Jumat, 06 Agustus 2010

WISUDA KE-61 UNIB

WISUDA KE-61 UNIB

Kemaren digelar wisuda ke-61 di UNIB
Kegiatan yang ke-4 kalinya kuikuti
Sebagai senat universitas mewakili fakultasku
Mendampingi ketua senat (Rektor) mewisuda mahasiswa

Sebenarnya kebahagiaanku
Bukan terletak pada jubah yang kupakai
Tetapi aku dapat menyaksikan langsung
Bagaimana detik-detik ketika mahasiswa diwisuda

Aku kagum pada Rektor
Yang selalu mengumbar senyum
Dan tak sedikitpun memperlihatkan wajah lelah
Padahal telah berdiri lama sekali

Rektor tersenyum dan memberi kode
Agar mahasiswa menunduk untuk dipindahkan jambulnya
Banyak juga ternyata yang lupa menunduk
Kadang ada yang lupa bersalaman

Wajah mahasiswapun
Walau sudah berdandan sangat istimewa
Tak selalu memancarkan wajah gembira
Seperti ada kabut sutra ungu

Untuk menghilangkan rasa jenuh
Selama proses wisuda berlangsung
Kadang kami membawa bacaan
Kadang mengobrol dan lain sebagainya

Wisuda ke-61 ini
Adalah wisuda terakhir yang akan kuikuti
Walau masa baktiku belum berakhir
Karena aku telah memutuskan untuk studi lanjut

Kali ini Prof Nanik istri dari Rektor
Tidak berada bersama kami seperti biasanya
Beliau duduk diantara para istri PR dan istri Dekan
Memandang kami dari bawah panggung

Usai acara wisuda
Kami dan para ibu-ibu tersebut
Bertemu di ruang anggota senat
Yang berfungsi untuk tempat istirahat dan ganti baju

Ketika tiba waktunya pulang
Aku berpamitan dengan para ibu-ibu
Sialnya telapak tanganku sedang aktif berproduksi
Sehingga telapak tanganku jadi basah

Aku temukan kedua telapak tanganku
Aku sodorkan ujung jariku ketika bersalaman
Ketika sampai di depan Prof Nanik
Beliau berdiri, memelukku dan bercipika-cipiki

“Kapan berangkat”, tanyanya padaku
Beliaupun menunjukkan rasa senang dan bangga
Atas semangat juang yang kumiliki
Tak lupa beliau mendoakan kesuksesanku

Alhamdulillah dan teimakasih Ya Allah
Telah Engkau kirim wanita cantik dan terhormat padaku
Untuk menyemangati aku
Aku merasa orang yang paling beruntung di dunia

Bengkulu, 6 Agustus 2010


Hanifah Damanhuri

Selasa, 03 Agustus 2010

SENYUMKU DERITANYA

SENYUMKU DERITANYA

Kubiarkan saja apa yang dilakukannya padaku
Menebarkan racun disekelilingku
Hingga racunnya bertebaran sampai ke ujung dunia
Barangkali hanya aku yang tahu
Aku sedang berhadapan dengan serigala berbulu domba
Sehingga dia aman dan nyaman diantara para domba

Tanpa pertolongan-Nya
Jelas aku tak mampu bernafas di udara yang beracun
Berkat Rahmat dan Kurnia-Nya
Aku selalu memperoleh udara yang segar
Walau di ruang lingkup yang kecil sekali
Yang membuatku tetap segar dan tegar

Tampil tanpa beban
Dengan senyum selalu bisa tersungging dibibirku
Tanggung jawabpun kujalani sebaik yang kumampu lakukan
Membuatnya semakin bersemangat menebar racun
Dimanapaun dan kapanpun ada kesempatannya
Sepertinya senyumku deritanya

Sebenarnya aku kasihan padanya
Untuk itulah aku pilih diam seribu basa
Biarlah DIA yang di atas sana
Yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana
Yang akan menentukan nasibnya
Sesuai dengan janji-Nya

Bengkulu, 4 Agustus 2010


Hanifah Damanhuri