Selasa, 27 Oktober 2009

KEPERGIAN TAK TERDUGA

KEPERGIAN TAK TERDUGA

Kalau Allah berkehendak
Apapun dapat terjadi
Tanpa kita duga sebelumnya

Anakku ijul
Pernah kutitipkan ke kakakku di Jakarta
Membuat kakakku mesti mengasuh
Tiga orang anak kecil
Iis, Ijul dan Icha
Kisaran usia 5,3,2 tahun

Suami kakakku yang kami panggil buya
Disukai anak-anak kecil
Sehingga Ijul sering berebut buya dengan Icha

Hari Sabtu yang lalu 24 Oktober 2009
Kakakku, buya Iis dan Icha
Ikut menghadiri
Acara wisuda Ijul
Di STEI TAZKIA Bogor

Kami semua berbahagia
Apalagi buya senang sekali melihat Icha
Memakai baju muslim dan berkerudung
“ Icha cantik berkerudung” kata buyanya

Acara wisuda dilaksanakan
Di Multifunction Hall Al-Hambra
Andalusia Islamic Center Sentul City Bogor
Dengan Dato’ Sri Anwar Ibrahim dari Malaysia
Sebagai pemakalah utama dalam orasi ilmiahnya
Aku beruntung dapat menyaksikan langsung
Kehebatan Dato’ tersebut di podium

“ Alumni STEI TAZKIA haruslah SPKK
Sholeh, Pintar, Kaya dan Keren “
Kata ketua STEI TAZKIA, Dr M Syafei Antonio
Beliaupun menguraikan maksudnya
Dengan cara yang sangat menarik
Sehingga semua mata tertuju padanya

Selesai acara wisuda dan berfoto-foto
Aku, suamiku dan Ijul
Bergabung dengan keluarga buya
Setelah mampir-mampir dulu di Bogor
Kami pulang menuju Jakarta
Dalam perjalanan itu
Aku tertidur pulas

Setelah diJakarta
Usai makan malam
Aku lanjutkan tidur lagi
Aku benar-benar kelelahan

Minggu pagi 25 Oktober 2009
Aku dan kakakku menyiapkan sarapan pagi
Seyogianya hari itu
Kami akan menghadiri
Acara Halal Bi Halal
Keluarga besar H Abdul Djalil
Yang akan dilaksanakan di Cipinang jam 11 siang

Sambil sarapan pagi
Kami bercanda dan bercerita dengan buya
Aku makan agak lama
Sehingga tinggal aku dan buya di meja makan
Kulihat buya mengambil slang oksigen
Yang terdapat dekat meja makan
Dan dipasangkan ke hidung
Sambil makan kuperhatikan saja
Apa yang dilakukan buya
Kemudian buya melepaskan slang tersebut
Lalu buya menyodorkan ayam bakar untukku
Buyapun berpindah ke kasur di ruang tengah
Buya minta dipasangkan oksigen
Yang menutup mulut ke Icha yang jadi bidan
Aku masih di meja makan memperhatikan

Aku panggil Iis yang tamatan Farmasi
Untuk membatu buya
Yang nafasnya sudah mulai sesak
Sementara Icha berusaha keluar ke apotik
Mencari obat buya yang habis

Nafas buya semakin lama semakin sesak
Kakakku sudah berada disampingnya
Sejak buya pindah kekasur
Dan melap keringat yang mengalir
Membasahi badan buya
Ijul juga sudah ikut bergabung
Begitu juga suamiku yang memijit buya

Tidak mungkin kita ikut HBH
Kataku dalam hati

Iis minta telpon dihubungkan ke uniku dr Fatma
Sambil tangannya sibuk dengan slang oksigen
Iis berkonsultasi dengan uniku
Aku ikut memegang tempat telpon

Aku lihat buya bertambah letih
Mulutkupun spontan membaca
Laillla ha illlallah
Ber ulang-ulang
Ku lihat kakakku juga sudah mulai komat kamit
Di telinga buya
Icha di minta untuk pulang lagi aja

Selesai Iis menelpon
Aku sambar AlQuran yang ada dekat buya
Ku cari-cari dan dibantu Ijul
Surat Yasin
Aku baca surat Yasin
Dengan penuh perasaan
Sama rasanya seperti
Aku membaca surat Yasin
Ketika mengiring kepergian
Mama dan papaku dulu

Sejak mengaji Yasin
Aku tak lagi memperhatikan buya
Yang kudengan Iis dan Icha
Berusaha memberikan nafas buatan

Mereka berhenti
Setelah dokter datang
Dan memastikan bahwa
Buya telah tiada
Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun

Buya pergi untuk selama-lamanya
Kepergian yang tak terduga
Selamat Jalan
Buya H MSyarif Hidayat, M.Ag
Aktivis Muhammadyah Jakarta
Semoga Allah
Mengampuni dosa buya
Menerima amal ibadah buya
Menempatkan buya di tempat yang mulia
Amin Ya Rabbal Alamin

Bengkulu, 28 Oktober 2009


Hanifah Damanhuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya tunggu komentar anda