Kamis, 17 April 2008

BERTANAM KACANG TANAH

BERTANAM KACANG TANAH

Setelah bertanam padi untuk kesekian kalinya
Untuk tanaman selingan agar tanah tetap subur
Bertanan kacang tanah menjadi pilihan keluargaku

Bibit kacang tanah di beli sendiri oleh papaku
Kacang yang dipilih yang baru di panen dan masih basah
Sehingga kelihatan kesempurnaan bijinya
Kacang tanah dijemur sendiri di halaman
Di kupas kulitnya
Di pilih lagi biji yang sempurna
Berisi, dan tidak berkerut
Sebelum disemai
Bibit tersebut direndam semalam

Sebelum disemai
Sawah dibajak dulu oleh pembajak
Papaku bikin petak-petak
Tanahnya diratakan
Lalu di tuga hingga terbentuk lobang

Kami anak-anak yang ikut kesawah
Ikut mencicil atau menyemai kacang
Lalu menutup lobang tersebut dengan tanah
Pekerjaan yang mengasyikkan sekali

Sangat menyenangkan
Menyaksikan dari hari ke hari
Kacang tumbuh dan berkembang
Tak lupa disela tanaman kacang
Di bagian pinggir petak petak
Kami juga menyemai bibit jagung
Setelah beberapa waktu
Tanah disekitar kacang tumbuh
Dibersihkan dan digemburkan

Hari berganti Minggu
Minggu berganti bulan
Bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya kacang tanah
Tumbuh pula batang silangkong
Buah silangkong yang masak rasanya enak dan manis sekali
Buahnya menjadi milik umum
Siapa saja boleh memetiknya
Hingga buah silangkong jadi incaran ABG

Kalau aku memetik silangkong sendirian
Aku cukup pergi ke salah satu sawah kami
Di sawah yang banyak silangkongnya
Paling asyik memetiknya beramai ramai
Masing-masing orang ingin dapat banyak
Hingga seluruh sawah di jelajahi
Dan saling berebut memetiknya
Semua buah silangkong yang didapat
Diletakkan di baju yang dikurundukkan
Masa kecil yang indah sekali

Tiba musim panen
Aku ikut membantu meruntih kacangnya
Saat meruntih
Langsung dipisah
Buah yang sempurna dengan yang tidak sempurna
Yang tidak sempurna dinamakan umbai
Umbai ini yang direbus duluan untuk dimakan
Yang sempurna bisa dijual atau disimpan

Sewaktu kehidupan belum begitu sulit
Hasil panen kacang tanah tidak pernah dijual papaku
Semua dikonsumsi keluarga sendiri
Hingga datang pula musim bertanam kacang berikutnya

Ku ingat papaku paling doyan makan kacang tanah
Di olah dalam bentuk apapun papa suka
Apalagi kalau diolah jadi kacang tujin
Tak berhenti mulutnya ngemil

Suatu ketika di suasana lebaran
Sudah jadi tradisi
Mesti ada kacang tujin
Sebagai makanan lebaran
Waktu itu tak adalagi kacang tanah dari kebun sendiri
Terpaksa dibeli sekedarnya
Pelepas tanya

Di hari lebaran ketiga
Aku kaget
Stoples kacang tujinku
Hilang dari atas meja
Ku cari ke mana-mana
Ketemu di bawah lemari
Isi stoples sudah kosong
Tidak mungkin adik-adikku berani memakannya
Kutanya papaku yang sudah tidak bergigi lagi
Jawaban papa membuatku terpana dan haru
" Papa yang memakan, papa giling dulu "


Bengkulu, 18 April 2008


Hanifah Damanhuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya tunggu komentar anda