NASI RAMAS
Tinggal dikampung yang permai
Dirumah yang indah
Lengkap dengan kolam, dan sawah
Mama seorang guru pula
Sekilas pastilah kami termasuk
Orang kaya untuk ukuran kampung
Ketika rumah dibangun
Papaku memang sedang jaya-jayanya
Harta dan tahta papaku punya
Sempat mamaku dilarang papa jadi guru
Jadi nyonya rumah saja
Dengan bayaran sekian kali lipat
Mamaku menolaknya
Usai PRRI
Kehidupan berobah total
Yang tak berobah adalah
Mamaku tetap jadi guru SD dikampungku
Anaknyapun bertambah terus
Hingga yang hidup berjumlah 6 orang
Ketika dua orang kakakku sudah kuliah
Tinggallah kami berempat bersaudara
Dua lelaki, dua perempuan
Keempatnya “cangok-cangok”
Kalau ada rapat di sekolah
Nasi ramas jatah mama
Selalu dibawa pulang
Kampungku yang dingin
Dengan anak-anak yang baru tumbuh
Begitu bungkus nasi dibuka
Langsung diserbu ramai-ramai
Siapa cepat siapa dapat
Aroma cancang dengan nasi dibungkus daun
Hmmm nikmat sekali
Dalam waktu yang singkat
Nasi ramas hilang dari pandangan
Jari-jaripun dijilati
Hingga tak ada sisa kuah cancang
Yang melekat dijari
Mamaku memandang kami
Dengan tatapan penuh kasih
Masa kecil yang indah
Penuh kenangan manis
Bengkulu, 15 November 2009
Hanifah Damanhuri
Sabtu, 14 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya tunggu komentar anda