Minggu, 25 Mei 2008

LAYANG-LAYANGKU

LAYANG-LAYANGKU

Bermain layang-layang
Biasanya mainan anak laki-laki
Tanpa batas usia

Aku dan temanku ita
Tak peduli
Apa suatu mainan untuk anak lelaki
Kami tak mengenal diskriminasi

Di kolamku depan rumah
Kadang orang menumpang merendam bambu
Yang sudah di belah
Untuk penyangga buncis

Potongan bambu kami ambil satu
Si ita merautnya
Membentuknya dengan bantuan benang
Meremas kertas minyak
Menempelkan kertas minyak
Jadilah layangan darek ukuran kecil

Layangan kami bawa kesawah di belakang rumahku
Kami atur posisi
Aku tukang anjung
Si ita yang menaikkan layangan ke udara
Layangan bikinan si ita
Hampir selalu bisa mengudara
Benang di ulur
Kadang di sentak sentak
Hingga layangan tinggi, tinggi dan tinggi
Setinggi benang yang kami punya
Ku coba pegang benang dan kendalikan layangan
Kadang telapak tanganku terkelupas

Puas bermain layang-layang
Kadang layangan yang sedang tegak tali
Diikatkan ke rumput yang kuat
Kami tinggalkan layangan melenggang lenggok sendiri
Sebagai teman kuda si ita
Yang merumput disawah yang sama
Kami kerumahku melepas lelah dan dahaga
Ketika kembali
Layangan masih melenggang lenggok di udara

Pernah kucoba meraut bilah sendirian
Ku buat layangan
Layanganku tak pernah bisa mengudara

Ketika ingin bermain layangan
Ketika aku sendirian
Ku buat layangan dari kertas buku tulis
Ku bentuk dengan lipatan
Ku pasang benang mesin
Ku kasih ekor yang panjang
Ku mainkan didepan rumah
Di antara kolam-kolam di halaman rumahku
Hatiku senang
Layang-layangku mengudara setinggi atap rumah
Sesekali layanganku putus
Sesekali layanganku kapik masuk kolam

Minngu ini aku seperti bermain layangan
Harga-harga dipasar naik-naik dan naik terus
Aku tercenung
Sanggupkan aku mengendalikan
Uang dapurku
Hingga tetap menyediakan
Empat sehat
lima sempurna
Biaya pendidikan anak- anak tetap aman
Entahlah
Semua masih tanda tanya

Ku ingat si ita
Tidak hanya cekatan bermain layangan
Mencari uangpun dia sangat cekatan
Di bawah merek dagang Nasi Goreng Jam Gadang
Yang terletak di tiga lokasi di
kota Bengkulu
Hidupnyapun lebih mapan
Alhamdulillah

Bengkulu, 25 Mei 2008


Hanifah Damanhuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya tunggu komentar anda