PELABUHAN TELUK BAYUR
Dermaga Teluk Bayur
Pastilah menyimpan banyak cerita
Baik suka maupun duka
Bagi sebagian besar warga Ranah Minang
Terasa baru kemaren
Aku diajak papa ke pelabuhan Teluk Bayur
Mungkin mengantar /menjemput saudara
Terutama Umi kakak mama
Entah mengapa
Aku yang sering terpilih
Menemani papa ke Teluk Bayur
Ketika itu aku masih SD
Ketika menjemput Umi
Terasa senang di hati
Bawaan Umi yang banyak sekali
Tentu ada oleh-oleh untukku dan orang kampung
Ketika melepas Umi
Memang terasa berat dihati
Umi yang penyayang
Masakannya enak sekali
Diantara bawaan Umi ke Jakarta
Ada belut goreng
Ada kacang pagar
Ada kerupuk Jangek dan lain sebagainya
Begitu beranjak remaja
Kisah pilu berpisah didermaga
Dengan ratap tangis yang menyayat kalbu
Sudah mulai kudengar
Seorang gadis remaja
Menjerit histeris di dermaga
Melepas kekasih hatinya
Kembali ke Jakarta menggandeng istri baru
Sang kekasih yang masih saudara
Pulang kampung mulanya untuk bertemu
Namun ketika dikampung
Dinikahkan dengan orang lain
Sering juga terlihat
Anak daro menjerit histeris
Melepas marapulai
Duluan pergi merantau
Nyanyian duka seorang gadis yang kecewa
Yang terlukis dalam lagu “di Taluak Bayua”
Telah mengharu biru
Perasaan para pendengarnya
Lain lagi ceritanya
Ketika aku naik kapal Kerinci di tahun 1984
Bersama teman-teman kuliah
Yang akan berliburan ke Jakarta
Pergi sesama besar
Dalam rangka berliburan
Tentu tak ada beban yang mengganjal
Hati senang dan riang
Namun ketika kapal mulai bergerak
Diiringi nyanyian “Selamat Tinggal Teluk Bayur”
Membawa sensasi sendiri padaku
Tangan melambai, air mata berlinang
Aku ikut melambaikan tangan
Sseperti yang dilakukan semua penumpang
Melambai entah siapa yang aku lambai
Tak ada yang mengantar aku
Melihat orang menangis
Airmatakupun mengalir dipipi
Nyanyian “Selamat Tinggal Teluk Bayur”
Terasa mengharu biru perasaanku
Bengkulu, 1 Juni 2010
Hanifah Damanhuri