Sabtu, 14 November 2009

NASI RAMAS

NASI RAMAS

Tinggal dikampung yang permai
Dirumah yang indah
Lengkap dengan kolam, dan sawah
Mama seorang guru pula
Sekilas pastilah kami termasuk
Orang kaya untuk ukuran kampung

Ketika rumah dibangun
Papaku memang sedang jaya-jayanya
Harta dan tahta papaku punya
Sempat mamaku dilarang papa jadi guru
Jadi nyonya rumah saja
Dengan bayaran sekian kali lipat
Mamaku menolaknya

Usai PRRI
Kehidupan berobah total
Yang tak berobah adalah
Mamaku tetap jadi guru SD dikampungku
Anaknyapun bertambah terus
Hingga yang hidup berjumlah 6 orang

Ketika dua orang kakakku sudah kuliah
Tinggallah kami berempat bersaudara
Dua lelaki, dua perempuan
Keempatnya “cangok-cangok”

Kalau ada rapat di sekolah
Nasi ramas jatah mama
Selalu dibawa pulang

Kampungku yang dingin
Dengan anak-anak yang baru tumbuh
Begitu bungkus nasi dibuka
Langsung diserbu ramai-ramai
Siapa cepat siapa dapat
Aroma cancang dengan nasi dibungkus daun
Hmmm nikmat sekali
Dalam waktu yang singkat
Nasi ramas hilang dari pandangan
Jari-jaripun dijilati
Hingga tak ada sisa kuah cancang
Yang melekat dijari

Mamaku memandang kami
Dengan tatapan penuh kasih
Masa kecil yang indah
Penuh kenangan manis


Bengkulu, 15 November 2009


Hanifah Damanhuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya tunggu komentar anda