Senin, 20 Oktober 2008

TADARUS

TADARUS


Ketika aku masih SD dulu
Di bulan puasa
Sekolah libur
Selama sebulan penuh


Malam hari selesai tarawih
Anak-anak yang biasanya mengaji di surau batu
Yang sudah pandai membaca Alquran
Semuanya mengaji di surau gadang (Mesjid Jamik )
Surau batu libur


Biasanya di surau batu
Ada kelompok-kelompok sesuai kemahiran
Masing-masing kelompok ada gurunya
Masing-masing kelompok ada lelaki dan perempuannya
Di surau gadang hanya ada dua kelompok
Kelompok laki-laki dan kelompok perempuan
Di pimpin oleh seorang guru
Yang duduk di antara kedua kelompok


Semua anak-anak yang hadir
Akan kebagian membaca
Sehingga kadang baru selesai tengah malam


Untuk menghibur anak-anak yang tadarus
Setiap suku secara bergiliran
Membawa makanan dan minuman ke Mesjid
Macam-macam jenis makanan yang dibawa
Semuanya terasa nikmat
Karena dimakan rame-rame di kedinginan malam
Tak pernah ada makanan yang tersisa


Kadang-kadang ada ibu-ibu yang menemani anaknya tadarus
Ibunya kadang tiduran di belakang
Biasanya sang ibu akan terbangun
Kalau sudah datang rombongan yang membawa makanan


Diantara yang tadarus
Biasanya selalu ada beberapa yang usil
Mereka permisi keluar
Tak lama mereka masuk se olah-olah
Sebagai penghantar makanan
Lengkap dengan bawaan
Sehingga ibu-ibu yang tidur jadi terbangun


Pulang tadarus
Biasanya aku langsung sahur
Atau tidak sahur karena tidak mau bangun
Ketika orang sahur jelang subuh


Kadang aku lebih suka ikut uni TUTI
Bakoku, anak sepupu papaku
Di rumahnya selalu rame kalau sahur
Disana aku tak mungkin malas bangun
Padahal rumahnya jauh di Durian


Ketika sudah di rantau
Aku tak pernah lagi bertadarus di Mesjid
Ibu-ibu lain juga tidak ada
Aku mengaji di rumah saja
Itupun kadang lupa


Beberapa malam ini
Suamiku dan beberapa temannya
Ku dengar bertadarus di Mesjid
Tahun-yahun yang lalu juga begitu


Aku jadi rindu
Semoga saja suatu waktu
Anak-anak dan kaum ibu
Bisa menyisihkan waktu
Tadarus di Mesjid
Amin



Bengkulu, 7 September 2008



Hanifah Damanhuri

SELAMAT JALAN MAK BAN

SELAMAT JALAN MAK BAN


Terkejut kami
Ketika membaca berita
Mak Ban telah pergi
Tinggalkan dunia yang fana
Untuk selamanya
Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun
Selamat jalan mak Ban
Semoga Allah menenpatkan mak Ban
Di tempat yang layak
Di ampuni dosa mak Ban
Di terima amal ibadah mak Ban
Amin Ya Rabbal Alamin


Aku mengenal mak Ban
Di Banuanet
Palanta maya rang Banuhampu
Teringat aku
Ketika kukira mak Ban
Punya toko buku
Kupesan beberapa buku
Yang kuperlu dalam tugasku
Mak Ban jawab
” Mak Ban montir laut Jawa
Bekerja di tengah Samudra
Di pulau Natuna ...... ”
Akhirnya ketika mak Ban di Jakarta
Aku dibelikan buku (gratis)


Aku bingung
Kok mak Ban jualan buku Minang di milis?
Kata adikku
“ Itu cara yang bagus untuk mengumpulkan dana
Jauh lebih bagus dari pada meminta sumbangan “


Desember 2004
Ketika Tsunami menerjang Aceh
Aku teringat mak Ban
Rupanya saat itu
Mak Ban mengodak rumahku di Sungai Tanang
Kodak yang indah
Kodak yang jadi kebanggaan kami
Rumah kami kelihatan megah


Tahun 2005
Aku dikirim ke Bogor oleh UT
Pada hal aku tidak ngajar di UT
Tidak ada doa penolak rejeki
Mak Ban mencariku ke Cisarua
Disana kami bertemu
Ku kira itu pertemuan yang pertama
Ternyata juga yang terakhir


Setelah gempa menghoyak Sungai Tanang
Mak Ban kembali mengirim kodak rumahku
Yang tampilannya sudah jauh berbeda dari asli
Pernak pernik yang indah berubah jadi triplek
Penutup bolong-bolong di sekeliling rumah
Waktu itu mak Ban jadi relawan


Mak Ban
Kebaikan mak Ban susah dilupa
Serasa kita bersaudara
Tak terasa air mataku bergulir di pipi
Aku merasa kehilangan
Kehilangan mamak yang bijaksana
Semoga Mak Ban tenang di alam sana


Bengkulu 5 September 2008



Hanifah Damanhuri