
“ AlFA …FAH … “ kata-kata yang kurang jeas yang diucapkan papa
Aku sebut beberapa nama surat yang aku tau
Papa menggeleng setiap ku sebut
“ Berdasarkan nomor surat ya pa “, pintaku
“ Surat satu “, papa langsung mengangguk.
“ Alfatihah ?â€, tanyaku
Lagi-lagi papa mengangguk.
Kami membaca Alfatihah
Setelah selesai kutanya papa lagi
“ diteruskan ke sutat berikut?â€
Papa menggeleng
“ diulangi Alfatihahnya? “
Papa mengangguk
Akhirnya kami membaca Alfatihah berulang-ulang.
Anak-anakku juga kuminta untuk mengaji Alfatihah bersama kakeknya.
Kulihat papa tersenyum bahagia dengan suasana ini.
Tanggal 24 Juli 2000 malam hari
Kakakku mengumumkan kalau masa kritis papa sudah lewat
Sudah boleh kembali ke tempat masing-masing
Kasihan anak-anak
Aku bilang ke suami “ kembalilah ke Bengkulu dengan anak-anak, aku mau jaga papa “
Suamiku setuju dan besoknya berencana kembali ke Bengkulu
Sekitar Jam 10 pagi suamiku dan anak-anak diantar kakak iparku ke Bukittinggi
Bersama mereka kakakku yang dari Jakarta beserta etek juga ikut ke Bukittinggi
Kakakku dan etek mau mampir ke kampungku SungaiTanang
Sehabis melepas suamu berangkat
Aku kembali kekamar papa yang ditinggal sendirian
Aku lihat papa atur sendiri tangannya
Papa angkat tangan kirinya pakai tangan kanan
Papa taruh tangan kiri diperut lalu tangan kanan diatasnya seperti posisi sholat
Aku terkejut lalu aku urai tangan papa
Aku ambil telapak tangan papa
Aku usapkan ke pipiku bergantian antara yang kanan dan yang kiri
Ku tanya papa waktu kuusapkan tangan kiri
“ Terasa pa? “
Papa mengangguk
Aku bingung, kata orang kaki atau tangan yang mati, tidak ada rasa
Ku pegang kaki papa bergantian
Ku Tanya lagi papa ketika ku pegang yang kiri
“ Terasa paâ€
Lagi-lagi papa mengangguk
Ku pegang lagi kaki papa
Aku merasa kedua kaki papa dingin
Kakakku masuk kamar
Kuberitau kakakku tentang kaki papa yang dingin
“Carilah Balsem, mungkinkarenan darah tidak mengalir, uni mau sholat duluâ€
Ku usap kaki papa dengan balsem
Selesai kakakku sholat dia duduk disamping papa dan baca Alquran
Aku dipanggil si mbak nani ke dapur
Waktu aku akan keluar dari kamar
Ku lihat papa menatapku tanpa berkedip
Seperti tatapan mama ketika kulepas ke ruang operasi
Dan itu adalah tatapan terakhir
Di dapur kami bercerita tentang tatapan papa tadi
Mbak nani juga bercerita ketika menyapu kamar tadi pagi
Juga di tatap papaku tanpa berkedip
Sedang asyik bercerita
Aku dipanggil keponakkanku
“ Etek, mama manggil “
Aku berlari kekamar
Ku lihat papa lalu kusambar Alquran
Entahlah entah masih ada atau tidak
Aku baca surat Yassin mengiringi kepergian papa.
Innalillahi wa innailaihi rajiun
Kakakku bercerita dia sempat ketiduran ketika mengaji disamping papa
Waktu terbangun dia lihat wajah papa berubah
Saat itu Azan Zuhur lagi berkumandang dari Mesjid
Dia pimpin dan iringi kepergian papa
Bengkulu, 25 Februari 2007
Hanifah Damanhuri
20 Juli 2000 sekitar pukul 16.00 WIB
Adikku memberitau lewat telpon
“ papa stroke, pulanglahâ€
Usia papaku waktu itu jelang 81 tahun
Biasanya kalau papa sakit
Aku sering pulang sendirian
Kali ini aku khawatir
Ku ajak anak-anak dan suami
Sesudah Magrib kami berangkat dengan mobil sewaan
Besok paginya kami sudah sampai di Payakumbuh
Di rumah kakakku yang tertua
Kakakku ahli penyakit dalam
Papa di rawat dirumah saja
Waktu kami sampai
Di sana sudah ada kakakku yang dari Jakarta
Etekku yaitu adik perempuan papa juga sudah hadir
Ku lihat papa sudah dipasangi oksigen, dan infus
Kondisinya agak kritis
Semua yang hadir
Menunjukkan wajah yang tegang dan pasrah
Alhamdulillah besoknya masa kritis papa lewat
Tabung oksigen di lepas tapi infus masih terpasang
Kadang kakakku menyalurkan makanan lewat hidung papa
Aku nggak berani menyaksikan
Adikku lebih berani tapi dengan air mata terurai
Kondisi papa semakin hari semakin membaik
Infuspun akhirnya dilepas
Kamipun sudah bisa berkomunikasi satu arah dengan papa
Karena tempat tidur papa luas
Kami anak-anaknya sering menemani papa
Ikutan tiduran atau duduk disamping papa
Suatu malam tanggal 23 Juli 2006 kalau tidak salah
Papa minta duduk bersandar
Tiba-tiba sepertinya papa melihat sesuatu
Lalu papa menyalami suamiku yang berada disampingnya
Kakakku yang baru masuk kekamar juga disalami.
Kami bingung dan saling pandang
Lalu kakakku bercanda …†taraso lai... takatoan indak… , duh gimana kita bisa tau ya ? “
Aku yang duduk disamping papa mengajak papa mengaji
Aku Tanya papa .. “ kita mengaji surat apa papa ? “
“ AlFA …FAH … “ kata-kata yang kurang jeas yang diucapkan papa
Aku sebut beberapa nama surat yang aku tau
Papa menggeleng setiap ku sebut
“ Berdasarkan nomor surat ya pa “, pintaku
“ Surat satu “, papa langsung mengangguk.
“ Alfatihah ?â€, tanyaku
Lagi-lagi papa mengangguk.
Kami membaca Alfatihah
Setelah selesai kutanya papa lagi
“ diteruskan ke sutat berikut?â€
Papa menggeleng
“ diulangi Alfatihahnya? “
Papa mengangguk
Akhirnya kami membaca Alfatihah berulang-ulang.
Anak-anakku juga kuminta untuk mengaji Alfatihah bersama kakeknya.
Kulihat papa tersenyum bahagia dengan suasana ini.
Tanggal 24 Juli 2000 malam hari
Kakakku mengumumkan kalau masa kritis papa sudah lewat
Sudah boleh kembali ke tempat masing-masing
Kasihan anak-anak
Aku bilang ke suami “ kembalilah ke Bengkulu dengan anak-anak, aku mau jaga papa “
Suamiku setuju dan besoknya berencana kembali ke Bengkulu
Sekitar Jam 10 pagi suamiku dan anak-anak diantar kakak iparku ke Bukittinggi
Bersama mereka kakakku yang dari Jakarta beserta etek juga ikut ke Bukittinggi
Kakakku dan etek mau mampir ke kampungku SungaiTanang
Sehabis melepas suamu berangkat
Aku kembali kekamar papa yang ditinggal sendirian
Aku lihat papa atur sendiri tangannya
Papa angkat tangan kirinya pakai tangan kanan
Papa taruh tangan kiri diperut lalu tangan kanan diatasnya seperti posisi sholat
Aku terkejut lalu aku urai tangan papa
Aku ambil telapak tangan papa
Aku usapkan ke pipiku bergantian antara yang kanan dan yang kiri
Ku tanya papa waktu kuusapkan tangan kiri
“ Terasa pa? “
Papa mengangguk
Aku bingung, kata orang kaki atau tangan yang mati, tidak ada rasa
Ku pegang kaki papa bergantian
Ku Tanya lagi papa ketika ku pegang yang kiri
“ Terasa paâ€
Lagi-lagi papa mengangguk
Ku pegang lagi kaki papa
Aku merasa kedua kaki papa dingin
Kakakku masuk kamar
Kuberitau kakakku tentang kaki papa yang dingin
“Carilah Balsem, mungkinkarenan darah tidak mengalir, uni mau sholat duluâ€
Ku usap kaki papa dengan balsem
Selesai kakakku sholat dia duduk disamping papa dan baca Alquran
Aku dipanggil si mbak nani ke dapur
Waktu aku akan keluar dari kamar
Ku lihat papa menatapku tanpa berkedip
Seperti tatapan mama ketika kulepas ke ruang operasi
Dan itu adalah tatapan terakhir
Di dapur kami bercerita tentang tatapan papa tadi
Mbak nani juga bercerita ketika menyapu kamar tadi pagi
Juga di tatap papaku tanpa berkedip
Sedang asyik bercerita
Aku dipanggil keponakkanku
“ Etek, mama manggil “
Aku berlari kekamar
Ku lihat papa lalu kusambar Alquran
Entahlah entah masih ada atau tidak
Aku baca surat Yassin mengiringi kepergian papa.
Innalillahi wa innailaihi rajiun
Kakakku bercerita dia sempat ketiduran ketika mengaji disamping papa
Waktu terbangun dia lihat wajah papa berubah
Saat itu Azan Zuhur lagi berkumandang dari Mesjid
Dia pimpin dan iringi kepergian papa
Bengkulu, 25 Februari 2007
Hanifah Damanhuri
Jelang Mama di Operasi
Jelang Mama di Operasi
( 7 November 1994 di RSUP Padang )
Aku Lupa percisnya
Rasanya 3 minggu jelang operasi
Ketika itu adikku yang kuliah di Padang
Menelpon dari Payakumbuh
Dia bilang sambil berbisik
" pulanglah, mama sakit parah
Aku tidak bisa ngomong kencang-kencang
Tuh mama ikut mendengarkan kita "
Aku bingung sendiri
Kok mama sakit parah?
Bukankah mama baru dari Jakarta ?
Melepas kakaknya menemui sang Khalik ?
Kakak yang dianggap seperti ibu sendiri
Karena sejak kecil mereka sudah piatu
Kuhubungi rekan-rekan sesama ngajar
Aku tinggalkan semua pekerjaan
Sampai batas waktu yang tidak kutentukan
Aku pulang bawa gadis kecilku umur 3 tahun
Ke rumah kakakku yang membawa mama dan papa ke PYK
Ketika aku sampai di Payakumbuh
Mama sudah dirawat di Bukittinggi
Mama tersenyum bahagia menyambutku
Aku dipeluk dan diciumi
Kulihat mama enggak sakit tuh
Kakakku bercerita tentang penyakit mama
Bagaimana mulanya ketauan
Sampai akhirnya didiagnosa di RSUP Bukittinggi
Mama di vonis kangker usus stadium tiga
(Tapi sampai akhir hayatnya mama tidak pernah tau sakitnya)
Adikku Abduh juga nyusul pulang
Kakakku ngajak kami berembuk
Dimana sebaiknya mama di operasi
Pilihan jatuh ke RSUP Padang
Mama di pindah ke Padang
Aku, gadisku, Abduh dan adikku yang bungsu siap menjaga mama
Kami menjaganya se akan-akan liburan di rumah sakit
Mama masih bisa mandi sendiri dan nyuci baju sendiri
Aku tidur di tikar
Paginya aku sudah pakai selimut mama
Ketika habis mandi
Susu Sustagen yang muahal bagiku sudah tersedia untukku
Makanan lain juga enak-enak
Tadinya aku agak kurus berangsur jadi gemuk
Adikku yang bungsu kadang tiduran di kasur mama
Mama duduk di pinggiran
Kadang yang datang bingung
Siapa yang sakit
Jelang hari operasi yang sempat tertunda
Kakakku yang dari Jakarta juga datang
Wah tambah rame
Tanggal 6 November 1994
Semua kami bersaudara ngumpul di kamar mama
Masing-masing tanpa pasangan
Hanya gadisku tambahannya
Papa tak bisa hadir
Sesudah magrib semua keluar cari makan malam
Aku dan mama mengaji surat Yassin
Begitu selesai mengaji
Mama kupaskan mangga arum manis
Kemudian kami makan berdua
Saking nikmat mama sampai keringatan
Tak lama saudaraku datang
Kami seperti anak kecil lagi
Apalagi sudah lama tidak berkumpul
Malam itu terasa indah sekali
Pagi hari 7 November 1994
Walau mama bisa mandi sendiri
Si bungsu yang memandikan mama
Setelah mama didandani
Semua berkerilahan dengan mama
Taklupa aku minta maaf
Apalagi diantara semua
Aku yang paling nakal
Semua berdoa
Supaya Allah memberikan yang terbaik untuk mama
Setelah berkerilahan
Mama kami bawa ke ruang operasi
Tak ada lagi senyum diantara kami
Semua sudah gelisah tapi tetap tenang
Kecuali kakakku yang tua
Kami hanya bisa ngantar sampai pintu masuk
Aku lihat mama
Mama menatapku dengan tatapan yang sulit ku lupa
Tatapannya jauh sekali
Sama seperti papa menatapku yang terakhir kali
Operasi diperkirakan memakan waktu 6 jam
Setelah kami antar mama
Kami cari sarapan pagi
Setelah itu kami kembali lagi
Kalau ada keperluan mama
Mereka memanggil " keluarga Jasidar "
Terakhir mereka memanggil " dokter fatma "
(sebelumnya kakakku walau boleh masuk tapi tak berani)
Kami bertatapan kok uni yang di panggil
Lalu aku lari ke kamar
Saat itu aku merasakan badanku melayang
Ku sambar AlQuran
Aku ngaji
Aku ngaji dengan perasaan tak menentu
Tak lama berselang kakakku datang
Dia pegang pundakku lalu berkata
" Mama kita telah tiada "
Aku terpekik histeris
Innalillahi Wa Innalillahi Rajiun
Bengkulu, 30 September 2007
Hanifah Damanhuri
( 7 November 1994 di RSUP Padang )
Aku Lupa percisnya
Rasanya 3 minggu jelang operasi
Ketika itu adikku yang kuliah di Padang
Menelpon dari Payakumbuh
Dia bilang sambil berbisik
" pulanglah, mama sakit parah
Aku tidak bisa ngomong kencang-kencang
Tuh mama ikut mendengarkan kita "
Aku bingung sendiri
Kok mama sakit parah?
Bukankah mama baru dari Jakarta ?
Melepas kakaknya menemui sang Khalik ?
Kakak yang dianggap seperti ibu sendiri
Karena sejak kecil mereka sudah piatu
Kuhubungi rekan-rekan sesama ngajar
Aku tinggalkan semua pekerjaan
Sampai batas waktu yang tidak kutentukan
Aku pulang bawa gadis kecilku umur 3 tahun
Ke rumah kakakku yang membawa mama dan papa ke PYK
Ketika aku sampai di Payakumbuh
Mama sudah dirawat di Bukittinggi
Mama tersenyum bahagia menyambutku
Aku dipeluk dan diciumi
Kulihat mama enggak sakit tuh
Kakakku bercerita tentang penyakit mama
Bagaimana mulanya ketauan
Sampai akhirnya didiagnosa di RSUP Bukittinggi
Mama di vonis kangker usus stadium tiga
(Tapi sampai akhir hayatnya mama tidak pernah tau sakitnya)
Adikku Abduh juga nyusul pulang
Kakakku ngajak kami berembuk
Dimana sebaiknya mama di operasi
Pilihan jatuh ke RSUP Padang
Mama di pindah ke Padang
Aku, gadisku, Abduh dan adikku yang bungsu siap menjaga mama
Kami menjaganya se akan-akan liburan di rumah sakit
Mama masih bisa mandi sendiri dan nyuci baju sendiri
Aku tidur di tikar
Paginya aku sudah pakai selimut mama
Ketika habis mandi
Susu Sustagen yang muahal bagiku sudah tersedia untukku
Makanan lain juga enak-enak
Tadinya aku agak kurus berangsur jadi gemuk
Adikku yang bungsu kadang tiduran di kasur mama
Mama duduk di pinggiran
Kadang yang datang bingung
Siapa yang sakit
Jelang hari operasi yang sempat tertunda
Kakakku yang dari Jakarta juga datang
Wah tambah rame
Tanggal 6 November 1994
Semua kami bersaudara ngumpul di kamar mama
Masing-masing tanpa pasangan
Hanya gadisku tambahannya
Papa tak bisa hadir
Sesudah magrib semua keluar cari makan malam
Aku dan mama mengaji surat Yassin
Begitu selesai mengaji
Mama kupaskan mangga arum manis
Kemudian kami makan berdua
Saking nikmat mama sampai keringatan
Tak lama saudaraku datang
Kami seperti anak kecil lagi
Apalagi sudah lama tidak berkumpul
Malam itu terasa indah sekali
Pagi hari 7 November 1994
Walau mama bisa mandi sendiri
Si bungsu yang memandikan mama
Setelah mama didandani
Semua berkerilahan dengan mama
Taklupa aku minta maaf
Apalagi diantara semua
Aku yang paling nakal
Semua berdoa
Supaya Allah memberikan yang terbaik untuk mama
Setelah berkerilahan
Mama kami bawa ke ruang operasi
Tak ada lagi senyum diantara kami
Semua sudah gelisah tapi tetap tenang
Kecuali kakakku yang tua
Kami hanya bisa ngantar sampai pintu masuk
Aku lihat mama
Mama menatapku dengan tatapan yang sulit ku lupa
Tatapannya jauh sekali
Sama seperti papa menatapku yang terakhir kali
Operasi diperkirakan memakan waktu 6 jam
Setelah kami antar mama
Kami cari sarapan pagi
Setelah itu kami kembali lagi
Kalau ada keperluan mama
Mereka memanggil " keluarga Jasidar "
Terakhir mereka memanggil " dokter fatma "
(sebelumnya kakakku walau boleh masuk tapi tak berani)
Kami bertatapan kok uni yang di panggil
Lalu aku lari ke kamar
Saat itu aku merasakan badanku melayang
Ku sambar AlQuran
Aku ngaji
Aku ngaji dengan perasaan tak menentu
Tak lama berselang kakakku datang
Dia pegang pundakku lalu berkata
" Mama kita telah tiada "
Aku terpekik histeris
Innalillahi Wa Innalillahi Rajiun
Bengkulu, 30 September 2007
Hanifah Damanhuri
RAMADHAN DAN LEBARAN KETIKA AKU KECIL
RAMADHAN DAN LEBARAN KETIKA AKU KECIL
RAMADHAN
Siang hari
Waktu itu sekolah libur
Banyak waktu untuk bermain dan tidur
Bisa pula belajar sesuatu
Menjahit, memasak, bikin kue …
Berbagai jenis permaian yang mengasikkan
Seperti main congklak, main kartu, main kelereng
Jadi mainan untuk pengisi waktu
Duduk-duduk dipinggir tabek gadang
Bersenda gurau dengan sesama
Sambil kaki berendam
Atau duduk membelakangi tabek gadang
Mengasikkan menunggu bedug magrib
Permainan “Bagaritiak” (menabuh bedug)
Di depan mesjid
Juga jadi mainanku dengan si ita sobatku
Ketika bedug kosong
Tak ada anak laki-laki disana
Aku dan ita “ bagaritiak”
Dia menabuh dengan tempo yang cepat
Aku tukang tingkah
Teng teng teng
Teng-teng teng-teng
Wah asyik
Tak banyak perempuan yang mau / boleh “bagaritiak”
“Itu mainan anak lelaki” kata mereka
Wah
Bagi kami (aku dan ita) tak ada beda
Mainan laki-laki atau wanita
Kami bisa
Kalau kami mau
Malam hari
Sesudah tarawih
Kami tadarus hingga larut malam
Bagian yang paling asyik
Makan kue
Hantaran secara bergiliran
Masing-masing suku di jorongku
Sungai Tanang Gadang
LEBARAN
Waktu itu beli baju
Hanya sekali setahun
Kalau baju baru sudah ada
Tak sabar menunggu hari raya
Di hari raya
Setelah selesai Sholat Idul Fitri
Papa tidak membawa kami kerumah nenek
Di Sungai Tanang Kecil
Nenek ikut etekku merantau
Aku tak pernah berlebaran dengan nenek
Sedihnya
Kami di bawa papa kerumah bako
Sepupu papa yang tinggal disimpang Sungai Tanang
Di rumah bako
Kami jadi tamu istimewa
Tamu kehormatan
Walau kami tidak kaya
Wah bahagianya
( Beberapa waktu yang lalu
Ketika bakoku Andri Zainudin
Muncul jadi bintang iklan di RCTI
Aku bersorak ke anak-anak
“ Itu bako mama “ )
Bengkulu, 14 Oktober 2007
Hanifah Damnhuri
RAMADHAN
Siang hari
Waktu itu sekolah libur
Banyak waktu untuk bermain dan tidur
Bisa pula belajar sesuatu
Menjahit, memasak, bikin kue …
Berbagai jenis permaian yang mengasikkan
Seperti main congklak, main kartu, main kelereng
Jadi mainan untuk pengisi waktu
Duduk-duduk dipinggir tabek gadang
Bersenda gurau dengan sesama
Sambil kaki berendam
Atau duduk membelakangi tabek gadang
Mengasikkan menunggu bedug magrib
Permainan “Bagaritiak” (menabuh bedug)
Di depan mesjid
Juga jadi mainanku dengan si ita sobatku
Ketika bedug kosong
Tak ada anak laki-laki disana
Aku dan ita “ bagaritiak”
Dia menabuh dengan tempo yang cepat
Aku tukang tingkah
Teng teng teng
Teng-teng teng-teng
Wah asyik
Tak banyak perempuan yang mau / boleh “bagaritiak”
“Itu mainan anak lelaki” kata mereka
Wah
Bagi kami (aku dan ita) tak ada beda
Mainan laki-laki atau wanita
Kami bisa
Kalau kami mau
Malam hari
Sesudah tarawih
Kami tadarus hingga larut malam
Bagian yang paling asyik
Makan kue
Hantaran secara bergiliran
Masing-masing suku di jorongku
Sungai Tanang Gadang
LEBARAN
Waktu itu beli baju
Hanya sekali setahun
Kalau baju baru sudah ada
Tak sabar menunggu hari raya
Di hari raya
Setelah selesai Sholat Idul Fitri
Papa tidak membawa kami kerumah nenek
Di Sungai Tanang Kecil
Nenek ikut etekku merantau
Aku tak pernah berlebaran dengan nenek
Sedihnya
Kami di bawa papa kerumah bako
Sepupu papa yang tinggal disimpang Sungai Tanang
Di rumah bako
Kami jadi tamu istimewa
Tamu kehormatan
Walau kami tidak kaya
Wah bahagianya
( Beberapa waktu yang lalu
Ketika bakoku Andri Zainudin
Muncul jadi bintang iklan di RCTI
Aku bersorak ke anak-anak
“ Itu bako mama “ )
Bengkulu, 14 Oktober 2007
Hanifah Damnhuri
Hari Raya Kemenangan
Hari Raya Kemenangan
Kembali Fitrah
Suci seperti bayi
Harapan semua yang beriman
Kembali fitrah
Ingin fitrah
Tak semudah
Membalik telapak tangan
Kembali fitrah
Kadang tak tefikirkan
Kadang hanya impian
Kadang hanya slogan
Kembali fitrah
Sangat mudah ketika anak-anak
Belum banyak godaan
Belum banyak keinginan
Belum banyak pikiran
Dapat hidayah
Tingkah berobah
Tobat dari salah
Beribadah karena Allah
Insya Allah
Akan kembali fitrah
Karena nilai ibadah
Milik Allah
Kita tidak tau
Apa sudah kembali fitrah
Kita rayakan saja
Idul Fitri ini
Sambil bersilaturrahim
Selamat Hari raya bagi yang menang
Selamat hari raya walau belum menang
Selamat hari raya untuk semua
Semoga kita masih bertemu
Bulan Ramadhan di tahun depan
Amin ya Rabbal Alamin
Bengkulu 10 Oktober 2007
Hanifah Damanhuri
Kembali Fitrah
Suci seperti bayi
Harapan semua yang beriman
Kembali fitrah
Ingin fitrah
Tak semudah
Membalik telapak tangan
Kembali fitrah
Kadang tak tefikirkan
Kadang hanya impian
Kadang hanya slogan
Kembali fitrah
Sangat mudah ketika anak-anak
Belum banyak godaan
Belum banyak keinginan
Belum banyak pikiran
Dapat hidayah
Tingkah berobah
Tobat dari salah
Beribadah karena Allah
Insya Allah
Akan kembali fitrah
Karena nilai ibadah
Milik Allah
Kita tidak tau
Apa sudah kembali fitrah
Kita rayakan saja
Idul Fitri ini
Sambil bersilaturrahim
Selamat Hari raya bagi yang menang
Selamat hari raya walau belum menang
Selamat hari raya untuk semua
Semoga kita masih bertemu
Bulan Ramadhan di tahun depan
Amin ya Rabbal Alamin
Bengkulu 10 Oktober 2007
Hanifah Damanhuri
Rabu, 05 Desember 2007
PUJIAN PAPA
PUJIAN PAPA
Aku jadi ingat
Papa selalu memujiku
Kalau aku memasak sesuatu
Suatu kali aku belajar bikin kue
Resep nya dikasih teman sekolah
Biar wangi
Adonan kukasih vanile banyak banyak
Setelah kue matang
Bentuknya indah
Kuenya ku potong
Ku bagikan ke papa
Ku makan
Pahit
Ku buang
Papa makan
Papa tetap memakannya
Hanya papa yang bisa memakan
" Enak dan bergizi " kata papa
Lain kali aku bikin gulai
" Wah enak sekali ...
Sudah bisa jualan lontong
Nanti yang beli tinggal telpon "
Besok dan besoknya aku memasak lagi
Biar dapat pujian papa
Bengkulu, 4 Oktober 2007
Aku jadi ingat
Papa selalu memujiku
Kalau aku memasak sesuatu
Suatu kali aku belajar bikin kue
Resep nya dikasih teman sekolah
Biar wangi
Adonan kukasih vanile banyak banyak
Setelah kue matang
Bentuknya indah
Kuenya ku potong
Ku bagikan ke papa
Ku makan
Pahit
Ku buang
Papa makan
Papa tetap memakannya
Hanya papa yang bisa memakan
" Enak dan bergizi " kata papa
Lain kali aku bikin gulai
" Wah enak sekali ...
Sudah bisa jualan lontong
Nanti yang beli tinggal telpon "
Besok dan besoknya aku memasak lagi
Biar dapat pujian papa
Bengkulu, 4 Oktober 2007
SOBATKU “ITA”
SOBATKU “ITA”
Ita adalah anak piatu
Neneknya sangat miskin
Abaknya kusir bendi dan sudah kawin lagi
Jadi ita punya 2 orang adik sebapak
Abaknya pandai menjaga silaturahim
Kuda dan bendi di tarok di rumah ita
Adik lelaki ita yang sebapak
Lebih banyak tinggal bersama ita
Mereka kemana mana sering bersama
Ketika sudah dewasa
Betapa aku terkejut ketika tau
Adiknya suku pisang
Kami (aku dan ita) suku payobada
Saat itu aku jauh lebih beruntung dari ita
Aku punya ortu yang lengkap
Tidak miskin miskin amat
Ikan tinggal pancing
Telur itik dan telur ayam ada dikandang
Padi tak pernah kosong dari rumah
Sehingga satu kamar diberi nama bilik padi
Aku senang bermain dengan ita
Tak pernah sekalipun kami bertengkar
Kami juga tak pernah membicarakan orang lain
Kami lebih banyak bermain
Main apa saja yang lagi musim
Tak peduli mainan laki-laki atau perempuan
Bersama ita, aku bisa berlari lari dipipa air
Sementara orang dewasa merangkak rangkak disana
Bersama ita, aku bermain ombak di tabek gadang pakai biduak
Banyak lagi dan banyak lagi mainan kami
Main apapun ita sering menang
Kelerengnya “sekambuik”, menang bertaruh
Layangan baik layangan “kaluak” maupun “darek”
Begitu juga mainan lain
Ita bikin sendiri
Kemiskinan
Perbedaan status sosial
Tak halangi kami untuk bergembira
Menikmati masa anak-anak yang ceria
Aku sering juga temani ita menangkap ikan di selokan /bandar
Aku bantu dia memegang tempat ikan
Kadang aku bantu dia menghalau ikan
Bahagianya kalau kami dapat ikan
Di belakang rumah ita
Banyak tumbuh “robai”
Kami hampir setiap hari memanennya
Buahnya sangat manis dimusim panas
Di musim hujan robainya sering kami taburi gula
Oh ya rumah kami sama-sama dekat ke tabek gadang
Tapi letaknya berseberangan
Kalau ada biduk
Aku berbiduk ke rumahnya dan sebaliknya
Atau kami saling teriak di pinggir tabek gadang
Kami bikin tabek gadang seolah olah kami punya
Alhamdulillah sekarang ita sudah jadi juragan
Juragan Nasi Goreng merek Jam Gadang
Ita sudah memiliki beberapa rumah dan ruko
Mobil gonta ganti
Anak-anak sudah ada yang tamat Perguruan Tinggi
Ita juga berhasil membantu saudara-saudaranya
Bergabung bersama dan buka cabang
Sementara aku
Baru bisa hidupi keluarga sendiri
Itupun harus sederhana
Entah apa yang bisa ku banggakan
Bengkulu, 17 Oktober 2007
Ita adalah anak piatu
Neneknya sangat miskin
Abaknya kusir bendi dan sudah kawin lagi
Jadi ita punya 2 orang adik sebapak
Abaknya pandai menjaga silaturahim
Kuda dan bendi di tarok di rumah ita
Adik lelaki ita yang sebapak
Lebih banyak tinggal bersama ita
Mereka kemana mana sering bersama
Ketika sudah dewasa
Betapa aku terkejut ketika tau
Adiknya suku pisang
Kami (aku dan ita) suku payobada
Saat itu aku jauh lebih beruntung dari ita
Aku punya ortu yang lengkap
Tidak miskin miskin amat
Ikan tinggal pancing
Telur itik dan telur ayam ada dikandang
Padi tak pernah kosong dari rumah
Sehingga satu kamar diberi nama bilik padi
Aku senang bermain dengan ita
Tak pernah sekalipun kami bertengkar
Kami juga tak pernah membicarakan orang lain
Kami lebih banyak bermain
Main apa saja yang lagi musim
Tak peduli mainan laki-laki atau perempuan
Bersama ita, aku bisa berlari lari dipipa air
Sementara orang dewasa merangkak rangkak disana
Bersama ita, aku bermain ombak di tabek gadang pakai biduak
Banyak lagi dan banyak lagi mainan kami
Main apapun ita sering menang
Kelerengnya “sekambuik”, menang bertaruh
Layangan baik layangan “kaluak” maupun “darek”
Begitu juga mainan lain
Ita bikin sendiri
Kemiskinan
Perbedaan status sosial
Tak halangi kami untuk bergembira
Menikmati masa anak-anak yang ceria
Aku sering juga temani ita menangkap ikan di selokan /bandar
Aku bantu dia memegang tempat ikan
Kadang aku bantu dia menghalau ikan
Bahagianya kalau kami dapat ikan
Di belakang rumah ita
Banyak tumbuh “robai”
Kami hampir setiap hari memanennya
Buahnya sangat manis dimusim panas
Di musim hujan robainya sering kami taburi gula
Oh ya rumah kami sama-sama dekat ke tabek gadang
Tapi letaknya berseberangan
Kalau ada biduk
Aku berbiduk ke rumahnya dan sebaliknya
Atau kami saling teriak di pinggir tabek gadang
Kami bikin tabek gadang seolah olah kami punya
Alhamdulillah sekarang ita sudah jadi juragan
Juragan Nasi Goreng merek Jam Gadang
Ita sudah memiliki beberapa rumah dan ruko
Mobil gonta ganti
Anak-anak sudah ada yang tamat Perguruan Tinggi
Ita juga berhasil membantu saudara-saudaranya
Bergabung bersama dan buka cabang
Sementara aku
Baru bisa hidupi keluarga sendiri
Itupun harus sederhana
Entah apa yang bisa ku banggakan
Bengkulu, 17 Oktober 2007
Sepeda Papaku
Sepeda Papaku
Ketika jaya
Kata orang kampung
Papa di antar jemput
Pakai Sedan Impala merah
Wah
Kendaraan mewah
Di akhir tahun 50 an
Ketika aku kecil
Yang ku tau
Kendaraan papaku adalah sepeda
Sepeda yang ada batang di tengahnya
Ada boncengan di belakang
Ketika aku kecil
Papa masih bekerja di Bukittinggi
Setiap pagi aku ikut menghantar papa
Aku duduk di boncengan
Nanti aku diturunkan papa di dekat lapangan
Ketika papa pulang
Aku kembali jemput papa di situ
Aku boncengan lagi
Sampai di rumah
Upahnya
Aku harus memijit papa
Papa telungkup
Aku jalan-jalan di punggung papa
Biar tidak capek
Aku mijit papa sambil nyanyi
Nyanyian wajib di sekolah
Atau nyayian yang lagi musim dikampung
(Anak kampung yang pandai nyanyi
Akan menyanyi sepanjang jalan, tak banyak yang punya radio)
Waktu itu lagi musim main sepeda
Aku dan ita hanya punya sepeda papa
Sepeda laki-laki
Meminjam keteman
Belum tentu dikasih
Apalagi kami belum bisa
Kami bawa sepeda papa ketempat yang lapang
Kami taklukkan sepeda papa
Pinggang kanan kami tekuk
Sehingga batang sepeda tetap di kanan
Kami latih keseimbangan dengan posisi tersebut
Alhamdulillah
Lama-lama sepeda papa bisa kami kebut
Bisa pula sambil boncengan
Bengkulu, 20 Oktober 2007
Hanifah Damanhuri
Ketika jaya
Kata orang kampung
Papa di antar jemput
Pakai Sedan Impala merah
Wah
Kendaraan mewah
Di akhir tahun 50 an
Ketika aku kecil
Yang ku tau
Kendaraan papaku adalah sepeda
Sepeda yang ada batang di tengahnya
Ada boncengan di belakang
Ketika aku kecil
Papa masih bekerja di Bukittinggi
Setiap pagi aku ikut menghantar papa
Aku duduk di boncengan
Nanti aku diturunkan papa di dekat lapangan
Ketika papa pulang
Aku kembali jemput papa di situ
Aku boncengan lagi
Sampai di rumah
Upahnya
Aku harus memijit papa
Papa telungkup
Aku jalan-jalan di punggung papa
Biar tidak capek
Aku mijit papa sambil nyanyi
Nyanyian wajib di sekolah
Atau nyayian yang lagi musim dikampung
(Anak kampung yang pandai nyanyi
Akan menyanyi sepanjang jalan, tak banyak yang punya radio)
Waktu itu lagi musim main sepeda
Aku dan ita hanya punya sepeda papa
Sepeda laki-laki
Meminjam keteman
Belum tentu dikasih
Apalagi kami belum bisa
Kami bawa sepeda papa ketempat yang lapang
Kami taklukkan sepeda papa
Pinggang kanan kami tekuk
Sehingga batang sepeda tetap di kanan
Kami latih keseimbangan dengan posisi tersebut
Alhamdulillah
Lama-lama sepeda papa bisa kami kebut
Bisa pula sambil boncengan
Bengkulu, 20 Oktober 2007
Hanifah Damanhuri
Temanku Eri, Eni, Idang, Yerri dan Ina
Temanku Eri, Eni, Idang, Yerri dan Ina
Kuceritakan sebagian dari masalaluku
Masa yang indah di kampung
Bersama teman-teman yang istimewa
Yang tak mudah ku lupa
Eri (i)
Aku berteman akrab dengannya sejak kelas 5 SD
Anaknya manis, lincah dan serba bisa
Usianya lebih tua 2 tahun dariku
Tapi dia sekelas denganku
Eri dan idang serumah
Mereka saudara sepupu
Rumah mereka saat itu sangat sederhana
Terdiri dari dua kamar ukuran 2 x 3 m
Ruang keluarga ukuran 5 x 2 m
Dapur yang lumayan luas
Di bahagian depan kayu,
Samping dan belakang anyaman bamboo
Pintu masuk dekat dapur dan lewat dapur
Saat ini rumah tersebut sudah berubah jadi istana
(Tak goyah dan tak retak oleh goyangan gempa waktu lalu)
Walau rumahnya sederhana
Rumah ini tempat kami sering berkumpul
Belajar satu jam
Main kartu remi tiga jam
Pernah kartunya di bakar mamanya
Esok lusanya kami sudah punya kartu yang baru
Ketika SMP kami berdua sangat aktif di pramuka
Eri punya talenta yang tinggi
Dia sering jadi komandan upacara
Eri juga yang jadi teman main basketku di Bukittinggi
Biar irit ongkos kami sering berpelukkan di angkot
Aku yang selalu dipeluk
Sisa ongkos kami belikan bakso di bawah Jam Gadang
Sesekali kami nonton gratis di bioskop Sofia
Masa lalu yang sangat indah
Saat ini Eri tetap di kampung
Eni
Usianya lebih kecil dariku setahun
Sekolahnyapun di bawah aku
Orangnya sangat cantik dan lincah
Eni teman berenangku di Tiagan
Eni lebih jagoan berenang dariku
Tenaganya lebih kuat
Sehingga mampu berenang gaya kupu kupu
Aku sendiri tak pernah mampu pakai gaya kupu-kupu
Bersama Eni
Bukan hanya Tiagan yang kami renangi
Tabek gadang dari depan Mesjid sampai Tiagan
Kembali lagi ke depan Mesjid
Batang Tabik dan Lubuk Mato Kucing pernah juga kami renangi
Saat ini Eni jadi saudagar di Jambi
Idang, Yerri dan Ina
Usia mereka lebih tua dariku setahun
Mereka kakak kelasku
Mereka sering berkumpul di rumah Yerri
Rumah Yerri tidak jauh dari rumahku
Berbeda dengan teman-temanku sebelumnya
Mereka lebih banyak di rumah
Kalau tidak sedang belajar
Mungkin baca komik
Mungkin main halma
Mungkin mendengarkan radio suara Malaysia
Yerri punya banyak sahabat pena di Malaysia
Kalau aku pengen belajar
Atau pengen baca komik gratis
Aku main kerumah Yerri
Di rumah Yerri semua tersedia
Apalgi dia anak bungsu
Dimanja keluarga
Rumah tersebut sekarang sudah tiada
Rata gara-gara gempa
Sekarang Yerri dan Ina berada di Jakarta
Yerri diperusahaan swasta
Ina jadi ahli paru-paru, doktor keluaran Jepang
Idang jadi guru SMA
Alhamdulillah
Oh ya jelang ujian akhir SMP
Ku tinggalkan sejenak kegiatan rutinku
Aku ikut gabung belajar dengan teman-teman di Cingkaring
Alhamdulillah aku berhasil lolos dari SMP
Begitu juga jelang ujian akhir SMA
Aku ikut begabung dengan teman-temanku di Belakang Balok
Alhamdulillah aku berhasil lolos dari SMA
Sekarang teman-temanku tersebut jadi dosen semua
Salah satunya Dr Rasmi Wetti di UNRI
Tak terhingga banyaknya Rahmat Allah yang tercurah padaku
Yang kuperoleh melebihi dari usahaku
Kalau bukan karena Rahmat Allah SWT
Entah bagaimana jadinya aku saat ini
Bengkulu, 18 Oktober 2007
Hanifah Damnhuri
Kuceritakan sebagian dari masalaluku
Masa yang indah di kampung
Bersama teman-teman yang istimewa
Yang tak mudah ku lupa
Eri (i)
Aku berteman akrab dengannya sejak kelas 5 SD
Anaknya manis, lincah dan serba bisa
Usianya lebih tua 2 tahun dariku
Tapi dia sekelas denganku
Eri dan idang serumah
Mereka saudara sepupu
Rumah mereka saat itu sangat sederhana
Terdiri dari dua kamar ukuran 2 x 3 m
Ruang keluarga ukuran 5 x 2 m
Dapur yang lumayan luas
Di bahagian depan kayu,
Samping dan belakang anyaman bamboo
Pintu masuk dekat dapur dan lewat dapur
Saat ini rumah tersebut sudah berubah jadi istana
(Tak goyah dan tak retak oleh goyangan gempa waktu lalu)
Walau rumahnya sederhana
Rumah ini tempat kami sering berkumpul
Belajar satu jam
Main kartu remi tiga jam
Pernah kartunya di bakar mamanya
Esok lusanya kami sudah punya kartu yang baru
Ketika SMP kami berdua sangat aktif di pramuka
Eri punya talenta yang tinggi
Dia sering jadi komandan upacara
Eri juga yang jadi teman main basketku di Bukittinggi
Biar irit ongkos kami sering berpelukkan di angkot
Aku yang selalu dipeluk
Sisa ongkos kami belikan bakso di bawah Jam Gadang
Sesekali kami nonton gratis di bioskop Sofia
Masa lalu yang sangat indah
Saat ini Eri tetap di kampung
Eni
Usianya lebih kecil dariku setahun
Sekolahnyapun di bawah aku
Orangnya sangat cantik dan lincah
Eni teman berenangku di Tiagan
Eni lebih jagoan berenang dariku
Tenaganya lebih kuat
Sehingga mampu berenang gaya kupu kupu
Aku sendiri tak pernah mampu pakai gaya kupu-kupu
Bersama Eni
Bukan hanya Tiagan yang kami renangi
Tabek gadang dari depan Mesjid sampai Tiagan
Kembali lagi ke depan Mesjid
Batang Tabik dan Lubuk Mato Kucing pernah juga kami renangi
Saat ini Eni jadi saudagar di Jambi
Idang, Yerri dan Ina
Usia mereka lebih tua dariku setahun
Mereka kakak kelasku
Mereka sering berkumpul di rumah Yerri
Rumah Yerri tidak jauh dari rumahku
Berbeda dengan teman-temanku sebelumnya
Mereka lebih banyak di rumah
Kalau tidak sedang belajar
Mungkin baca komik
Mungkin main halma
Mungkin mendengarkan radio suara Malaysia
Yerri punya banyak sahabat pena di Malaysia
Kalau aku pengen belajar
Atau pengen baca komik gratis
Aku main kerumah Yerri
Di rumah Yerri semua tersedia
Apalgi dia anak bungsu
Dimanja keluarga
Rumah tersebut sekarang sudah tiada
Rata gara-gara gempa
Sekarang Yerri dan Ina berada di Jakarta
Yerri diperusahaan swasta
Ina jadi ahli paru-paru, doktor keluaran Jepang
Idang jadi guru SMA
Alhamdulillah
Oh ya jelang ujian akhir SMP
Ku tinggalkan sejenak kegiatan rutinku
Aku ikut gabung belajar dengan teman-teman di Cingkaring
Alhamdulillah aku berhasil lolos dari SMP
Begitu juga jelang ujian akhir SMA
Aku ikut begabung dengan teman-temanku di Belakang Balok
Alhamdulillah aku berhasil lolos dari SMA
Sekarang teman-temanku tersebut jadi dosen semua
Salah satunya Dr Rasmi Wetti di UNRI
Tak terhingga banyaknya Rahmat Allah yang tercurah padaku
Yang kuperoleh melebihi dari usahaku
Kalau bukan karena Rahmat Allah SWT
Entah bagaimana jadinya aku saat ini
Bengkulu, 18 Oktober 2007
Hanifah Damnhuri
Uni Isna Rais dan Adik-Adiknya
Uni Isna Rais dan adik-adiknya
Ketika SD
Rambutnya panjang tergerai sampai pinggang
Cantik, lincah dan suaranya merdu
Jagoan di kelas maupun di podium
Sopan dalam bersikap dan santun dalam berkata
Tak pernah ada cela
Uni Isna jadi kebanggaan
Ke banggan ortu dan sekolah
Uni Isna adalah bakoku
Dia sesuku dengan papaku
Mamak dari ibunya adalah
Kakek dari sepupuku
Aku kurang tau pekerjaan bapaknya
Sepertinya seorang guru
Ibunya petani sayur
Sekarang ibunya ikut uni Isna
Yang jadi dosen di UIN Jakarta
Uni Isna doktor di bidang agama Islam
Adiknya Zaim
Teman sekelasku ketika SD
Orangnya putih, pemalu
Sering juara Satu
Bahkan dia murid teladan tingkat kabupaten Agam
Kadang-kadang bangku kami bersebelahan
Karena dia pemalu
Ada teman yang suka usil
Mereka tertawakan kami
Bikin pipi kami jadi merah
Akhirnya karena malu
Aku dan Zaim musuhan
Musuhan dalam waktu yang lama
Bertegur sapa lagi ketika sudah mahasiswa
Info terakhir yang ku tau
Zaim kandidat doktor UIN Jakarta
Adiknya Elfiani
Juga teladan tingkat kabupaten agam
Kurang tau pendidikkan tersakhirnya saat ini
Tadi dosen juga di Bukittinggi
Begitu juga dengan adiknya Anni
Juga seorang dosen di Batusangkar
Alhamdulillah bakoku hebat-hebat
Hebat bukan karena mamaknya
Bukan karena harta pusaka
Bukan pula karena besar dikota
Hebat karena usaha
Dan Rahmat Allah SWT
Walau tinggal di desa
Dalam kungkungan adat dan budaya
Minangkabau yang tercinta
Mereka setau aku
Tidak pernah protes tentang Adat dan Budaya
Nganjurkan agar warga
Jalankan Syariat Agama Islam
Tinggalkan maksiat
Dan lain sebagainya
Bengkulu, 22 Oktober 2007
Hanifah Damanhuri
Ketika SD
Rambutnya panjang tergerai sampai pinggang
Cantik, lincah dan suaranya merdu
Jagoan di kelas maupun di podium
Sopan dalam bersikap dan santun dalam berkata
Tak pernah ada cela
Uni Isna jadi kebanggaan
Ke banggan ortu dan sekolah
Uni Isna adalah bakoku
Dia sesuku dengan papaku
Mamak dari ibunya adalah
Kakek dari sepupuku
Aku kurang tau pekerjaan bapaknya
Sepertinya seorang guru
Ibunya petani sayur
Sekarang ibunya ikut uni Isna
Yang jadi dosen di UIN Jakarta
Uni Isna doktor di bidang agama Islam
Adiknya Zaim
Teman sekelasku ketika SD
Orangnya putih, pemalu
Sering juara Satu
Bahkan dia murid teladan tingkat kabupaten Agam
Kadang-kadang bangku kami bersebelahan
Karena dia pemalu
Ada teman yang suka usil
Mereka tertawakan kami
Bikin pipi kami jadi merah
Akhirnya karena malu
Aku dan Zaim musuhan
Musuhan dalam waktu yang lama
Bertegur sapa lagi ketika sudah mahasiswa
Info terakhir yang ku tau
Zaim kandidat doktor UIN Jakarta
Adiknya Elfiani
Juga teladan tingkat kabupaten agam
Kurang tau pendidikkan tersakhirnya saat ini
Tadi dosen juga di Bukittinggi
Begitu juga dengan adiknya Anni
Juga seorang dosen di Batusangkar
Alhamdulillah bakoku hebat-hebat
Hebat bukan karena mamaknya
Bukan karena harta pusaka
Bukan pula karena besar dikota
Hebat karena usaha
Dan Rahmat Allah SWT
Walau tinggal di desa
Dalam kungkungan adat dan budaya
Minangkabau yang tercinta
Mereka setau aku
Tidak pernah protes tentang Adat dan Budaya
Nganjurkan agar warga
Jalankan Syariat Agama Islam
Tinggalkan maksiat
Dan lain sebagainya
Bengkulu, 22 Oktober 2007
Hanifah Damanhuri
ADAT BAKARILAHAN
ADAT BAKARILAHAN
Kakakku yang tinggal di kota Payakumbuh
Hari Jumat yang lalu mantu
Besannya dari Bogor
Nginap di Penginapan
Tetangga kakakku orang yang beradat
Jemput Marapulai
Jemput terbawa
Berpakaian saluak mukena
Di tempat anak Daro
Rombongan disambut
Tari gelombang dan
Tari Pasambahan
Di tingkah patatah petitih oleh MC
Tanpa balasan
Selesai akad nikah dilaksanakan
Tak ada Pasambahan
Hari Sabtu resepsi digelar
Semua makanan di pesan
Makan ala Swalayan
Yang datang umumnya berpasangan
Hari Minggu Pesta dilanjutkan
Di Sungai Tanang
Pesta beli sirih dan
Pesta Sumandan
Pesta Beli Sirih
Untuk kaum bapak-bapak
Dilaksanakan setelah Sholat Zuhur
Tanpa makan berjamba
Tanpa Inti dan Pinjaram
Bukan pula Swalayan
Pasumandannya lelaki muda di sukuku
Pesta Sumandan
Untuk kaum ibu-ibu
Dilaksanakan setelah pesta Beli Sirih
Tanpa makan Berjamba
Tanpa Inti dan Pinjaram
Bukan pula Swalayan
Pasumandannya wanita-wanita disukuku
Pesta di Sungai Tanang
Makanan ada yang dipesan
Ada yang di masak bersama sama
Oleh wanita-wanita di sukuku Payobada
Dan tetangga
Ketika makan
Walau tidak berjamba
Komunikasi tetap ada
Antara pasumandan dengan tamu
Dari dua ala makan yang berbeda
Aku tetap bangga dan bahagia
Menyaksikan pesta dikampungku
Walau makannya tidak lagi berjamba
Makan berjamba
Makan bersama
Tak ada saling rebut
Tak ada saling serobot
Makan berjamba yang kudamba
Sepertinya akan tinggal kenangan
Tergilas oleh ruang dan waktu
Bengkulu, 4 September 2007
Kakakku yang tinggal di kota Payakumbuh
Hari Jumat yang lalu mantu
Besannya dari Bogor
Nginap di Penginapan
Tetangga kakakku orang yang beradat
Jemput Marapulai
Jemput terbawa
Berpakaian saluak mukena
Di tempat anak Daro
Rombongan disambut
Tari gelombang dan
Tari Pasambahan
Di tingkah patatah petitih oleh MC
Tanpa balasan
Selesai akad nikah dilaksanakan
Tak ada Pasambahan
Hari Sabtu resepsi digelar
Semua makanan di pesan
Makan ala Swalayan
Yang datang umumnya berpasangan
Hari Minggu Pesta dilanjutkan
Di Sungai Tanang
Pesta beli sirih dan
Pesta Sumandan
Pesta Beli Sirih
Untuk kaum bapak-bapak
Dilaksanakan setelah Sholat Zuhur
Tanpa makan berjamba
Tanpa Inti dan Pinjaram
Bukan pula Swalayan
Pasumandannya lelaki muda di sukuku
Pesta Sumandan
Untuk kaum ibu-ibu
Dilaksanakan setelah pesta Beli Sirih
Tanpa makan Berjamba
Tanpa Inti dan Pinjaram
Bukan pula Swalayan
Pasumandannya wanita-wanita disukuku
Pesta di Sungai Tanang
Makanan ada yang dipesan
Ada yang di masak bersama sama
Oleh wanita-wanita di sukuku Payobada
Dan tetangga
Ketika makan
Walau tidak berjamba
Komunikasi tetap ada
Antara pasumandan dengan tamu
Dari dua ala makan yang berbeda
Aku tetap bangga dan bahagia
Menyaksikan pesta dikampungku
Walau makannya tidak lagi berjamba
Makan berjamba
Makan bersama
Tak ada saling rebut
Tak ada saling serobot
Makan berjamba yang kudamba
Sepertinya akan tinggal kenangan
Tergilas oleh ruang dan waktu
Bengkulu, 4 September 2007
MAKAN BERJAMBA
MAKAN BERJAMBA
Antri mengambil nasi
Makan sambil berdiri
Kadang sambil jalan kesana kemari
Itu sudah biasa terjadi
Entah dimana sisi manusiawi
Aku rindu makan berjamba
Makan bersama sanak saudara
Di pesta- pesta keluarga
Begitu kakakku memberi tahu
Pesta beli Sirih dan Sumandan
Akan di gelar dikampungku
Kubayangkan
Orang akan makan berjamba
Kubayangkan
Rasanya aku sudah tidak bisa
Kubayangkan
Aku tetap ikut berjamba
Bersama saudaraku
Biar kalau nasi terpelanting dari mulutku
Akan jatuh ketempat saudaraku
Makan Berjamba
Makan di satu piring besar bersama
Cara menyuap lain dari biasa
Tak boleh makan cepat-cepat
Tak boleh makan capak-capak
Tak boleh makan bertebaran
Tak boleh ambil kapling teman sebelah
Yang dimakan yang ada pada kapling sendiri
Makan berjamba
Menuntut kehalusan budi
Harus bisa menahan diri
Serempak ketika menyuap
Bukan berebut
Makan berjamba
Kadang ditemani tuan rumah
Kadang hanya sesama tamu
Tergantung pesta yang digelar
Makan berjamba
Menunya bervariasi
Untuk pesta tertentu
Menu wajibnya ditentukan
Makan berjamba
Terakhir kali aku ikut serta
Lima tahun yang lalu
Di rumah istri mamakku
Dunsanak laki-laki sesuku
Makan berjamba
Butuh ruang yang besar
Butuh pasumandan yang banyak
Butuh waktu yang lama
Akhirnya
Tanpa bisa di tunda
Makan Berjamba
Tinggal nama
Bengkulu, 8 September 2007
Hanifah Damanhuri
Antri mengambil nasi
Makan sambil berdiri
Kadang sambil jalan kesana kemari
Itu sudah biasa terjadi
Entah dimana sisi manusiawi
Aku rindu makan berjamba
Makan bersama sanak saudara
Di pesta- pesta keluarga
Begitu kakakku memberi tahu
Pesta beli Sirih dan Sumandan
Akan di gelar dikampungku
Kubayangkan
Orang akan makan berjamba
Kubayangkan
Rasanya aku sudah tidak bisa
Kubayangkan
Aku tetap ikut berjamba
Bersama saudaraku
Biar kalau nasi terpelanting dari mulutku
Akan jatuh ketempat saudaraku
Makan Berjamba
Makan di satu piring besar bersama
Cara menyuap lain dari biasa
Tak boleh makan cepat-cepat
Tak boleh makan capak-capak
Tak boleh makan bertebaran
Tak boleh ambil kapling teman sebelah
Yang dimakan yang ada pada kapling sendiri
Makan berjamba
Menuntut kehalusan budi
Harus bisa menahan diri
Serempak ketika menyuap
Bukan berebut
Makan berjamba
Kadang ditemani tuan rumah
Kadang hanya sesama tamu
Tergantung pesta yang digelar
Makan berjamba
Menunya bervariasi
Untuk pesta tertentu
Menu wajibnya ditentukan
Makan berjamba
Terakhir kali aku ikut serta
Lima tahun yang lalu
Di rumah istri mamakku
Dunsanak laki-laki sesuku
Makan berjamba
Butuh ruang yang besar
Butuh pasumandan yang banyak
Butuh waktu yang lama
Akhirnya
Tanpa bisa di tunda
Makan Berjamba
Tinggal nama
Bengkulu, 8 September 2007
Hanifah Damanhuri
PESTA BELI SIRIH
PESTA BELI SIRIH
" Kita jadi pesta di kampung
Kita punya 60 ikat sirih "
Begitu kata kakakku di telpon
Malam itu dari Payakumbuh
Angka 60 akan bertambah
Andai diantara aku bersaudara
Menikahi rang Banuhampu
Rumah kami di Sungai Tanang
Di lembah Merapi dan Singgalang
Di belakang rumah, sawah membentang
Di depan rumah, ada Tabek Gadang
Selama ini terkunci tanpa penghuni
Sudah lama tak dikunjungi
Sebagai tempat resepsi
Berbagi bahagia dengan dunsanak se Nagari
Pesta beli sirih
Pesta untuk kaum lelaki
Pengikat Silaturahim
Lelaki yang terpilih dan mendapat sirih
Pesta beli sirih
Bertempat di rumah anak daro
Waktunya habis Jumatan
Makan berjamba
Pesta beli sirih
Pasumandannya semua lelaki
Lelaki yang ada di sukuku (mamak-mamak)
Mereka menyambut tamu
Menata jamba
Memantau Jamba
Menyapa yang lagi makan
Untuk makan sepuasnya
Pesta beli sirih
Pesta yang dinanti
Karena nanti
Dapat amplop yang berisi
Bengkulu, 24 Agustus 2007
Yang sedang terkenang akan pesta di kampung
Hanifah Damanhuri
" Kita jadi pesta di kampung
Kita punya 60 ikat sirih "
Begitu kata kakakku di telpon
Malam itu dari Payakumbuh
Angka 60 akan bertambah
Andai diantara aku bersaudara
Menikahi rang Banuhampu
Rumah kami di Sungai Tanang
Di lembah Merapi dan Singgalang
Di belakang rumah, sawah membentang
Di depan rumah, ada Tabek Gadang
Selama ini terkunci tanpa penghuni
Sudah lama tak dikunjungi
Sebagai tempat resepsi
Berbagi bahagia dengan dunsanak se Nagari
Pesta beli sirih
Pesta untuk kaum lelaki
Pengikat Silaturahim
Lelaki yang terpilih dan mendapat sirih
Pesta beli sirih
Bertempat di rumah anak daro
Waktunya habis Jumatan
Makan berjamba
Pesta beli sirih
Pasumandannya semua lelaki
Lelaki yang ada di sukuku (mamak-mamak)
Mereka menyambut tamu
Menata jamba
Memantau Jamba
Menyapa yang lagi makan
Untuk makan sepuasnya
Pesta beli sirih
Pesta yang dinanti
Karena nanti
Dapat amplop yang berisi
Bengkulu, 24 Agustus 2007
Yang sedang terkenang akan pesta di kampung
Hanifah Damanhuri
RANG SUMANDO
RANG SUMANDO
Aku trenyuh ketika membaca
Nasib rang sumando di hari tua
Kembali ke rumah orang tua
Atau tidur merana di mushola
Ku ingat-ingat rang sumando di sukuku Payobada
Papaku
Ketika telah duda
Papaku tetap tinggal di Payobada
Jelang meninggal
Minta dikuburkan
Di pandam pekuburan Payobada
Sama seperti beberapa sumando lainnya
Yang telah mendahulu
Suami sepupuku, suami dunsanak sesukuku
Walau telah ditinggal beberapa tahun lamanya
Masih betah di Payobada
Baik di rumah yang dia bangun sendiri
Maupun di rumah milik bersama
Aku jadi bertanya
Di jaman apa ?
Di nagari mana ?
Rang sumando begitu menderita
Di hari tuanya
Bengkulu, 21 Agustus 2007
Hanifah Damanhuri
Aku trenyuh ketika membaca
Nasib rang sumando di hari tua
Kembali ke rumah orang tua
Atau tidur merana di mushola
Ku ingat-ingat rang sumando di sukuku Payobada
Papaku
Ketika telah duda
Papaku tetap tinggal di Payobada
Jelang meninggal
Minta dikuburkan
Di pandam pekuburan Payobada
Sama seperti beberapa sumando lainnya
Yang telah mendahulu
Suami sepupuku, suami dunsanak sesukuku
Walau telah ditinggal beberapa tahun lamanya
Masih betah di Payobada
Baik di rumah yang dia bangun sendiri
Maupun di rumah milik bersama
Aku jadi bertanya
Di jaman apa ?
Di nagari mana ?
Rang sumando begitu menderita
Di hari tuanya
Bengkulu, 21 Agustus 2007
Hanifah Damanhuri
BUKIT SANGGUL TARAM
BUKIT SANGGUL TARAM
Begitu mendengar nama Taram
Ingatanku melayang ke masa SMP
Masa remaja yang indah sekali
Ketika itu aku aktif jadi Pramuka
" Kita akan berkemah di Payakumbuh "
Begitu kata guru Pembina pramuka ku ketika itu
Dengan semangat yang menyala
Kusiapkan segala keperluan berkemah
Tak lupa kubawa baju renang
Siapa tau bisa berenang di Batang Tabik
Pagi itu aku sudah berseragam lengkap
Pakai peci, pakai kacu, ransel di punggung
Tidak lupa membawa tongkat pramuka dan tali
Aku rasakan semangat patriot mengalir di tubuhku
Ketika pamitan ke mama aku bisikkan
" Kalau sudah besar aku mau jadi POLWAN "
Kulihat mamaku jadi gusar
Kutinggalkan:
Kamarku yang luas
Kasurku yang empuk
Selimut cap angsaku yang hangat
Tabek Gadang Sungai Tanang
Lapangan Volli ....
Di sekolah kulihat oto Prah
Yang akan membawa kami ke Payakumbuh
Berebut kami naik ke oto Prah
Kami nikmati perjalanan
Seperti lazimnya anak pramuka
Lokasi perkemahan berada dilapangan Taram
Air sebagai sumber kehidupan mudah didapat
Tak jauh dari lapangan
Berdiri dengan kokok sebuah bukit
Bukit yang bentuknya seperti sanggul
Namanya Bukit Sanggul
Bukit Sanggul
Walau tidak tinggi
Tapi tidak mudah untuk di daki
Terlalu terjal untukku
Hari itu kami menjelajah
Rute yang akan dilalui ada pada bahasa sandi
Sandi tersebut kadang disembunyikan
Tugas kami menemukannya
Pemandangan sepanjang jalan sangat indah
Kiri kanan sawah membentang
Ketika sudah jauh berjalan
Kutolehkan kembali pandangan ke belakang
Ke arena perkemahan
Duh.... Bukit Sanggul
Sangat indah dari kejauhan
Bukit Sanggul Taram
Ku ingat gemuruhnya tepuk pramuka disana
Merdunya nyanyian api unggun
" Geeeeemmmaaaaaa, gemaa indaah di angkasaaaaaaaaaa "
Berbagai atraksi dan nyanyian tak henti sampai api padam
Ingat juga janji pada Indonesia
" Kamiiii jaaadiiii paaaannnduuuumuuuu "
Bengkulu, 20 Agustus 2007
Hanifah Damanhuri
Begitu mendengar nama Taram
Ingatanku melayang ke masa SMP
Masa remaja yang indah sekali
Ketika itu aku aktif jadi Pramuka
" Kita akan berkemah di Payakumbuh "
Begitu kata guru Pembina pramuka ku ketika itu
Dengan semangat yang menyala
Kusiapkan segala keperluan berkemah
Tak lupa kubawa baju renang
Siapa tau bisa berenang di Batang Tabik
Pagi itu aku sudah berseragam lengkap
Pakai peci, pakai kacu, ransel di punggung
Tidak lupa membawa tongkat pramuka dan tali
Aku rasakan semangat patriot mengalir di tubuhku
Ketika pamitan ke mama aku bisikkan
" Kalau sudah besar aku mau jadi POLWAN "
Kulihat mamaku jadi gusar
Kutinggalkan:
Kamarku yang luas
Kasurku yang empuk
Selimut cap angsaku yang hangat
Tabek Gadang Sungai Tanang
Lapangan Volli ....
Di sekolah kulihat oto Prah
Yang akan membawa kami ke Payakumbuh
Berebut kami naik ke oto Prah
Kami nikmati perjalanan
Seperti lazimnya anak pramuka
Lokasi perkemahan berada dilapangan Taram
Air sebagai sumber kehidupan mudah didapat
Tak jauh dari lapangan
Berdiri dengan kokok sebuah bukit
Bukit yang bentuknya seperti sanggul
Namanya Bukit Sanggul
Bukit Sanggul
Walau tidak tinggi
Tapi tidak mudah untuk di daki
Terlalu terjal untukku
Hari itu kami menjelajah
Rute yang akan dilalui ada pada bahasa sandi
Sandi tersebut kadang disembunyikan
Tugas kami menemukannya
Pemandangan sepanjang jalan sangat indah
Kiri kanan sawah membentang
Ketika sudah jauh berjalan
Kutolehkan kembali pandangan ke belakang
Ke arena perkemahan
Duh.... Bukit Sanggul
Sangat indah dari kejauhan
Bukit Sanggul Taram
Ku ingat gemuruhnya tepuk pramuka disana
Merdunya nyanyian api unggun
" Geeeeemmmaaaaaa, gemaa indaah di angkasaaaaaaaaaa "
Berbagai atraksi dan nyanyian tak henti sampai api padam
Ingat juga janji pada Indonesia
" Kamiiii jaaadiiii paaaannnduuuumuuuu "
Bengkulu, 20 Agustus 2007
Hanifah Damanhuri
INTI & PINJARAM
INTI & PINJARAM
Inti adalah makanan yang terbuat dari ketan
Bentuknya seperti bola ping pong
Di dalamnya ada wajik kelapa
Rasanya gurih dan enak sekali
Begitu ingat Inti
Aku jadi ingat pesta dikampungku
Aku jadi ingat gaek Udo
Gaek Udo tukang bikin Inti
Kalau sukuku payobada yang punya hajat
Waktu itu aku masih kecil
Aku dan dunsanak sebayaku
Sering ikut menemani perempuan dewasa
Menumbuk beras ketan di lasung sukuku
Kadang kami membantu meng ayak tepungnya
Setelah beras jadi tepung
Kami tungguin gaek Udo
Mengadon tepung tersebut dengan santan
Setelah sempurna
Gaek udo membuat bola bola yang berlobang
Tugas kami mengisi lobang tersebut dengan wajik
Lalu ditutup kembali
Butuh keahlian agar wajik tidak keluar
Dan inti bentuknya bulat sempurna
Setelah selesai proses pembuatan
Inti tersebut di goreng
Tugas menggoreng dilakukan oleh perempuan lain
Yang ahli dalam menggoreng inti tersebut
Ketika inti di goreng
Kami melihat dan menunggu gorengan pertama
Inti yang masih panas rasanya enak sekali
Pinjaram berbentuk lingkaran
Warnanya coklat
Biasanya langsung beli jadi di pasar
Jadi aku tidak tau cara membuatnya
Ingat Inti & Pinjaram
Aku juga ingat adik perempuanku yang bungsu
Usianya terpaut 9 tahun denganku
Aku sering membawanya ke pesta
Aku mewakili mama yang sibuk
Ya sebagai mama, ya sebagai guru SD
Setiap pergi ke pesta
Biasanya kami berangkat berombongan
Rombongan yang terdiri dari dunsanak sesuku
Adikku dan teman sebayanya
Selalu membawa saputangan
Inti dan pinjaram serta kue-kue lainnya
Dimakan setelah makan nasi "bajamba"
Saat itu perut sudah kenyang
Berdiri saja susah
Sudah tidak mungkin lagi makan makanan lain
Inti & pinjaram dibagikan ke anak-anak
Mereka membungkusnya dengan sapu tangan
Mungkin di makan dijalan
Mungkin di bawa pulang kerumah
Adikku kadang tidak sabaran
Kalau orang lambat mengasihkan inti dan pinjaram
Dia berteriak teriak
" Agiah den inti jo pinjaram untuak papa den "
Teriakannya kadang membuat kami tertawa
Sesampai di rumah
Bungkusan sapu tangan di buka
Pinjaram dikasih ke papa
Inti dia makan sendiri
Bengkulu, 18 Agustus 2007
Nan sadang taragak makan bajambo dan makan inti jo pinjaram.
Hanifah Damanhuri
Inti adalah makanan yang terbuat dari ketan
Bentuknya seperti bola ping pong
Di dalamnya ada wajik kelapa
Rasanya gurih dan enak sekali
Begitu ingat Inti
Aku jadi ingat pesta dikampungku
Aku jadi ingat gaek Udo
Gaek Udo tukang bikin Inti
Kalau sukuku payobada yang punya hajat
Waktu itu aku masih kecil
Aku dan dunsanak sebayaku
Sering ikut menemani perempuan dewasa
Menumbuk beras ketan di lasung sukuku
Kadang kami membantu meng ayak tepungnya
Setelah beras jadi tepung
Kami tungguin gaek Udo
Mengadon tepung tersebut dengan santan
Setelah sempurna
Gaek udo membuat bola bola yang berlobang
Tugas kami mengisi lobang tersebut dengan wajik
Lalu ditutup kembali
Butuh keahlian agar wajik tidak keluar
Dan inti bentuknya bulat sempurna
Setelah selesai proses pembuatan
Inti tersebut di goreng
Tugas menggoreng dilakukan oleh perempuan lain
Yang ahli dalam menggoreng inti tersebut
Ketika inti di goreng
Kami melihat dan menunggu gorengan pertama
Inti yang masih panas rasanya enak sekali
Pinjaram berbentuk lingkaran
Warnanya coklat
Biasanya langsung beli jadi di pasar
Jadi aku tidak tau cara membuatnya
Ingat Inti & Pinjaram
Aku juga ingat adik perempuanku yang bungsu
Usianya terpaut 9 tahun denganku
Aku sering membawanya ke pesta
Aku mewakili mama yang sibuk
Ya sebagai mama, ya sebagai guru SD
Setiap pergi ke pesta
Biasanya kami berangkat berombongan
Rombongan yang terdiri dari dunsanak sesuku
Adikku dan teman sebayanya
Selalu membawa saputangan
Inti dan pinjaram serta kue-kue lainnya
Dimakan setelah makan nasi "bajamba"
Saat itu perut sudah kenyang
Berdiri saja susah
Sudah tidak mungkin lagi makan makanan lain
Inti & pinjaram dibagikan ke anak-anak
Mereka membungkusnya dengan sapu tangan
Mungkin di makan dijalan
Mungkin di bawa pulang kerumah
Adikku kadang tidak sabaran
Kalau orang lambat mengasihkan inti dan pinjaram
Dia berteriak teriak
" Agiah den inti jo pinjaram untuak papa den "
Teriakannya kadang membuat kami tertawa
Sesampai di rumah
Bungkusan sapu tangan di buka
Pinjaram dikasih ke papa
Inti dia makan sendiri
Bengkulu, 18 Agustus 2007
Nan sadang taragak makan bajambo dan makan inti jo pinjaram.
Hanifah Damanhuri
INDAHNYA BERPIKIRAN POSITIF
INDAHNYA BERPIKIRAN POSITIF
Sebenarnya aku
Termasuk yang sulit
Berpikiran positif
Apa karena :
Aku wanita ?
Pencemas ?
Perhitungan ?
Pelit ?
Curiga ?
Pencemburu ?
Entahlah
Berbeda dengan suamiku
Polos
Pemurah
Berbaik sangka
Dan lain lain
Suatu ketika
Dia berikan TV hitam putih kami ketemannya
Ketika kami sudah memiliki TV berwarna
Aku cemberut padanya
Karena TV itu dulu belinya nyicil
Suatu kali
Diam-diam dia pinjamkan SK nya
Untuk membantu temannya di pasar
Begitu tau
Aku ngomel padanya
Banyak lagi
Kebaikan yang dia lakukan untuk orang lain
Yang kadang membuatku cemas dan kesal
Entahlah
Antah karena kebaikkannya
Banyak urusannya
Lancar-lancar saja
Pindah dari Sumbar Ke Bengkulu
Sebagai PNS (Guru SMP) yang ikut istri
Tanpa bayar seperserpun
Alhamdulillah
Setelah kuliah lagi dan selesai S1.
Dengan gampang dia pindah dari SMP ke SMA
Tanpa membayar seperserpun
Tanpa melukiai siapapun
Alhamdulillah
Mulanya aku agak malu juga
Suamiku hanya guru SMP
Gajinya bisa di tebak
Tak dinyana
Rumah kami kena gusur
Kami dapat satu ruko dan
Rumah di tempat yang lebih nyaman dari semula
Kendaraanpun kami punya
Alhamdulillah
Tadi pagi
Suamiku berteriak
" Horeeee aku lolos sertifikasi "
Alhamdullillah
Akhirnya gajinya akan lebih besar dari gajiku
Nikmat Tuhan yang manakah yang aku dustakan ?
Bengkulu, 3 Desember 2007
Hanifah Damanhuri
Sebenarnya aku
Termasuk yang sulit
Berpikiran positif
Apa karena :
Aku wanita ?
Pencemas ?
Perhitungan ?
Pelit ?
Curiga ?
Pencemburu ?
Entahlah
Berbeda dengan suamiku
Polos
Pemurah
Berbaik sangka
Dan lain lain
Suatu ketika
Dia berikan TV hitam putih kami ketemannya
Ketika kami sudah memiliki TV berwarna
Aku cemberut padanya
Karena TV itu dulu belinya nyicil
Suatu kali
Diam-diam dia pinjamkan SK nya
Untuk membantu temannya di pasar
Begitu tau
Aku ngomel padanya
Banyak lagi
Kebaikan yang dia lakukan untuk orang lain
Yang kadang membuatku cemas dan kesal
Entahlah
Antah karena kebaikkannya
Banyak urusannya
Lancar-lancar saja
Pindah dari Sumbar Ke Bengkulu
Sebagai PNS (Guru SMP) yang ikut istri
Tanpa bayar seperserpun
Alhamdulillah
Setelah kuliah lagi dan selesai S1.
Dengan gampang dia pindah dari SMP ke SMA
Tanpa membayar seperserpun
Tanpa melukiai siapapun
Alhamdulillah
Mulanya aku agak malu juga
Suamiku hanya guru SMP
Gajinya bisa di tebak
Tak dinyana
Rumah kami kena gusur
Kami dapat satu ruko dan
Rumah di tempat yang lebih nyaman dari semula
Kendaraanpun kami punya
Alhamdulillah
Tadi pagi
Suamiku berteriak
" Horeeee aku lolos sertifikasi "
Alhamdullillah
Akhirnya gajinya akan lebih besar dari gajiku
Nikmat Tuhan yang manakah yang aku dustakan ?
Bengkulu, 3 Desember 2007
Hanifah Damanhuri
MUTIARA MUTIARA RANAHMINANG
MUTIARA MUTIARA RANAHMINANG
(Untuk Firdaus HB dkk)
Alhamdulillah
Ranahminang masih memiliki mutiara-mutiara
Mutiara yang mulai menyibakkan lumpur
Membungkus dirinya
Sehingga kilauannya
Mulai memancar
Di seantero Nusantara
Kapan perlu
Kesemua jagat raya
Amin
Mutiara mutiara ranahminang
Yang masih terselubung lumpur
Bangkitlah
Sibakkan lumpur yang membungkus dirimu
Tunjukkan pada dunia
Kilauan cahayamu yang tiada tara
Jadikan orang terpesona
Bangga dan kagum padamu
Mutiara mutiara ranahminang
Berilah cahaya pada generasi muda yang lain
Pancarkan kilauan bersama sama
Sibakkanlah
Kegelapan yang membungkus ranahmu
Tebaslah kemiskinan dan kebodohan
Baik untuk rang ranah
Maupun untuk semua
Semoga Allah memberikan Rahmah dan Hidayah Nya.
Amin
Bengkulu, 5 Desember 2007
(Untuk Firdaus HB dkk)
Alhamdulillah
Ranahminang masih memiliki mutiara-mutiara
Mutiara yang mulai menyibakkan lumpur
Membungkus dirinya
Sehingga kilauannya
Mulai memancar
Di seantero Nusantara
Kapan perlu
Kesemua jagat raya
Amin
Mutiara mutiara ranahminang
Yang masih terselubung lumpur
Bangkitlah
Sibakkan lumpur yang membungkus dirimu
Tunjukkan pada dunia
Kilauan cahayamu yang tiada tara
Jadikan orang terpesona
Bangga dan kagum padamu
Mutiara mutiara ranahminang
Berilah cahaya pada generasi muda yang lain
Pancarkan kilauan bersama sama
Sibakkanlah
Kegelapan yang membungkus ranahmu
Tebaslah kemiskinan dan kebodohan
Baik untuk rang ranah
Maupun untuk semua
Semoga Allah memberikan Rahmah dan Hidayah Nya.
Amin
Bengkulu, 5 Desember 2007
Langganan:
Postingan (Atom)