Minggu, 07 April 2013

Menelusuri Jejak Buya Hamka Bersama Akmal Nasery Basral & Rita Desfitri



Menelusuri Jejak Buya Hamka Bersama Akmal Nasery Basral & Rita Desfitri

UBH 4 April 2013
Undangan bedah buku Tadarus Cinta Buya Pujangga
Karya Akmal Nasery Basral alias Mak Kusir
Dari Rita Desfitri yang mengagas acara
Dengan pembahas  Prof. Dr. Ir. Fachri Achmad
(Mantan Rektor UBH) /Ketua Yayasan UBH dan
Dr. Marsis, M.Pd (Dekan FKIP UBH)
Merupakan penghargaan tertinggi untukku
Dan tak mungkin kutolak
Alhamdulillah Allahpun memberikan kemudahan padaku
Sehingga walau cuaca kurang bersahabat
Aku berhasil hadir tepat waktu di ruangan

Kehadiranku untuk beberapa saat tak diketahui oleh Rita dan Akmal
Dengan santai aku bisa menyaksikan dan menyimak
Untaian kata sebagai Ketua pelaksana oleh Rita
Tanganku spontan bertepuk
Tatkala pantun-pantun yang indah
Keluar dari mulut Rita

Bapak Iqbal yang melihatku datang
Memintaku pindah duduk ke barisan depan
Namun aku merasa nyaman di barisan mahasiswa
Kulayangkan pandang ke kursi bagian depan
Melihat dari belakang mencari sosok Akmal
Tak mudah pula menebak orang yang belum pernah berjumpa
Akhirnya ku SMS “menolehlah kebelakang, lihat ortu di tengah mahasiswa”
Berdirilah seorang lelaki tampan yang celingukkan ke belakang
Disampingnya telah berdiri pula Rita yang menoleh padaku
Akupun akhirnya pindah tempat duduk

“Saya bukan orang Sastra, dan saya tak punya pisau bedah”
Kata Bapak Fachri merendah memperkenalkan diri
Dari pengamatanku
Hasi bedahnya sangat tajam
Kelihatan kalau beliau
Memakai pisau olah rasa dan olah fikir
Kurasa hasilnya lebih tajam
Dari kupasan Dekan yang memang ahli sastra
Kritik yang tujuannya membangun
Dapat ditangkis dengan indah oleh Akmal
Aku merasa beruntung bisa menyaksikan bedah buku tersebut
Pembedahnya seorang yang kaya ilmu tetapi rendah hati
Alhamdulillah terima kasih ya Allah atas kesempatan ini

Tadarus Cinta Buya Pujangga (TCBP)
Berisi tentang kisah Buya Hamka
Dari kecil sampai berumur 30 tahun
Ternyata Buya Kecil
Buya yang tidak mendapatkan kasih sayang orang tua
Sehingga otaknya yang cerdas
Sering mendorongnya berbuat sesuatu
Yang kadang merugikan dirinya sendiri
Maupun merugikan orang lain

Bagi orang tua yeng memiliki anak cerdas
Bertingkah seperti Buya Hamka kecil
Cepat-cepatlah membaca novel TCBP
Carilah strategi yang tepat untuk menghadapinya
Siapa tau sang anak kelak
Menjadi orang yang lebih hebat dari Buya Hamka

Usai bedah buku
Kami (Rita, Uni Evy, Akmal, Bapak Iqbal, Hanifah)
Berfoto sejenak, bukti hadir di acara
Ritapun mengajakku ikut ke Maninjau
Mengunjungi rumah Buya Hamka
Aku tak menolaknya sama sekali
Ikut bersama Dekan FKIP UBH dan beberapa mahasiswa
Mengawal Akmal pengarang TCBP
Bagaikan mimpi indah
Alhamdulillah

SIMAKA

Jalur yang ditempuh menuju Maninjau
Adalah jalur SIMAKA
“Rita sering lewat SIMAKA, menghindari macet”, kata Rita
Aku yang masih terbayang reruntuhan dengan jurang yang dalam
Sehingga lututku bergetar dan urung meneruskan perjalanan
Terpaksa diam dan ikut saja kemana dibawa
Begitu sampai di lokasi di sekitar Malalak
Yang membuat jantungku berdebar kencang dahulu itu
Sudah dipagari dengan seng
Sehingga tak terlihat lagi jurang yang sangat dalam
Jantungku aman dari debaran kencang

Maninjau

Kami sampai di rumah Buya Hamka bersamaan dengan azan Magrib
Kulayangkan pandang ke Danau Maninjau
Yang mampu menghentikan tangis Buya Hamka kecil
Danau yang sejak dari Ambun Pagi tampak sangat indah
Kami berhenti sejenak di salah satu kelok
Mengabadikan keindahan Danau Maninjau
Dikala senja dan malam haripun
Danau Maninjau memang indah dipandang mata
Kelap kelip lampu karamba dan rumah penduduk
Menghiasi pinggiran Danau Maninjau
Ingin rasanya berlama-lama menatapnya
Namun kami harus kembali ke Padang malam itu juga

Usai Sholat Magrib di rumah Rita rang Kukuban Maninjau
Mobil diambil alih Akmal yang terbiasa jadi Mak Kusir
Dengan kecepatan tinggi
Mobil melaju dengan kencang
Berhenti sejenak di Tiku untuk makan Sate Piaman
Sempat salah jalan di Pariaman
Kamipun selamat sampai di Padang pukul 11-san malam
Wajah cemas dan cemberut putriku
Menyambut kepulanganku
Alhamdulillah

Padang, 5 April 2013


Hanifah Damanhuri