Selasa, 26 Maret 2013

BELAJAR DARI ANAK-ANAK IKAN

-->
BELAJAR DARI ANAK-ANAK IKAN

(Tulisan ini kupersembahkan untuk putraku
Sebagai hadiah MILADnya yang ke 26
Pada tanggal 20 Maret 2013
Tulisan yang terinspirasi oleh tulisan Prof Suheimi
Yang dikirim untukku beberapa waktu yang lalu
Dengan judul anak-anak ikan)

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat
Serasa baru kemaren engkau ku timang dan kususukan
Serasa baru kemaren kita berlarian di pasir putih Pantai Panjang
Mngejar ombak yang gulung gemulung menghempas pantai

Impian demi impian  mama tanyakan padamu
Hendak jadi apa kalau sudah besar nanti
“Jadi pemain bola”, jawabmu mantap
Engkaupun mengoleksi koran/majalah bola

Saat itu jiwa keibuanku merasa ditantang
Akankah akan kubiarkan waktumu habis di lapangan bola
Beberapa kali kita terlibat pertengkaran
Hingga mama berikan pilihan, mau sekolah atau tidak

Alhamdulillah
Puji syukur kita panjatkan pada Allah SWT
Berkat petunjuk dan pertolongan-Nya
Sekolahmu tetap berjalan lancar

Sekarang engkau bukan anak kecil lagi
Mungkin sebentar lagi
Akan memiliki anak-anak
Belajarlah dari anak-anak ikan karya Prof Suheimi

Dalam perjalanan hidup
Kadang kita terjebak pada pilihan demi pilihan
Pilihan menegakkan kebenaran berdasarkan petunjuk-Nya
Kadang membutuhkan pengorbanan yang besar

Selamat MILAD anakku sayang
Semoga Allah selalu bersamamu
Membantumu menjadi lebih baik
 Dan lebih bermanfaat bagi orang banyak


Padang, Maret 2013


Hanifah Damanhuri

Anak-Anak Ikan
Oleh : Dr. H. K. Suheimi 
            Melihat ikan berkejar-kejaran di kolam, menimbulkan keasyikan tersendiri, keasyikan yang bisa melupakan persoalan-persoalan lain. Keasyikan yang dapat menjauhkan stres-stres yang dialami. Kalau ada sedikit waktu senggang, biasanya saya habiskan dengan berdiri dipinggir kolam ikan disekitar rumah. Ikan yang selalu bergerak, ikan yang tak pernah diam, baik siang maupun malam, namun gerakannya itu tidak menimbulkan kebisingan, malahan gerakannya itu menimbulkan ketentraman dan kenyamanan serta kedamaian. Kadang-kadang bisa berjam-jam waktu digunakan untuk santai dan melepas lelah dengan memandang ikan-ikan yang indah itu. Seakan-akan kita terlupa dengan alam sekitar.
            Karena seringnya saya berdiri dipinggir kolam ikan, akhirnya saya dapat mengamati sedikit sifat-sifat ikan itu. Dan juga dapat mengenal mana ikan yang jantan dan mana yang betina. Mana yang sedang pacaran dan mana yang sedang bertelur, serta tahu pula mana ikan-ikan yang sedang menyimpan anak didalam mulutnya.
            Lain asyiknya melihat ikan yang sedang pacaran dan lain pula asyiknya memperhatikan ikan-ikan yang sedang melindungi anak-anaknya. Setelah beberapa bulan saya amati, rupanya anak-anak ikan yang sudah dilepaskan induknya dari mulutnya, ternyata di tangkap dan dimakan oleh ikan-ikan lain, sehingga tidak berapa diantara ikan-ikan itu yang sampai besar. Akhirnya timbul keinginan saya untuk memisahkan anak ikan itu dari induknya dan membesarkannya.
            Satu hari saya lihat, ikan-ikan itu sudah melepaskan anak-anak dari mulutnya. Semua anak-anak ikan itu saya tangkap, kebetulan di hari itu ada 4 ekor induk ikan yang sedang beranak. Masing-masing induk itu mempunyai anak ratusan ekor jumlahnya. Dari ke 4 ekor induk ini saya kumpulkan anak-anaknya di dalam sebuah waskom. Anak ikan itu terlalu banyak, sehingga waskom itu  jadi sempit. Dalam fikiran saya tentu ikan-ikan itu akan lambat berkembang dan bertumbuh didalam waskom, karena mereka terantuk-antuk dan berlaga sesamanya swaktu berenang. Lalu semua anak ikan itu saya pindahkan kedalam kolam yang agak besar, dengan harapan tentu anak-anak ikan cepat besar dan bertumbuh. Tapi harapan saya tidak jadi kenyataan, saya kurang hati-hati, tidak memeriksa air kolam itu.
            Betapa kecewanya saya, ketika esok paginya, semua anak-anak ikan yang berjumlah ratusan ekor itu terapung dan mati. Saya sedih dan saya menyesal, andaikan anak ikan itu saya biarkan didalam waskom, tentu tidak akan mati semuanya. Saya merasa bersalah dan saya merasa berdosa, akibat perbuatan saya ratusan anak-anak ikan menemui ajalnya, pengalaman itu terasa pahit sekali. Rupanya setelah saya selidiki, air kolam itu tercemar oleh minyak tanah yang tertumpah oleh pembantu, sehingga anak-anak ikan itu tak bisa bernafas. Saya mengambil kesimpulan, sebaiknya anak-anak ikan kecil tempatnya juga harus yang kecil. Rupanya terlalu harap akan yang besar, terlalu harap anak ikan akan bisa bermain leluasa, terlalu memperhatikan pertumbuhannya, justru mendatangkan malapetaka bagi semua anak-anak ikan itu.
            Di hari yang lain, ikan-ikan itu beranak kembali, lalu saya pelihara dia di dalam waskom. Kemudian ada orang yang memberi advis, agar supaya ikan-ikan itu cepat besar, beri dia makan kuning telur ayam. Saya coba memberi ikan-ikan itu kuning telur ayam, memang dengan lahap ikan-ikan itu cepat memakannya. Timbul lagi sifat jelek saya, yang ingin agar ikan itu semakin cepat tumbuh dan kembang. Saya masukan kuning telur yang banyak ke dalam tempat ikan itu, dengan harapan tentu ikan-ikan ini cepat besar dan sehat-sehat. Tapi perhitungan saya meleset lagi, anak-anak ikan yang kecil itu belum bisa makan makanan yang banyak melebihi kapasitas perutnya yang kecil. Akibatnya banyak sisa kuning telur yang tertinggal. Rupanya sisa kuning telur yang tertinggal ini, menjadi makan yang baik pula untuk kuman-kuman dan bakteri-bakteri. Akibatnya air tempat anak-anak ikan itu berenang, sudah tercemar oleh bakteri-bakteri, sehingga bakteri yang sudah berkembang biak itu mulai menyerang anak-anak ikan. Anak-anak ikan kewalahan dan mulai berapungan, dan banyak diantaranya tak dapat diselamatkan lagi, bergelimpangan dan merapung mati.
            Kembali saya merasa bersalah dan berdosa. Padahal tujuan saya baik, ingin memberi ikan-ikan itu makanan yang bergizi dan bernilai tinggi, tapi cuma tindakan saya terlalu berlebih-lebihan. Seharusnya untuk anak-anak ikan yang sekecil itu, tidak usah saya beri kuning telur yang sebanyak itu. Sehingga bukan membantunya, tapi malahan merusaknya.
            Dalam hidup, memang sering kita melakukan tindakan yang berlebihan. Memberi makan terlalu kenyang, memberi pakaian terlalu banyak, melindungi anak dengan berlebih-lebihan. Dan tidak jarang tindakan yang berlebihan ini yang justru menimbulkan kecelakaan.
            Kita sering makan sekenyang-kenyangnya, sampai kesanguhan dan sesak nafas. Gizi yang masuk berlebih-lebihan, sedangkan pembakarannya sedikit, sehingga tertumpuk-tumpuklah makanan itu dalam tubuh yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yang bermacam-macam.
            Padahal Rasul selalu memberi nasehat, makanlah dan minumlah, jangan berlebih-lebihan. Kami ini adalah suatu kaum, kata Rasulullah, yang hanya makan diwaktu lapar dan berhenti sebelum kenyang.
            Tubuh kita ini sederhana, dan yang dibutuhkannya pun sederhana pula, jangan berlebih-lebihan. Sering sekali tindakan yang berlebih-lebihan ini sering mengecewakan kita. Kita dikecewakan karena sering yang terjadi itu, tidak seperti yang diharapkan dan dicita-citakan.
            Tuhan tidak suka pada orang yang berlebih-lebihan, untuk semua itu, agaknya patut kita simak sebuah firman suci Nya dalam surat Al An’aam ayat 141 : ”Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa ( bentuk dan warnanya ) , dan tidak sama ( rasanya ). Makanlah dari buahnya ( yang bermacam-macam itu ) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasil ( dengan disedekahkan kepada fakir miskin ) , dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.

Salam teriring do.a
K Suheimi

Selasa, 19 Maret 2013

BELAJAR DARI PEMIMPIN + Memimpin by Bung RA

BELAJAR DARI PEMIMPIN
Buat sahabatku FH



Menjadi orang arif dan bijaksana

Sepertinya harus melewati proses yang sulit

Kadang harus menanggung sakit hati

Karena tidak sesuai harapan dan kenyataan



Jalan masih panjang untukmu FH

Kesempatan masih terbuka lebar

Mari kita belajar dari pemimpin

Yang pantas untuk kita teladani



Aku buka lagi tulisan Bapak Jacky Margono

Polisi yang pernah malang melintang di Pariaman

Tulisan yang beliau tulis ketika matanya hanya tinggal satu

Di usia yang sudah senja



Aku buka juga tulisan Bung Ricky Avenzora

Yang mengupas tentang memimpin ala Rasul kita

Yang akan membuka

Matahati kita untuk melihat dunia



Payakumbuh, 22 Juni 2012





Hanifah Damanhuri



SIKAP SUMELEH BAPAK JACKY MARGONO



 Ibu Hanifah menulis:*-------------*

 Berikanlah kami kiat

Apa yang harus dibuat

Ketika menyadari

Semua pengobatan tak lagi berarti*------------*



Bapak Jacky Margono menulis



 Seyogyanya kita mengambil sikap "sumeleh"

(Jawa, huruf "e" sama dengan bunyi "e" pada "elektrik").

Arti sumeleh adalah,setelah segala upaya kita lakukan

,kita kembalikan  segala sesuatunyakepada Allah SWT.



 Dengan memiliki sikap sumeleh,

kita akan tegar menghadapi semua cobaan hidup.

Apa itu soal penyakit,  soal kerjaan, soal rumah tangga

atau soal pergaulan sosial.



Yang penting kita sudah berusaha

Usaha di tangan manusia,

 hasil di tangan Tuhan.



 Orang yang sumeleh,

tidak terpaku kepada satu persoalan,

yang menyebabkan persoalan-persoalan  lain terbengkalai.



 Banyak orang yang tidak sadar,

bahwa dirinya sebenarnya telah sumeleh,

ketika menghadapi penyakit yang dideritanya.

Ini yang bagus.



 Mungkin, sekali lagi mungkin,

sumeleh ini sama dengan "istiqomah".(QS 46:13).

Mohon maaf kalau saya salah.

Juga mohon maaf kalau saya sok pinter



 Tapi masalah sumeleh,

sebagai ajaran orang tua,

telah saya kerjakan

sejak saya jadi komandan pada usia muda.



Belum cukup 30 tahun,

sudah jadi Kapolres,

pas konfrontasi dengan Malaysia.



Akibat sumeleh

saya tidak pernah mengalami stress

dan sering lupa

bahwa diri saya sebenarnya penakut.



 Wassalam, Jacky M





MEMIMPIN



by : ricky avenzora





Bukankah Rasul mu telah mengajarkan mu cara untuk MEMIMPIN?

Bukankah Rasul mu telah menunjukan pada mu arti SIDIQ dan AMANAH ?

Bukankah Rasul mu juga telah mengingatkan mu tentang makna TABLIGH dan
FATHANAH?

Lupakah engkau akan Ilmu dari TUHAN mu tentang mengapa sebilah tulang rusuk
kiri mu menjadi berkurang?



Mengapa semua itu harus engkau sembunyikan dengan KILAH?

Kilah kekaguman pada kegagahan dan mulut manis seakan bijaksana. .

Lupakah engkau pada peringatan nenek moyang mu bahwa mulut manis adalah
berbisa?

Apakah engkau fikir TUHAN mu sia-sia menciptakan BATU KARANG dan BESI di
muka bumi?



Tahukan engkau mengapa Rasul mu mengajarkan mu tentang Sidiq, Amanah,
Tabligh dan Fathanah itu?

Yaitu agar dapat tegak nya RAHMAN dan RAHIM di muka bumi.

Yaitu ADIL untuk semuanya dan SESUAI dengan HAK nya.

Bukan kah TUHAN mu tidak pernah memberikan sepotong kecilpun kantong-rahim
pada laki-laki?



Lupakah engkau akan kunci yang pernah diceritakan pada mu tentang jalan
untuk mencapai Sidiq, Amanah, Tabligh dan Fathanah itu?

Yaitu JUJUR dan IKHLAS.

JUJUR pada diri ku sendiri dan juga JUJUR pada semua nya.

Ketika IMAGE yg hanya terus ku JAGA tentulah tidak menggambarkan IKHLAS
yang sesungguhnya membutuhkan pengorbanan nyawa.



Tahukah engkau dari mana bisa melihat kejujuran yang sesungguhnya?

Tentulah tidak pada angka-angka dan kata-kata sang juru bicara.

Kejujuran ku adalah terlihat dari mata dan gerak tubuh ku yang tidak boleh
seperti robot.

Kejujuran tentang diri mu adalah segalah KEBAIKAN mu yang diceritakan oleh
MUSUH mu.



Tahukah engkau dari mana bisa melihat keikhlasan sesungguhnya?

Tentulah tidak dari berbagai retorika yang dipuji-pujikan oleh juru bicara,
apa lagi dari iklan keberhasilan yang penuh rekayasa.

Keikhlasan mu adalah terlihat dari kucuran keringat mu dan bersedianya
nyali mu dalam menantang bahaya.

Keikhlasan ku adalah bukan kilah ku yang sok bijaksana, tapi adalah rasa
syukur ku ketika dihina, yaitu rasa syukur karena setidaknya nyawa ku masih
ada.



Tidak kah engkau baca bagaimana TUHAN mu memberi Sang Khullafaur-Rasyidin
kepada Rasul mu dalam memimpin?

Tidak kah bisa engkau mengerti apa yang dibawa oleh si Abu Bakar dan si
Usman?

Tidak kah bisa engkau maknai apa yang dilakukan si Umar dan si Ali?

Apakah engkau fikir TUHAN mu sia-sia menjadikan mereka sebagai sahabat
Rasul mu dalam memimpin?



Mengapa engkau lupakan kucuran keringat Rasul mu ketika pertama kali
disuruh membaca oleh JIbril ?

Tidak kah engkau perhatikan bahwa Rasul mu selalu tahu tentang artinya MASA
yang selalu diingatkan oleh TUHAN kepada kita?

Ingatkah engkau akan Surat Al-Mudatsir dan peristiwa Hijrah?

Bukan kah rasul mu TIDAK TAKUT untuk HIJRAH?



JIKA saat itu Rasul mu berlaku BODOH tidak mau hijrah, akan kah engkau
fikir ISLAM mu saat ini akan tetap ada?

Dalam hijrah Rasul mu tidak pernah takut akan luka dan hina.

Jika Rasul mu telah menunjukan keberaniannya untuk Hijrah guna menegakan
agama dan umatnya, mengapa pula sekarang engkau harus takut untuk hijrah
dan melawan penjajah?

Hijrah untuk berjuang bagi bangsa dan negara agar bisa LEBIH BAIK.



Apakah engkau fikir Rasul mu akan berhasil untuk HIJRAH kalau Rasul mu
TERLAMBAT memilih MASA?

Bukan kah TUHAN mu telah mengatakan bahwa seluruh isi alam adalah
menunjukan ILMU NYA bagi mereka-mereka yang mau berfikir?

Tidak pula kah engkau hargai petuah nenek moyang mu yang telah mengatakan
"Alam Takambang Jadi Guru"?

Bencana apa lagi yang engkau tunggu untuk menyuruh mu HIJRAH?.



Memimpinlah TAPI Hijrahlah.

Hijarahlah DAN Memimpinlah,

IKUTILAH mereka yang Hijrah.

Cepatlah dan lebih baiklah,



Ingatlah ketika ASHAR pertama kali ditegakan.

Tanyalah mengapa ASHAR perlu ditegakan.

Jangan biarkan Magrib datang tanpa pengawal.

Jangan biarkan bangsa mu menjadi KELAM karena ulah para penjajah dan
kelakuan mereka-mereka yang berulah seperti si Abu Jahal.



RS HUSADA,

Ahad, 7 Juni 2009

Jam 14.10 WIB.



Salam,

r.a

Lupakah engkau bahwa Rasul mu telah mengajarkan mu untuk membina keluarga
mu lebih dahulu?

Powered by Telkomsel BlackBerry®





Sekilas Tentang Pemimpin



Alhamdulillah, saya tidak pernah menjadi pemimpin yang berat-berat. Tidak
pernah jadi lurah. Tidak pernah jadi camat, apa lagi yang lebih tinggi dari
itu

. Saya hanya pernah jadi Ketua RT, dan setelah tugas itu selesai,
alhamdulillah, saya benar-benar lega. Betapa beratnya resiko dan tanggung
jawab jadi pemimpin, seandainya kita mengerti. Nanti di akhirat, kita akan
ditanya atas kepemimpinan kita. Apakah kita memimpin dengan adil pada jalan
yang diridhai Allah, ataukah kita berlaku sewenang-wenang. Apakah pangkat
kepemimpinan itu kita jolok-jolok agar diberikan orang kepada kita, atau
karena masyarakat menginginkan kita untuk menjadi pemimpin mereka. Tanggung
jawabnya sangat berat. Kelak di hadapan Allah setiap detil yang berhubungan
dengan kepemimpinan itu akan ditanya. Pantaslah Umar bin Khaththab
mengatakan ketika dia diangkat jadi pemimpin, seandainya seekor keledai
tersandung di jalan di Baghdad karena kelalaian yang mengurus negeri, maka
dia pun akan diminta tangung jawab pula sebagai pemimpin umat.



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan agar orang (para sahabat
dan umat beliau) jangan meminta-minta jabatan, karena jabatan itu besar
tangung jawabnya. Tapi seandainya diberi amanah untuk memimpin, maka
lakukanlah dengan amanah dan hati-hati. Beliau berwasiat agar umat beliau
mengangkat pemimpin. Bahkan seandainya dua orang melakukan perjalanan,
hendaklah salah satu menjadi pemimpin dalam perjalanan itu. Hendaklah
dijadikan pemimpin orang yang berilmu untuk memimpin.



Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menunjuk pengganti untuk
memimpin umat. Ketika beliau wafat di hari Senin, jenazah beliau belum
dimakamkan (baru dimakamkan dua hari kemudian di hari Rabu), karena para
sahabat sedang menyelesaikan tugas mencari pemimpin pengganti beliau.
Panjang pembahasan dan banyak pertimbangan untuk mencari pemimpin
pengganti. Dalam sebuah musyawarah yang tidak mudah, karena ada berbagai
harapan dan kepentingan yang bertabrakan antara kaum Anshar (penduduk asli
Madinah) dan kaum Muhajirin. Adalah dengan rahmat Allah semata bahwa
musyawarah itu akhirnya menjadikan Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Abu Bakar telah membuktikan bahwa
pilihan para sahabat itu tidak salah. Beliau mengemban tugas kekhalifahan
setelah terlebih dahulu berpesan, agar beliau ditegur jika saja beliau
keluar dari tuntunan al Quran dan sunnah Rasulullah.



Ketika Abu Bakar sakit menjelang wafat, beliau menunjuk Umar untuk menjadi
khalifah penerus, pengganti beliau. Setelah Abu Bakar meninggal, orang pun
membai’at Umar untuk menjadi khalifah. Umar memproklamirkan dirinya sebagai
Amirul Mukminin, sebagai pemimpin orang-orang yang beriman. Umar
menunjukkan keteladan yang luar biasa sebagai pemimpin. Beliau sangat
sederhana untuk diri dan keluarganya. Banyak sekali kisah tentang
kesederhanaan Umar. Umar lah yang memikul sendiri sekarung gandum untuk
sebuah keluarga yang didapatinya sedang merebus batu, untuk mengecoh
perhatian anak-anaknya yang kelaparan. Umar lah yang bergantian naik
keledai dengan pengawalnya ketika pergi menerima penyerahan kunci kota Al
Quds. Dan Umar pula lah yang di dapati Hamuzham (panglima perang Kerajaan
Parsi yang ingin menghadap Amiril Mukminin di istananya, dalam bayangan
Hamuzham, setelah dia menyerah) sedang tidur beristirahat di serambi mesjid
dalam kesederhanaannya.

Umar ditikam Abu Lu’lu’ di suatu subuh. Dia masih bertahan beberapa hari
sebelum meninggal. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Umar meminta umat
memilih penggantinya di antara enam orang sahabat. Termasuk di dalam keenam
calon usulan Umar itu adalah Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Ketika beberapa sahabat mengingatkan agar Abdullah bin Umar yang lebih
dikenal sebagai Ibnu Umar ( yang penampilan dan perilakunya sangat meniru
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), ditambahkan sebagai calon, Umar
menolaknya. Cukuplah aku saja di antara keluargaku yang pernah mengemban
tugas yang sangat berat ini, begitu kata beliau.



Hasil pemilihan ke enam kandidat pengganti Umar akhirnya mengerucut kepada
Utsman dan Ali, karena calon lainnya dengan sukarela mengundurkan diri.
Sejarah menunjukkan bahwa Utsman lah yang menjadi khalifah ketiga.



Utsman juga terbunuh di akhir kekhalifahannya. Beliau tidak menunjuk
pengganti. Sebahagian sahabat ketika itu membai’at Ali, mungkin sebagai
calon kuat pengganti Umar sebelumnya. Tapi ada golongan yang tidak suka
dengan kepemimpinan Ali. Golongan yang tidak suka ini dipimpin oleh
Mu’awiyah, yang ketika itu jadi ‘gubernur’ di Syam. Mu’awiyah beralasan
agar pembunuh Utsman serta golongan yang menggerakkan pembunuhan itu
diadili terlebih dahulu. Padahal Ali telah memaafkan mereka.



Maka jadi catatan sejarah pula bahwa ketidak-senangan Mu’awiyah terhadap
Ali berkelanjutan dalam sebuah peperangan yang panjang. Peperangan sesama
umat Islam. Sesuatu yang sebenarnya sudah dibayangkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam akan terjadi.

Ali pun terbunuh pula. Sebenarnya pada subuh yang sama, Mu’awiyah juga jadi
target pembunuhan, sesuai dengan rencana mereka yang sudah benci melihat
perseteruan beliau berdua. Mu’awiyah selamat karena di subuh yang
direncanakan itu dia berhalangan untuk pergi ke mesjid. Maka Mu’awiyah
memproklamirkan dirinya sebagai Amiril Mukminin yang baru sepeninggal Ali
bin Abi Thalib. Dia dibai’at oleh orang-orang dekatnya saja di Syam.



Sebelum akhir hayatnya, Mu’awiyah menunjuk puteranya Yazid sebagai
pengganti. Begitulah awal dari dinasti Umayah yang memerintah selama
berabad-abad. Dinasti, yang diperintah oleh raja yang menurunkan kekuasan
kepada anaknya sebagai pengganti.



Sultan Muhammad Al Fatih, penakluk Konstatinopel di tahun 1492, adalah
seorang panglima perang dan raja yang sangat salih. Beliau digantikan oleh
putera dan anak cucunya, sampai berakhirnya kesultanan Ottoman di tahun
1924. Banyak di antara sultan-sultan di kerajaan Ottoman itu bukanlah
pemimpin-pemimpin yang meniru jejak Muhammad Al Fatih dalam kesalihan,
meski mereka dianggap kebanyakan orang sebagai penerus kekhalifahan dalam
Islam.



*****



Wassalamu'alaikum



Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam

Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi

Lahir : Zulqaidah 1370H,

Jatibening - Bekasi

Senin, 11 Maret 2013

SINGGULUANG BATU



SINGGULUANG BATU

Ndak salamono hiduik iko bajalan indah
Bak kato urang tuo
“Hiduik saroman mancaliak gunuang
Rancak nampakno dari jauah
Kalau didakek i panuah jo liku-liku
Kadang terjal dan babatu
Jurang di suok kida”

Adokalono nan harus dilalui
Antah itu ujian
Antah itu cobaan
Antah itu azab
Singguluangpun taraso batu
Barek kapalo manangguang baban nan indak takiro
Kadang indak tatahankan…

Kalau dapek singguluang batu
Capek-capeklah istighfar
Capek-capeklah introspeksi diri
Capek-capeklah mampelok i diri
Capek-capeklah basarah diri pado Illahi
Mintak patunjuak jo patolongan
Sarato bunuah kasombongan diri jo mambaco
Lahaula wala quwwata illa billah

Saat mandapek singguluang batu
Yakinkan diri jo mambaco
Innalillahi wainna ilaihi rajiun
Sagalo nan tajadi
Pastilah saizin Allah nan Maha Kuaso
Hapuihlah aia mato capek-capek
Badoalah banyak-banyak

Kato ustadz
Kasabaran
Kaikhlasan
Akhirno akan babuah indah
Insya Allah


Padang, 9 Februaru 2013



Hanifah Damanhuri


TARAMPEH DI JALAN DATA



TARAMPEH DI JALAN DATA

Katiko mandaki puncak gunuang
Jalan nan dilalui kadang terjal
Dan tapaso bagantuang ka aka kayu
Kadang bapacik kakawan sapajalanan
Hati-hati sudahlah pasti

Talabiah katiko turun
Jurang suok kida
Jaleh tampak bana
Dek hari alah siang gadang
Hati-hati dan badoa jadi bagian parjalanan

Katiko di jalan data
Asyik maota jo kawan sabaya
Kadang bagarah ndak kira-kira
Kawan barubah jadi lawan
Namono tarampeh di jalan data

Tarampeh di jalan data
Sakikno jan di tanya
Saroman takicuah di jalan tarang
Indak kasia sakik kadikadukan
Tarumuak badan kasudahanno



Padang, 2 Maret 2013



Hanifah Damanhuri