Jumat, 30 April 2010

HARI PANAS SEKALI

HARI PANAS SEKALI

Sudah hampir sebulan
Aku merasa kegerahan
Tiap sebentar rambut dan sekujur tubuh
Bermandikan peluh
Salah memilih baju
Kulit penuh biang keringat

Jadi serba salah
Kupakai baju katun yang tipis
Ketika berada di ruang AC
Atau berada di depan kipas angin
Aku kedinginan
Kepala jadi pusing

Tadi pagi
Aku kekuburan mengantar teman
Aku memakai baju hitam
Terasa hari panas sekali
Padahal aku berada
Dibawah pohon yang rindang

Tadi sore
Aku dapat SMS
Dari teman sepermainan
Ketika di kampung
“Info penting:
Pengumuman!
4 hr k dpn
Mulai hari ini
Jgn pke bju wrn hitam
Krn mathari
Sdng mncapai
Titik trdkt dg bumi
Slruh dunia
Mrngalami kebaikan suhu 4 drajat
Brpluang tjd kanker
Jd gunakan sunblock &
Byk mnum air putih.
Infokan lagi k org2
Yg kita pedulikan”


Bengkulu, 30 April 2010


Hanifah Damanhuri

BAHASA IBU

BAHASA IBU

Adat dan budaya serta bahasa
Berlaku salingka Nagari di Ranah Minang
Ketika sudah mulai keluar dari Nagari
Dan berkumpul dengan orang berlainan Nagari
Walau Nagari bersebelahan
Kadang perbedaan menjadi pertengkaran
Kadang perbedaan menambah erat persahabatan

Terasa baru kemaren rasanya
Ketika teman-teman kos kakakku di Padang
Tertawa mendengar kata-kataku
“Sia di dalam kamar mandi”, tanya tante Yur
“Aden”, jawabku
“Ha ha ha”, dia tertawa ke temannya
Akupun ditatar agar tidak ber “Aden”

Pulang dari liburan
Aku memanggil nama sendiri untuk diri
Aku juga melarang orang jangan ber’Kau” ke aku
“Alah, baru libur ka Padang, sombong”
Begitu kata teman-temanku sekampung
Dari pada jadi orang asing di kampung sendiri
Aku kembali berbahasa ibu

Beranjak ABG
Kembali bahasa ibu menjadi masalah
Terutama ketika libur
Kadang saudara yang kekampung
Kadang aku yang ke kota
Saudaraku sering tertawa
Ketika aku berkata-kata

Biar tidak diketawakan lagi
Aku dan beberapa temanku
Berbahasa Indonesia setiap hari
Sebutan “Aden dan Kau”
Berganti “Lu dan Gua”
Tak peduli orang berkata apa
Sesekali berbahasa ibu

Ketika sudah merantau
Bahasa ibu ditinggalkan sama sekali
Anehnya
Ketika rindu kampung
Rindu sanak saudara
Kami memilih berbahasa ibu
Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan

Selucu-lucunya bahasa ibu
Sekasar-kasarnya logat bahasa ibu
Ketika sudah jauh dari rumah ibu
Bahasa ibu
Membantu mengingat kembali
Kenangan indah tentang suatu komunitas
Lengkap dengan adat dan budayanya


Bengkulu, 27 April 2010


Hanifah Damanhuri

Minggu, 25 April 2010

MABUK “KEPAHYANG”

MABUK “KEPAHYANG”

“Nanti kalau Pulkam lagi
Ganti mobil ya”, kata kakakku
Aku tertawa nyengir
Sementara hati bersedih

Pulang ke Padang beberapa hari yang lalu
Kubeli mobil baru yang keren
Lengkap dengan sopir
Tapi belinya sebangku

Dari Bengkulu ke Padang
Aku merasa nyaman saja
Ketika meliwati perbukitan
Dengan jalan mendaki dan berkelok-kelok
Jelang memasuki kota Kepahyang
Di sore yang cerah sekali waktu itu

Ketika dari Padang ke Bengkulu
Mobil yang kami beli sebangku
Ukurannya lebih kecil dari sebelumnya
Walau dilengkapi AC
Sang sopir lebih suka buka kaca

Dini hari
Mobil kami
Berada di perbukitan
Menurun pelan-pelan
Di jalan yang berkelok-kelok

Terpaan angin dan dinginnya udara perbukitan
Serta guncangan mobil meliwati belokkan
Membuat perutku mual
Mobil dihentikan ketika aku minta kantong
“Buka pintu dan muntahkan diluar bu”, kata sopir
Begitu pintu terbuka
Buuuuaaaarrrr
Aku muntah menjadi-jadi
Lemas langsung badanku

Terbebas dari tikungan
Dan ketika bertemu warung makan
Kami singgah
Aku beli teh hangat

Ketika mobil berjalan lagi
Aku tertidur
Terjaga ketika sopir bertanya
Yang mana rumahnya
Pas mobil berhenti di depan rumah
Aku kembali muntah lagi
Mabuk “Kepahyang”, kata orang Bengkulu

Begitulah penderitaanku
Bila melewati bukit daerah Kepahyang
Kecuali aku makan antimo
Dan tidur disepanjang jalan tersebut
Tanpa melihat pemandangan yang indah

Bengkulu, 25 April 2010


Hanifah Damanhuri

NB. Ini catatan orla tentang tikungan http://www.pdp.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=841

Senin, 19 April 2010

BECAK MOTOR

BECAK MOTOR

Kali ini kami (aku dan suami) ke Padang
Menggunakan jasa travel
Irit dan hemat tenaga
Dan diantar sampai ke alamat

Masalah muncul ketika hendak bepergian
Dari dan ke rumah adikku di Siteba
Tak mudah mendapatkan angkot
Sesuai keinginan dalam waktu yang singkat

Ketika kami melangkah hendak menuju UNP
Kami melihat becak motor
Pemandangan yang terasa aneh bagiku
Kami panggil becak motor
Dan kamipun menuju UNP
Lewat jalan yang tersingkat
Jalan yang tak ditempuh Angkot
Hingga akhirnya sampai di Simpang Tunggul Hitam

Aku pikir kami akan diturunkan di Simpang ini
Eh sang becak ikut melaju di tengah keramaian
Bersaing dengan bermacam-macam mobil
Di jalan Hamka yang padat
Dengan lincah sang becak
Mengambil posisi di paling kanan
Sesampai di depan UNP
Becakpun berbelok dengan sigap
Dan meluncur kehalaman BNI

Kulihat pegawai BNI
Senyum-senyum melihat kami
Kami balas pula dengan senyuman
Sambil bergegas turun dan melangkah ke jalan
Becak motor telah membahagiakan kami di siang itu

Usai urusan kami di UNP siang itu
Kami naik biskota ke Pasar
Waduh mak
Musiknya keras sekali
Bikin kepala nyut-nyutan
Kalau seseorang ingin turun
Tinggal tepuk tangan
Menyaingi suara musik yang keras

Ada almari di atas kepala sopir
Yang berisi botol bekas dengan berbagai model
Apa itu botol bekas minuman keras?
Atau botol apa ya ?
Modelnya bagus-bagus
Indah juga nampaknya

Ketika sampai di Taman Melati
Kami diturunkan
Habiiis-habiiiiiis kata keneknya
Ya udah, kami turun
Kami telusuri jejak yang pernah di tinggalkan
Puluhan tahun yang silam
ketika kasih mulai bersemi

Kami ulangi pula
Makan martabak Mesir Kubang
Sambil makan terkenang
Masa-masa indah di masa muda

Pulangnya kami putuskan naik becak motor lagi
Kami naik angkot dulu menuju Simpang Tunggul Hitam
Angkot Padang aneh-aneh warnanya
Diangkot ini aku juga melihat almari kecil
Tempat 3 buah botol di pajang
Red Label, X, Black Label
Dekat sopir juga ada botol minuman
Sama dengan biskota
Musik di angkot ini juga keras
Sssttt kata suamiku melarang
Ketika aku ingin minta sopir mengecilkan volumenya

Jangan kencang-kencang mas
Teriakku pada sopir
Yang mencoba menyalib mobil lain
Sial bagi sopir tersebut
Ketika dia menaikkan penumpang
Di tempat yang salah
Ketangkap basah polisi

Kami dipaksa polisi ganti mobil
Setelah sampai di Simpang Tunggul Hitam
Hujan lebat mengguyur Padang
Untung ada becak motor
Asyikk juga naik becak motor
Di bawah guyuran hujan lebat
Di jalan yang berbatuan/tidak rata
Kepala terantuk-antuk ke penutup becak


Padang, 16 April 2010


Hanifah Damanhuri

KESEMPATAN MENGUSAP KEPALA PAK ETEKKU

KESEMPATAN MENGUSAP KEPALA PAK ETEKKU

Di waktuku yang sempit
Dan langkahku yang singkat
Tak banyak yang sempat kukunjungi

Malam minggu 17 April 2010
Aku, suami dan keluarga adikku
Berkunjung ke rumah pak etekku
Bapak Akhiarly Djalil

Tak seperti biasanya
Pak etekku lama sekali menemui kami
Ketika keluar mulutnya di tutup sapu tangan
Setelah menyalami kami, masuk lagi kekamar

Ketika keluar lagi dari kamar
Pak etek ngomong barusan dia muntah
Kami jadi terkejut
Adikku dan aku memeriksa jidatnya
Tidak panas, tetapi dingin
Tangan juga dingin

“Ambil nasi panas” kata suamiku
Nasi yang dibungkus sapu tangan
Di usap-usap ke jidat, punggung dan tempat lain
Aku dan adikku memijit-mijit kaki dan tangan

Sambil memijit pak etek
Aku dan adikku tertawa lepas
Teringat ketika memijit papaku
Bayaran adikku lebih banyak dariku

Kami jadi terdiam
Ketika tanteku menangis dan berkata
“Uda, baa uda….”
Aku jadi cemas juga
Kami minta pak etek pindah kekamar
Sebelum pak etek naik ketempat tidur
Adikku sudah menghubungi kakakku
Pak etek konsultasi langsung dengan kakakku yang dokter

Saat itu kami merasa
Menghadapi papa sendiri
Bajunya diganti
Badannya dibalsemi
Kaki, tangan, dan kepala semuanya di pijit
Kesempatan mengusap kepala pak etek

Aku agak trauma rasanya
Terbayang saat terakhir papaku
Terbayang saat terakhir kakak iparku
Dalam hati aku berdoa
Semoga pak etek cepat sembuh

Setelah kami merasa badan pak etek mulai panas
Haripun sudah malam
Kami pamit
Sebelum pulang kerumah adikku
Kami mampir dulu ke rumah kakak tante
Memberitahukan keadaan pak etek
Biar ada yang menemani tante

Alhamdulillah
Tadi suara pak etek di telpon
Sudah kencang seperti biasa
Dan terdengar senang dan bahagia

Terima kasih Ya Allah
Engkau beri kesempatan padaku
Untuk mengusap kepala pak etekku
Yang tak pernah terbayangkan dalam hidupku

Bengkulu, 10 April 2010

Hanifah Damanhuri

Senin, 12 April 2010

CALON PAHLAWAN

CALON PAHLAWAN

Rakyat berderai sepertiku
Sering tercengang-cengang
Menyaksikan berita/pemandangan di TV
Jadi bingung sendiri
Mana berita yang benar
Mana berita yang direkayasa
Siapa yang benar
Siapa yang salah

Sebagai rakyat berderai
Aku mengimpikan Negara yang hebat
Para pemimpinnya berpihak ke rakyat
Bijaksana, adil, jujur dan disiplin
Tapi saat ini aku merasa
Seperti meminta sisik ke lele

Pesona harta
Pesona tahta
Pesona wanita
Sangat susah terlepas dari manusia
Berbagai cara dilakukan
Kadang teman jadi lawan
Kadang lawan jadi teman
Orientasi ke rakyat
Hanya di bib ir saja
Tak jarang
Rakyatlah jadi korbannya

Di tengah hiruk pikuk perang bintang
Tak peduli entah apa alasannya
Mungkin juga sebagai balas dendam
Muncul bintang SD yang terang dimata rakyat
Di bongkarnyalah beberapa kasus di kantornya
Yang menggemparkan NKRI

Simpati rakyat tertuju padanya
Ingin betul rakyat menyaksikan
Siapa saja para penjahat berdasi
Yang telah melukai hati rakyat
Telah mencuri uang rakyat

Di tengah-tengah penantian rakyat
Muncul berita/pemandangan yang aneh di TV
Sang bintang SD yang sedang bersinar
Yang ingin berobat ke LN
Di tangkap teman kantornya

Huuuhhh ada apa ya?
Semua orang bertanya
Andai penangkapan ini tak benar prosedurnya
Aku rasa sang bintang SD
Akan tampil sebagai Calon Pahlawan

Jarak antara
Pahlawan dan Pengkhianat
Sangat tipis
Tergantung
Dari sisi mana seseorang melihatnya


Bengkulu, 12 April 2010


Hanifah Damanhuri

Sabtu, 10 April 2010

MENGGAPAI IMPIAN

MENGGAPAI IMPIAN

Hampir setengah abad usiaku kini
Usia yang sudah tidak muda lagi
Namun aku masih punya mimpi-mimpi
Mimpi yang kadang baru terpikirkan kini

Selama ini
Karirku mengalir bak air
Terhalang aku di suatu jalur
Aku berpindah ke jalur yang lain
Alhamdulillah untung saja
Aku tak terjebak di lubang yang dalam
Yang akan membuatku diam di tempat

Di usiaku yang tak muda lagi
Aku melihat masih ada kesempatan
Kesempatan untuk mengembangkan diri
Untuk itu kubangun suatu impian
Impian yang membutuhkan banyak pengorbanan

Untuk menggapai impianku
Aku bangun mimpi-mimpi yang lain
Seperti kata pepatah
Sekali merangkuh dayung
Dua tiga pulau terlampau

Minggu ini
Minggu penentuan bagiku

Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Izinkanlah aku untuk menggapai impianku
Seandainya itu menjadikan aku lebih baik nanti
Mudahkanlah urusanku
Amin

Bengkulu, 11 April 2010

Hanifah Damanhuri

Jumat, 09 April 2010

MAS

MAS

Mas adalah panggilan untuk lelaki Jawa
Kupanggil sahabatku dengan Mas X
Sebagai panggilan kehormatan
Walau usianya kecil dariku

Kupanggil mahasiswaku Mas
Walau bukan di Jawa
atau bukan orang Jawa
Untuk menyuruh mahasiswa
Yang tak kuhapal namanya

Sekarang kata MAS
Sedang hangat diperbincangkan orang
Bukan untuk memanggil nama lelaki
Tetapi singkatan dari
Majlis Adat dan Syarak

Keningku berkerut merenungkannya
MAS kata yang lumrah di Jawa
Akan dipakai jadi kata yang istimewa
Di Ranah Bunda
Seperti tidak ada kata yang lain saja

Kurenungkan lagi kata MAS
Haahhh kemana perginya kaum cerdik pandai?
Dimana tempatnya bundo kanduang?
Haruskan terpisah antara adat dan agama?
Bukannya adat berdasarkan agama?

MAS
Kata yang menurutku
Harus ditinjau ulang
Baik dari pilihan kata
Maupun kelengkapan isi

Bengkulu, 10 April 2010

Hanifah Damanhuri

KISAH CINTAKU

KISAH CINTAKU

Cintaku
Cinta sejati
Cinta yang abadi
Tak terganti
Sampai mati

Ku kenal dia
Ketika kami satu sekolah
Di SMP paforit
Di kota Bukitinggi
Yang indah permai

Wajahnya yang rupawan
Dengan sikapnya yang anggun
Dan tutur kata yang santun
Serta kecerdasannya di atas rata-rata
Telah membuat hatiku terpenjara

Ku tatap dia di setiap kesempatan
Ku dekati dia dan kuusahakan
Agar kami bersama dalam suatu kegiatan
Aku merasa dia juga bangga padaku
Pada kecerdasanku

Status sosial yang berbeda
Nagari dan budaya yang berbeda
Membuatku tak berharap banyak
Aku puas bisa bersamanya
Dalam setiap kesempatan

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat
Selepas dari SMP paforit
Kamipun masuk ke SMA yang sama
SMA paforit yang jadi incaran pelajar Sumbar

Perasaan cinta yang kusimpan dalam hati
Tak kunjung berani kusampaikan
Kulampiaskan perasaan ini
Ke dalam tulisan atau puisi-puisi cinta
Yang kusimpan rapi di kamarku

Betapa berat hidup ini kurasa
Ketika aku harus pindah ke Padang
Ikut orang tua
Yang pindah tugas
Aku harus meninggalkan kekasih hatiku

Demi perasaan cinta yang tertanam di hati
Dengan berbagai alasan
Aku buat jarak Padang dan Bukittinggi
Menjadi dekat sekali
Minimal sebulan sekali aku ke Bukittinggi

Jangan heran
Walau aku bukan lagi sekolah di Bukittinggi
Tetapi aku masih akrab dengan teman-teman
Terutama yang berasal dari SMP paforit dulu
Akupun dijadikan Alumni SMA paforit tersebut

Barangkali Tuhan memahami perasaanku
Aku kembali satu perguruan dengannya
Di Fakultas paforit di UNAND
Hatiku berbunga-bunga
Kekasih hati ada dipelupuk mata

Keenceran otakku
Dan kelihaianku berusaha
Serta berbagai kelebihan yang kumiliki
Telah membuatku percaya diri
Begitu aku menyandang gelar sarjana
Kulamar dia jadi istriku
Begitulah kisah cintaku

Bengkulu, 9 April 2010

Aku ( pura-pura jadi Guruku)

Kamis, 08 April 2010

TERKEJUT

TERKEJUT

Hari ini aku pulang lebih cepat dari biasanya
Begitu kelasku berakhir
Aku tak mampir ke fakultas seperti biasanya
Tetapi langsung pulang kerumah

Begitu sampai di jalan menuju rumahku
Aku tercengang melihat banyak mobil
Ada mobil polisi juga
Tempat bertanya tidak ada

Lagi berfikir apa yang terjadi
Aku berpapasan dengan anak SMP
“Rumah pak Jeck terbakar”, katanya
Darahku tersirap, rumah siapa, tanyaku lagi
“ Rumah nenek Rel terbakar”, ulangnya
Innalillahi wainnalillahi rajiun
Ku kira tadi rumah pak Jen suamiku
Beda Jeck dengan Jen tipis sekali
Selama ini kami memanggilnya Jeck

Ketika aku sampai di lokasi
Di gang sebelah gang rumahku
Rumah sudah jadi puing
Apipun sudah padam

Saat terjadi kebakaran sekitar pukul 11 WIB
Hari sedang panas sekali
Untung tidak ada angin
Andai ada angin …

Kulihat nenek Rel
Termenung di rumah tetangganya
Dan tak banyak berbicara
Jeck anak lelakinya dua kali pingsan

Kecil jadi kawan
Besar jadi lawan
Hanya dalam hitungan menit
Tak satupun kekayaan yang tersisa

Aku terkagum menyaksikan ketegaran mak Rel
Musibah yang datang silih berganti
Yang telah menguras airmatanya hingga kering
Telah menempanya jadi manusia sabar
Seperti tanpa beban
Mak Rel sholat Magrib berjamaah di mesjid

Suatu pelajaran berharga
Yang kudapat hari ini
Dari seorang nenek tua yang bersahaja
Bagaimana menunjukkan sikap
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun


Bengkulu, 8 April 2010


Hanifah Damanhuri

Minggu, 04 April 2010

TEROMPET KEMATIAN

TEROMPET KEMATIAN

Setiap mendengar bunyi terompet di TV
Memberitahukan tentang kematian WS
Ingatanku melayang ke kota Bagan Si Api-Api
Kota yang penghuninya mayoritas bermata sipit

Sebelum aku berkunjung ke kota Bagan Si Api-Api
Dalam otakku tersimpul
Dimanapun si mata sipit berada
Umumnya kehidupan mereka di atas rata-rata

Di kota Bagan Si Api-Api inilah pada tahun 80 an
Aku menyaksikan kehidupan si mata sipit
Yang lengkap status sosialnya
Yang kaya sekali sampai yang termiskin ada di sana

Pasarnya walau kecil
Banyak barang impor disana
Dengan kualitas yang bagus
Dan harga terjangkau

Berada di kota Bagan Si Api-Api
Orang Melayu
Menjadi tamu di negeri sendiri
Bahasa dan budaya, asli Tionghoa punya

Ikatan kekeluargaan si mata sipit
Memang luar biasa
Sekali dia percaya
Semua keluarga semarga ikut percaya

Suatu hari aku terkejut
Ada bunyi terompet dan iring-iringan
Lewat di depan rumah kakakku
Di Jalan Sudirman kalau tidak salah namanya

Kulihat tanggal di kalender
Bukan hari istimewa
Kuperhatikan iring-iringan tersebut
Pemandangannya aneh terasa

Ada rombongan berbaju goni
Ada rombongan berbaju hitam
Dikanan dan dikiri rombongan
Kain warna-warni dibentang sebagai pagar

Malamnya kakakku bercerita
Iring-iringan tersebut adalah
Bagian dari acara kematian si mata sipit
Semakin kaya yang mati, semakin panjang iringannya

Sekarang kota Bagan Si Api-Api
Sudah tak seperti dulu lagi
Aku tak tau
Apa budaya simata sipit masih dominan disana

Bengkulu, 4 April 2010


Hanifah Damanhuri

Kamis, 01 April 2010

SAPU LIDI

SAPU LIDI

Temanku dari tetangga sebelah
Sering berkata padaku dulu
“Bersama kita bisa”
Jauh sebelum kata tersebut dipakai SBY

Aku tak heran kata tersebut dipakai SBY
Karena orang-orang di belakang SBY
Penganut paham “ Bersama kita bisa”
Yang digambarkan seperti ikatan sapu lidi

Dengan kekuatan “bersama kita bisa”
Kekuasan mereka menggurita
Sampai kepelosok dimanapun di tanah air
Padahal mereka kelompok Minorotas

Untuk membangun suatu pasar modern
Tak jarang pasar tradisional dengan kekuatan mandiri
Dibumi hanguskan
Dan berganti dengan pasar modern

Sebagai kelompok Minoritas yang cerdas
Mereka menguasai strategi
Hingga tau dimana tempat yang harus diisi
Membuat kelompok Mayoritas kehilangan posisi

Semboyan “ bersama kita bisa”
Luar biasa pengaruhnya
Apalagi kalau anggotanya para ahli
Duniapun bisa dikuasai

Kalau ada seseorang yang memegang posisi
Bisa dipastikan
Para lidi yang terikat dengannya
Akan mendampinginya diman saja

Dengan kekuatan “bersama kita bisa”
Banyak urusan besar menjadi kecil
Si lemah terbantu menjadi kuat
Yang kuat semakin kuat

Namun lihatlah di layar kaca
Kejahatan yang terjadi dan terkuak belakangan ini
Bukankah pelakunya terikat satu dengan yang lain
Seperti sapu lidi?

Lihatlah dilayar kaca
Atau bukalah buku sejarah
Peperangan antar suku sering terjadi
Kalau suatu suku terikat bak sapu lidi

Aku si lidi bukan sembarang lidi
Yang jelas lebih baik dari tusuk gigi
Yang telah terikat di suatu instansi
Tempat yang kupilih untuk mengabdi

Suamiku
Anak-anakku
Mahasiswaku
Adalah tanggung-jawab utamaku


Bengkulu 1 April 2010


Hanifah Damanhuri