Minggu, 25 Mei 2008

MENCAPAT PUNCAK GUNUNG

MENCAPAI PUNCAK GUNUNG

Lahir dan dibesarkan di LeMerSing
Bagiku adalah anugrah yang tiada tara

Ketika SD
Ketika ada teman yang tinggal di atas dapat musibah
Guru-guru sering membawa kami ke atas
Ke Nagari Salim Parik Kaki Singgalang

Perjalanan yang menyenangkan
Di kiri kanan jalan penuh dengan pohon tebu
Kadang tebu dipatahkan saja
Dibanting ke batu besar
Dan di kulek sepanjang jalan

Di atas sana
Kami juga diajak menyaksikan
Kerbau mengilang tebu

Setelah agak besar
Kadang kami ke atas
Tidak lagi bersama guru
Tempat yang kami tuju
Bukan hanya Salimparik
Kadang ke lapangan dekat barisan pohon Pinus
Dari rumahku kelihatan matahari terbenam di balik lokasi ini

Pemandangan dari sana sangat indah
Lokasi ini juga sering dijadikan tempat berkemah pramuka

Ketika SMP
Di acara pramuka
Kami menjelajah sampai di air terjun Badorai Merapi
Air terjun yang indah dan dingin sekali
Disekitarnya banyak tumbuh robai
Tapi buahnya tak sebagus robai dibelakang rumah si ita


Suatu hari
Guru pramuka di sekolahku
Mengajak menjelajah ke puncak Lawang

Berjalanlah kamimelintasi: Padang Luar, Pakan Sinayan, Koto tuo,
Kato Gadang, Sianok, Matur, Lawang dan Puncak Lawang
Mulanya perjalanan terasa indah, sambil bernyanyi
Lama-lama ada yang menangis kecapek-an
Sampai di puncak Lawang

Danau Maninjau yang jadi impian
Tak kunjung kelihatan
Pemandangan tertutup awan
Pulangnya naik mobil angkutan

Ketika SMA
Beberapakali teman dikampung
Mengajak mendaki puncak Merapi
Izin tak kunjung ku peroleh dari orang tua
Ketika teman mengajak mendaki puncak Singgalang
Aku tak tercegah
Akhirnya kujajakkan kaki di tepian telaga dewi puncak Singgalang
Telaga yang airnya dingin sekali
Dikelilingi pohon yang aneh
Pohon daerah dingin


Ketika liburan kuliah
Ajakan teman sekampung untuk mendaki Merapi
Tidak lagi dicegah orang tua
Dalam perjalanan kurasakan
Aku tak sekuat ketika mendaki Singgalang
Waktu istirahat di pasanggrahan
Aku sudah ragu
Apa aku akan sanggup ?
Badanku sudah terasa pegal dan lelah
Belakangan olahraga yang kugeluti hanyalah permainan catur
Akibatnya badanku melar dan tidak padat lagi
Dengan tersengal sengal kupaksakan juga untuk terus mendaki
Akhirnya puncak Merapipun kutaklukkan
Puncak yang penuh bebatuan

Ada kawah yang besar dipuncak
Dingin sekali dipuncak, iiihhhh
Hingga kami berdiri rapat-rapat
Kadang tanganku numpang dikantong mantel teman

Berbeda dengan puncak Singgalang
Pemandangan dari Puncak Merapi sangat indah
Ketika masih gelap

Kita bisa saksikan kelap kelip lampu di kota Bukittinggi
Ketika sudah terang
Wow, luar biasa indahnya

Tiba saatnya kami turun kembali
Betapa takutnya aku saat itu
Waktu mendaki masih gelap
Matapun cendrung melihat ke atas
Ketika turun
Jalan yang akan dilalui penuh batu
Terpeleset, jurang menunggu
Terbebas dari bebatuan
Rasa takut tak kunjung hilang
Berlari-lari kecil seperti menuruni Singgalang
Tak berani kulakukan
Jurang di kiri atau di kanan jalan setapak

Dihari kebangkitan nasional 20 Mei 2008
Aku merenung
Menaklukkan puncak gunung
Bukan impian bagiku

Meniti karir hingga ke puncak
Puncak yang mana ?
Untuk apa ?
???

Bengkulu, 20 Mei 2008

Hanifah Damanhuri

LAYANG-LAYANGKU

LAYANG-LAYANGKU

Bermain layang-layang
Biasanya mainan anak laki-laki
Tanpa batas usia

Aku dan temanku ita
Tak peduli
Apa suatu mainan untuk anak lelaki
Kami tak mengenal diskriminasi

Di kolamku depan rumah
Kadang orang menumpang merendam bambu
Yang sudah di belah
Untuk penyangga buncis

Potongan bambu kami ambil satu
Si ita merautnya
Membentuknya dengan bantuan benang
Meremas kertas minyak
Menempelkan kertas minyak
Jadilah layangan darek ukuran kecil

Layangan kami bawa kesawah di belakang rumahku
Kami atur posisi
Aku tukang anjung
Si ita yang menaikkan layangan ke udara
Layangan bikinan si ita
Hampir selalu bisa mengudara
Benang di ulur
Kadang di sentak sentak
Hingga layangan tinggi, tinggi dan tinggi
Setinggi benang yang kami punya
Ku coba pegang benang dan kendalikan layangan
Kadang telapak tanganku terkelupas

Puas bermain layang-layang
Kadang layangan yang sedang tegak tali
Diikatkan ke rumput yang kuat
Kami tinggalkan layangan melenggang lenggok sendiri
Sebagai teman kuda si ita
Yang merumput disawah yang sama
Kami kerumahku melepas lelah dan dahaga
Ketika kembali
Layangan masih melenggang lenggok di udara

Pernah kucoba meraut bilah sendirian
Ku buat layangan
Layanganku tak pernah bisa mengudara

Ketika ingin bermain layangan
Ketika aku sendirian
Ku buat layangan dari kertas buku tulis
Ku bentuk dengan lipatan
Ku pasang benang mesin
Ku kasih ekor yang panjang
Ku mainkan didepan rumah
Di antara kolam-kolam di halaman rumahku
Hatiku senang
Layang-layangku mengudara setinggi atap rumah
Sesekali layanganku putus
Sesekali layanganku kapik masuk kolam

Minngu ini aku seperti bermain layangan
Harga-harga dipasar naik-naik dan naik terus
Aku tercenung
Sanggupkan aku mengendalikan
Uang dapurku
Hingga tetap menyediakan
Empat sehat
lima sempurna
Biaya pendidikan anak- anak tetap aman
Entahlah
Semua masih tanda tanya

Ku ingat si ita
Tidak hanya cekatan bermain layangan
Mencari uangpun dia sangat cekatan
Di bawah merek dagang Nasi Goreng Jam Gadang
Yang terletak di tiga lokasi di
kota Bengkulu
Hidupnyapun lebih mapan
Alhamdulillah

Bengkulu, 25 Mei 2008


Hanifah Damanhuri

Jumat, 09 Mei 2008

ARIE VATRESIA

ARIE VATRESIA

Tak adil kalau aku hanya bercerita tentang
Andriansyah mahasiswaku yang cemerlang
Padahal sebelumnya
Arie Vatresia menjadi lulusan pertama dan satu-satunya
Program Teknik UNIB yang sekarang sudah jadi
Fakultas Teknik UNIB
Ketika di wisuda Oktober 2007

Aku sudah mengenalnya sejak kecil
Karena dia anak temanku sesama dosen UNIB
Ketika bersekolah di Bengkulu
Gelar juara umum sering disandangnya
Lalu dia ikut pindah ke Bandung
Karena ibunya tugas belajar
Dia menjadi pelajar SMA 3 Bandung samapi tamat

Entah nasib yang tidak berpihak padanya
Cita-cita ingin menjadi mahasiswa TI ITB kandas
Arie tidak lulus di UMPTN 2003
Pada tahun yang sama UNIB dengan percaya diri
Walau minim fasilitas dan tenaga pengajar
Membuka Program Teknik
Yang langsung berada dibawah Rektorat
PR 1 langsung menjadi Ketua Program Teknik
Dosen-dosen yang tersebar di Fakultas lain
Dengan bidang keahlian Teknik
Langsung menjadi dosen di Program Teknik
Jadilah aku dan beberapa teman
Bekerja di dua unit
Tahun itu mahasiswa di rekrut lewat ujian khusus
Tersaringlah beberapa calon mahasiswa termasuk Arie Vatresia

Sebenarnya aku sangat menyenangi ilmu matematika yang statis
Nasib membawaku terdampar ke UI
Bergelut dengan bidang ilmu yang dinamis
Mulanya tersiksa juga
Harus mengasuh matakuliah yang dinamis
Harus banyak ngomong lagi
Di situasi seperti ini
Kugunakan beberapa metoda mengajar
Aku sangat terbantu dengan kehadiran Arie Vatresia dkk
Bersama kami saling mengisi dan saling memahami
Arie Vatresia tetap menunjukkan prestasinya
Semangat tidak pernah kendor
Sangat paham kompetitornya nanti bukan hanya mahasiswa UNIB
Menjadi teladan dan siap membantu teman-temannya

Awal tahun 2007
Arie mulai menulis proposal untuk tugas akhir
Mulanya dia dibimbing temanku Diyah
Jagoan alumni UGM
Namun terpaksa dialihkan padaku
Karna Diyah berangkat S3
Alhamdulillah
Dengan cara berdiskusi
Bukan mengajari
Akhirnya skripsinya selesai juga
Dan dinyatakan lolos

September 2007
Bengkulu kembali diguncang gempa
Sebagian besar gedung-gedung di UNIB retak-retak
Termasuk gedung serbaguna yang baru
Tempat acara wisuda dilaksanakan
Oktober 2007
Acara wisuda dilakukan dbawah tenda
Dihalaman gedung Rektorat
Acara yudisium di fakultas juga tidak ada
Karena saat itu Program Teknik masih dalam proses
Menjadi Fakultas Teknik
Menyedihkan sekali

Beberapa waktu yang lalu
Arie Vatresia ikut ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru UI
Alhamdulillah
Arie Vatresia lolos untuk program MTI FASILKOM UI
Aku ikut bangga dan lega
Mahasiswaku mampu bersaing
Selamat dan semoga sukses Arie


Bengkulu, 9 Mei 2007


Hanifah Damanhuri

Kamis, 08 Mei 2008

INGAT JAMAN KULIAH

INGAT JAMAN KULIAH

Ingat Jakarta
Ingat jaman kuliah
Ingat teman-teman
Ingat kebut-kebutan di jalan tol

Kenangan terindah bagiku
Ketika nebeng temanku Agung dari Depok sampai Grogol
Pulang ke rumah kakakku di Kali Deres
Setelah kuliah berakhir di akhir pekan
Aku tak sendirian nebengnya
Yang rutin, aku, Rina dan Hendro
Sesekali ada Larso
Si Agung nyetir seperti pembalap
Supaya kami tidak kemalaman
Sampai di tempat tujuan
Karena baik Rina, aku dan Hendro
Harus menyambung kendaraan

Rina gadis manis dan mungil
Diam-diam berharap dilamar si Agung
Mereka cocok sekali sebenarnya
Disamping baik banget, si Agung anaknya keren dan lucu
Wajah dan sikapnya mirip sepupuku
Lelaki yang pernah kupuja ketika ABG
Sampai kuliah Pra-S2 berakhir
Lamaran yang di tunggu si Rina tak kunjung datang
Langklah si Rinapun terhenti sampai di Pra-S2

Aku, Hendro dan si Agung terus ke S2
Kami tidak lagi menelusuri jalan Depok-Grogol
Tapi Salemba-Taman Anggrek
Karena si Agung pindah ke Kawaraci
Terasa beda tanpa si Rina
Membuatku lebih banyak menikmati
Indahnya kerlap kerlip lampu disepanjang jalan
Terutama disekitar Komdak
Nebeng di akhir pecan terhenti
Sejak Jakarta Membara 1998


Oktober 2000
Aku ikut temu Alumni di Salemba
Waktu itu si Agung, Larso dan Hendro tidak hadir
Aku kecewa sekali
Rupanya si Agung tidak di Kawaraci lagi
Tapi hijrah kerumah sendiri di Telaga Kahuripan Bogor

Bermaksud mengusili si Agung yang masih lajang
Aku tulis surat yang tidak layak edar
Apes bagiku
Alamat salah
Surat kembali kekampus
Dibuka oleh yang tidak berhak
Di edarkan kemana-mana
Sejak itu hidupku berubah
Ku lihat tatapan dan sikap yang aneh orang lain padaku
Kuberitahu suamiku
Kuingin membawa kasus ini kepengadilan
Suamiku melarangnya
Terpaksa kujalani hidup ini dengan pasrah
Kata guru agama
Orang yang suka menggunjingkan kita
Amal ibadahnya akan berpindah kekita
Tidak perlu bersedih
Tapi dalam hati
Aku terlanjur memnjatkan doa
Ya Allah balaslah dengan balasan yang setimpal
Orang-orang yang menzalimi aku ya Allah

Entah karena doaku
Ku lihat ada beberapa teman yang gelisah
Mencoba membuntuti langkahku
Tak henti memberitahu kesemua orang
Biar karirku terhalang
Alhamdulillah
Allah masih melindungiku
Masih memberiku kesabaran
Memberiku kesempatan
Punya banyak teman
Hingga aku tetap melangkah tanpa beban


Bengkulu, 9 Mei 2008


Hanifah Damanhuri

MIMPI INDAH

MIMPI INDAH

Semalam aku bermimpi
Mimpi yang indah sekali
Para mahasiswa mantan pejuang reformasi
Memimpin negeri ini


Dalam kepemimpinannya
Yang bebas merdeka
Tanpa tekanan
Mereka jalankan
Roda pemerintahan
Seperti yang mereka tuntut sepuluh tahun yang lalu


Mereka buat aturan dan sangsi
Yang berlaku untuk semua
Tanpa pandang bulu


Semua warga punya hak dan kesempatan yang sama
Tak ada lagi terdengar
Korupsi, kolusi dan nepotisme


Di tangan mereka negeri ini
Menjadi aman, nyaman dan makmur
Hingga rakyatnya
Bangga menjadi warga negara Indonesia


Lebih indah lagi
Ketika kutahu
Salah satu dari pemimpin itu
Orang kampungku
Duh bangganya aku


Mimpi
Datanglah lagi malam ini
Biarkanlah aku nikmati
Indahnya negri ini
Walau hanya dalam mimpi


Bengkulu, 2 Mei 2008


Hanifah Damanhuri