Kamis, 14 Agustus 2008

GERAK HATI

GERAK HATI


Aku jadi ingat
Peristiwa jelang lebaran
Beberapa tahun yang lalu

Suamiku berasal dari Sikabau Dharmasraya
Bapaknya datuk/penghulu suku melayu
Punya ibu tiri
Punya bapak tiri

Kalau kami pulang kampung naik bus
Bus akan mnelewati daerah ini tengah malam
Jadi aku lebih suka pulang dulu ke Bukittinggi
Di hari lebaran baru mengunjungi mertua

Entah mengapa
Kami memutuskan untuk ke rumah mertuaku dulu
Kami siapkan baju koko dan sarung untuk kedua bapak
Biar dihari lebaran baju mereka serupa

Turunlah kami tengah malam di Simpang Sikabau
Perjalanan dilanjutkan dengan angdes
Tak lama di rumah mertuaku
Kami sahur

Aku lupa percisnya
Pagi-pagi begitu ketemu tetangga
Semua bertanya
" Kok cepat tau, tau darimana? "
Rupanya bapak kandung suamiku
Jelang magrib ditemukan tidak bisa bergerak dalam keadaan sujud
Di dangau kebunnya
Bapak langsung dibawa ke PUSKESMAS Pulau Punjung
Begitu agak siang
Kami dapat berita lagi
Bapak mau dirawat dirumah saja
Sekitar jam 10 pagi bapak sudah dirumah ibu tiri suamiku

Kulihat bapak masih mengenali semua orang
Tapi bicaranya tidak jelas lagi
Bapak masih bisa duduk dan minta duduk
Mungkin karena bapak seorang datuk
Banyak tamu yang datang membezuk bapak
Setiap yang datang disalami bapak
Setiap yang datang menyarankan kasih obat ini, kasih obat itu
Obat kampung dengan cara kampung

Entahlah entah apa yang terjadi
Setelah Isya malam harinya
Setelah bapak meminum telur dan madu
Bapak jadi lunglai
Dan pergi selamanya
Di iringi doa orang sekampung yang hadir saat itu
Kamipun ikut melepas bapak pergi
Menghadap Sang Khalik

Nggak habis pikir
Siapa yang menuntun kami
Untuk mampir dulu ke Sikabau ?
Kalau bukan Allah yang Maha Besar

Sebelumnya aku juga tak habis pikir
Kenapa waktu itu
Setelah uniku yang ahli penyakit dalam memberitahu
” Masa kritis papa sudah lewat
Sudah boleh pulang ke rantau masing-masing ”
Tapi aku memilih tinggal sendirian di Payakumbuh

Di saat adik papa, kakakku no 2 dan kakak iparku
Ke Bukittinggi mengantarkan
Suamiku dan anak-anak ke terminal Aur Kuning
Kemudian mereka mampir ke Sungai Tanang
Papaku yang didampingi uni
Pergi buat selama-lamanya

Aku yang sebelumnya
Sempat me urak
Lipatan tangan papa
Yang dalam posisi seperti sholat
Telapak tangan yang kiri dan yang kanan
Ku sentuhkan ke pipiku bergantian
” Apa papa bisa rasakan ? ”
Papa mengangguk untuk kedua kalinya
Aku bingung
Bukankah tangan yang kiri lemah karena stroke ?
Ku lakukan hal yang sama untuk kedua kaki papa
Papa juga meng angguk untuk kedua kalinya
Kurasakan keki papa dingin
Ku kasih tau uniku
Uniku nyuruh ngasih balsem
” Mungkin karena aliran darah tidak lancar ” katanya
Tak lama kemudian aku ke dapur karena di panggil mbak nani
Papa menatapku sampai aku keluar kamar
Tatapannya seperti tatapan mama yang terakhir kalinya
Ketika kami berpisah di ruang operasi
Ya, ituntatapan papa yang terakhir untukku
Aku kembali kekamar
Di penghujung hayat papa

Dalam duka aku bahagia
Ternyata tak semua
Diberi kesempatan yang langka
Melepas seseorang menghadap sang Pencipta


Bengkulu, 15 Agustus 2008


Hanifah Damanhuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya tunggu komentar anda