BELAJAR DARI PEMIMPIN
Buat sahabatku FH Menjadi orang arif dan bijaksana Sepertinya harus melewati proses yang sulit Kadang harus menanggung sakit hati Karena tidak sesuai harapan dan kenyataan Jalan masih panjang untukmu FH Kesempatan masih terbuka lebar Mari kita belajar dari pemimpin Yang pantas untuk kita teladani Aku buka lagi tulisan Bapak Jacky Margono Polisi yang pernah malang melintang di Pariaman Tulisan yang beliau tulis ketika matanya hanya tinggal satu Di usia yang sudah senja Aku buka juga tulisan Bung Ricky Avenzora Yang mengupas tentang memimpin ala Rasul kita Yang akan membuka Matahati kita untuk melihat dunia Payakumbuh, 22 Juni 2012 Hanifah Damanhuri SIKAP SUMELEH BAPAK JACKY MARGONO Ibu Hanifah menulis:*-------------* Berikanlah kami kiat Apa yang harus dibuat Ketika menyadari Semua pengobatan tak lagi berarti*------------* Bapak Jacky Margono menulis Seyogyanya kita mengambil sikap "sumeleh" (Jawa, huruf "e" sama dengan bunyi "e" pada "elektrik"). Arti sumeleh adalah,setelah segala upaya kita lakukan ,kita kembalikan segala sesuatunyakepada Allah SWT. Dengan memiliki sikap sumeleh, kita akan tegar menghadapi semua cobaan hidup. Apa itu soal penyakit, soal kerjaan, soal rumah tangga atau soal pergaulan sosial. Yang penting kita sudah berusaha Usaha di tangan manusia, hasil di tangan Tuhan. Orang yang sumeleh, tidak terpaku kepada satu persoalan, yang menyebabkan persoalan-persoalan lain terbengkalai. Banyak orang yang tidak sadar, bahwa dirinya sebenarnya telah sumeleh, ketika menghadapi penyakit yang dideritanya. Ini yang bagus. Mungkin, sekali lagi mungkin, sumeleh ini sama dengan "istiqomah".(QS 46:13). Mohon maaf kalau saya salah. Juga mohon maaf kalau saya sok pinter Tapi masalah sumeleh, sebagai ajaran orang tua, telah saya kerjakan sejak saya jadi komandan pada usia muda. Belum cukup 30 tahun, sudah jadi Kapolres, pas konfrontasi dengan Malaysia. Akibat sumeleh saya tidak pernah mengalami stress dan sering lupa bahwa diri saya sebenarnya penakut. Wassalam, Jacky M MEMIMPIN by : ricky avenzora Bukankah Rasul mu telah mengajarkan mu cara untuk MEMIMPIN? Bukankah Rasul mu telah menunjukan pada mu arti SIDIQ dan AMANAH ? Bukankah Rasul mu juga telah mengingatkan mu tentang makna TABLIGH dan FATHANAH? Lupakah engkau akan Ilmu dari TUHAN mu tentang mengapa sebilah tulang rusuk kiri mu menjadi berkurang? Mengapa semua itu harus engkau sembunyikan dengan KILAH? Kilah kekaguman pada kegagahan dan mulut manis seakan bijaksana. . Lupakah engkau pada peringatan nenek moyang mu bahwa mulut manis adalah berbisa? Apakah engkau fikir TUHAN mu sia-sia menciptakan BATU KARANG dan BESI di muka bumi? Tahukan engkau mengapa Rasul mu mengajarkan mu tentang Sidiq, Amanah, Tabligh dan Fathanah itu? Yaitu agar dapat tegak nya RAHMAN dan RAHIM di muka bumi. Yaitu ADIL untuk semuanya dan SESUAI dengan HAK nya. Bukan kah TUHAN mu tidak pernah memberikan sepotong kecilpun kantong-rahim pada laki-laki? Lupakah engkau akan kunci yang pernah diceritakan pada mu tentang jalan untuk mencapai Sidiq, Amanah, Tabligh dan Fathanah itu? Yaitu JUJUR dan IKHLAS. JUJUR pada diri ku sendiri dan juga JUJUR pada semua nya. Ketika IMAGE yg hanya terus ku JAGA tentulah tidak menggambarkan IKHLAS yang sesungguhnya membutuhkan pengorbanan nyawa. Tahukah engkau dari mana bisa melihat kejujuran yang sesungguhnya? Tentulah tidak pada angka-angka dan kata-kata sang juru bicara. Kejujuran ku adalah terlihat dari mata dan gerak tubuh ku yang tidak boleh seperti robot. Kejujuran tentang diri mu adalah segalah KEBAIKAN mu yang diceritakan oleh MUSUH mu. Tahukah engkau dari mana bisa melihat keikhlasan sesungguhnya? Tentulah tidak dari berbagai retorika yang dipuji-pujikan oleh juru bicara, apa lagi dari iklan keberhasilan yang penuh rekayasa. Keikhlasan mu adalah terlihat dari kucuran keringat mu dan bersedianya nyali mu dalam menantang bahaya. Keikhlasan ku adalah bukan kilah ku yang sok bijaksana, tapi adalah rasa syukur ku ketika dihina, yaitu rasa syukur karena setidaknya nyawa ku masih ada. Tidak kah engkau baca bagaimana TUHAN mu memberi Sang Khullafaur-Rasyidin kepada Rasul mu dalam memimpin? Tidak kah bisa engkau mengerti apa yang dibawa oleh si Abu Bakar dan si Usman? Tidak kah bisa engkau maknai apa yang dilakukan si Umar dan si Ali? Apakah engkau fikir TUHAN mu sia-sia menjadikan mereka sebagai sahabat Rasul mu dalam memimpin? Mengapa engkau lupakan kucuran keringat Rasul mu ketika pertama kali disuruh membaca oleh JIbril ? Tidak kah engkau perhatikan bahwa Rasul mu selalu tahu tentang artinya MASA yang selalu diingatkan oleh TUHAN kepada kita? Ingatkah engkau akan Surat Al-Mudatsir dan peristiwa Hijrah? Bukan kah rasul mu TIDAK TAKUT untuk HIJRAH? JIKA saat itu Rasul mu berlaku BODOH tidak mau hijrah, akan kah engkau fikir ISLAM mu saat ini akan tetap ada? Dalam hijrah Rasul mu tidak pernah takut akan luka dan hina. Jika Rasul mu telah menunjukan keberaniannya untuk Hijrah guna menegakan agama dan umatnya, mengapa pula sekarang engkau harus takut untuk hijrah dan melawan penjajah? Hijrah untuk berjuang bagi bangsa dan negara agar bisa LEBIH BAIK. Apakah engkau fikir Rasul mu akan berhasil untuk HIJRAH kalau Rasul mu TERLAMBAT memilih MASA? Bukan kah TUHAN mu telah mengatakan bahwa seluruh isi alam adalah menunjukan ILMU NYA bagi mereka-mereka yang mau berfikir? Tidak pula kah engkau hargai petuah nenek moyang mu yang telah mengatakan "Alam Takambang Jadi Guru"? Bencana apa lagi yang engkau tunggu untuk menyuruh mu HIJRAH?. Memimpinlah TAPI Hijrahlah. Hijarahlah DAN Memimpinlah, IKUTILAH mereka yang Hijrah. Cepatlah dan lebih baiklah, Ingatlah ketika ASHAR pertama kali ditegakan. Tanyalah mengapa ASHAR perlu ditegakan. Jangan biarkan Magrib datang tanpa pengawal. Jangan biarkan bangsa mu menjadi KELAM karena ulah para penjajah dan kelakuan mereka-mereka yang berulah seperti si Abu Jahal. RS HUSADA, Ahad, 7 Juni 2009 Jam 14.10 WIB. Salam, r.a Lupakah engkau bahwa Rasul mu telah mengajarkan mu untuk membina keluarga mu lebih dahulu? Powered by Telkomsel BlackBerry® Sekilas Tentang Pemimpin Alhamdulillah, saya tidak pernah menjadi pemimpin yang berat-berat. Tidak pernah jadi lurah. Tidak pernah jadi camat, apa lagi yang lebih tinggi dari itu . Saya hanya pernah jadi Ketua RT, dan setelah tugas itu selesai, alhamdulillah, saya benar-benar lega. Betapa beratnya resiko dan tanggung jawab jadi pemimpin, seandainya kita mengerti. Nanti di akhirat, kita akan ditanya atas kepemimpinan kita. Apakah kita memimpin dengan adil pada jalan yang diridhai Allah, ataukah kita berlaku sewenang-wenang. Apakah pangkat kepemimpinan itu kita jolok-jolok agar diberikan orang kepada kita, atau karena masyarakat menginginkan kita untuk menjadi pemimpin mereka. Tanggung jawabnya sangat berat. Kelak di hadapan Allah setiap detil yang berhubungan dengan kepemimpinan itu akan ditanya. Pantaslah Umar bin Khaththab mengatakan ketika dia diangkat jadi pemimpin, seandainya seekor keledai tersandung di jalan di Baghdad karena kelalaian yang mengurus negeri, maka dia pun akan diminta tangung jawab pula sebagai pemimpin umat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan agar orang (para sahabat dan umat beliau) jangan meminta-minta jabatan, karena jabatan itu besar tangung jawabnya. Tapi seandainya diberi amanah untuk memimpin, maka lakukanlah dengan amanah dan hati-hati. Beliau berwasiat agar umat beliau mengangkat pemimpin. Bahkan seandainya dua orang melakukan perjalanan, hendaklah salah satu menjadi pemimpin dalam perjalanan itu. Hendaklah dijadikan pemimpin orang yang berilmu untuk memimpin. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menunjuk pengganti untuk memimpin umat. Ketika beliau wafat di hari Senin, jenazah beliau belum dimakamkan (baru dimakamkan dua hari kemudian di hari Rabu), karena para sahabat sedang menyelesaikan tugas mencari pemimpin pengganti beliau. Panjang pembahasan dan banyak pertimbangan untuk mencari pemimpin pengganti. Dalam sebuah musyawarah yang tidak mudah, karena ada berbagai harapan dan kepentingan yang bertabrakan antara kaum Anshar (penduduk asli Madinah) dan kaum Muhajirin. Adalah dengan rahmat Allah semata bahwa musyawarah itu akhirnya menjadikan Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Abu Bakar telah membuktikan bahwa pilihan para sahabat itu tidak salah. Beliau mengemban tugas kekhalifahan setelah terlebih dahulu berpesan, agar beliau ditegur jika saja beliau keluar dari tuntunan al Quran dan sunnah Rasulullah. Ketika Abu Bakar sakit menjelang wafat, beliau menunjuk Umar untuk menjadi khalifah penerus, pengganti beliau. Setelah Abu Bakar meninggal, orang pun membai’at Umar untuk menjadi khalifah. Umar memproklamirkan dirinya sebagai Amirul Mukminin, sebagai pemimpin orang-orang yang beriman. Umar menunjukkan keteladan yang luar biasa sebagai pemimpin. Beliau sangat sederhana untuk diri dan keluarganya. Banyak sekali kisah tentang kesederhanaan Umar. Umar lah yang memikul sendiri sekarung gandum untuk sebuah keluarga yang didapatinya sedang merebus batu, untuk mengecoh perhatian anak-anaknya yang kelaparan. Umar lah yang bergantian naik keledai dengan pengawalnya ketika pergi menerima penyerahan kunci kota Al Quds. Dan Umar pula lah yang di dapati Hamuzham (panglima perang Kerajaan Parsi yang ingin menghadap Amiril Mukminin di istananya, dalam bayangan Hamuzham, setelah dia menyerah) sedang tidur beristirahat di serambi mesjid dalam kesederhanaannya. Umar ditikam Abu Lu’lu’ di suatu subuh. Dia masih bertahan beberapa hari sebelum meninggal. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Umar meminta umat memilih penggantinya di antara enam orang sahabat. Termasuk di dalam keenam calon usulan Umar itu adalah Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib. Ketika beberapa sahabat mengingatkan agar Abdullah bin Umar yang lebih dikenal sebagai Ibnu Umar ( yang penampilan dan perilakunya sangat meniru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), ditambahkan sebagai calon, Umar menolaknya. Cukuplah aku saja di antara keluargaku yang pernah mengemban tugas yang sangat berat ini, begitu kata beliau. Hasil pemilihan ke enam kandidat pengganti Umar akhirnya mengerucut kepada Utsman dan Ali, karena calon lainnya dengan sukarela mengundurkan diri. Sejarah menunjukkan bahwa Utsman lah yang menjadi khalifah ketiga. Utsman juga terbunuh di akhir kekhalifahannya. Beliau tidak menunjuk pengganti. Sebahagian sahabat ketika itu membai’at Ali, mungkin sebagai calon kuat pengganti Umar sebelumnya. Tapi ada golongan yang tidak suka dengan kepemimpinan Ali. Golongan yang tidak suka ini dipimpin oleh Mu’awiyah, yang ketika itu jadi ‘gubernur’ di Syam. Mu’awiyah beralasan agar pembunuh Utsman serta golongan yang menggerakkan pembunuhan itu diadili terlebih dahulu. Padahal Ali telah memaafkan mereka. Maka jadi catatan sejarah pula bahwa ketidak-senangan Mu’awiyah terhadap Ali berkelanjutan dalam sebuah peperangan yang panjang. Peperangan sesama umat Islam. Sesuatu yang sebenarnya sudah dibayangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan terjadi. Ali pun terbunuh pula. Sebenarnya pada subuh yang sama, Mu’awiyah juga jadi target pembunuhan, sesuai dengan rencana mereka yang sudah benci melihat perseteruan beliau berdua. Mu’awiyah selamat karena di subuh yang direncanakan itu dia berhalangan untuk pergi ke mesjid. Maka Mu’awiyah memproklamirkan dirinya sebagai Amiril Mukminin yang baru sepeninggal Ali bin Abi Thalib. Dia dibai’at oleh orang-orang dekatnya saja di Syam. Sebelum akhir hayatnya, Mu’awiyah menunjuk puteranya Yazid sebagai pengganti. Begitulah awal dari dinasti Umayah yang memerintah selama berabad-abad. Dinasti, yang diperintah oleh raja yang menurunkan kekuasan kepada anaknya sebagai pengganti. Sultan Muhammad Al Fatih, penakluk Konstatinopel di tahun 1492, adalah seorang panglima perang dan raja yang sangat salih. Beliau digantikan oleh putera dan anak cucunya, sampai berakhirnya kesultanan Ottoman di tahun 1924. Banyak di antara sultan-sultan di kerajaan Ottoman itu bukanlah pemimpin-pemimpin yang meniru jejak Muhammad Al Fatih dalam kesalihan, meski mereka dianggap kebanyakan orang sebagai penerus kekhalifahan dalam Islam. ***** Wassalamu'alaikum Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi Lahir : Zulqaidah 1370H, Jatibening - Bekasi