Jumat, 24 April 2009

NASEHAT MAMAKU

NASEHAT MAMAKU

Aku sering tercengang
Ketika ada yang berkata
“ Jangan terlena dengan masalalu dan hanya
Membangga-banggakan tokoh tertentu “
Rasanya aku tidak begitu

“ Hidup bak cando roda padati “
Benar-benar terjadi di keluarga papaku
Ada saat naik keatas
Bertahan di atas
Turun kebawah dan
Lama tertahan di bawah

Ketika aku lahir dan dibesarkan
Roda sudah turun ke bawah
Orang kampung yang sering bercerita padaku
Bagaimana ketika roda naik ke atas

Papaku termasuk salah seorang pribumi
Yang bersekolah di sekolah Belanda
Di Bukittinggi dan di Jakarta
Orang bercerita padaku
“ Papamu menyepak-nyepak bola sepanjang jalan
Sungai Tanang - Bukittinggi
Ketika pergi dan pulang ke sekolah “
“ Papamu dulu jadi murid Bung Hatta di Banda Neira “
“ Papamu dulu diantar jemput
Pakai sedan Impala merah
Ketika bekerja di X “
“ Bung Hatta dulu mampir ke rumahmu
Mencari papamu
Waktu itu Bung Hatta memakai baju olah raga “
“ Papamu dulu …. “

Sebelum orang bercerita padaku tentang papa
Mamaku sudah mewanti-wanti
“ Seorang pemuda tidak akan berkata
Anak siapa dia
Tapi akan berkata
Siapa dia “
Di dorongnya terus kami
Untuk rajin sekolah
“ Mama ingin kalian menambah nama
Dengan gelar akademis
Kalau tidak di depan ya di belakang “

Papapun ikut menyemangati
“ Rajinlah sekolah sehingga punya ilmu
Dengan ilmu, kalian carilah
Kampung yang lain nanti
Kami tinggalkan harta
Kalian akan bertengkar sepeninggal kami “

Untuk itu mama dan papa korbankan
Jiwa, raga dan hartanya
Mama dan papa tak peduli dengan sanjungan
Mama dan papa tak peduli dengan hinaan
Hingga akhirnya dengan izin Allah
Mama dan papa berhasil menghantarkan anak-anaknya
Seperti yang di impikannya

Kini
Walau bebanku lebih ringan
Rasa gundah dan gelisah menerpaku
Mau jadi apa anak-anakku nanti
Sanggupkah mereka bersaing ?
Hanya waktu yang dapat menjawab
Doaku menyertai mereka


Bengkulu, 19 April 2009


Hanifah Damanhuri

MENELUSURI GUNUNG PADANG

MENELUSURI GUNUNG PADANG

Setiap kami pulang kampung ke Sungai Tanang
Ketika kabut, awan, hujan atau asap
Tak menyelimuti gunung Singgalang
Anak gadisku sering bertanya
“ Kapan kita mendaki gunung ma “
Ku janjikan kapan ada waktu dan cuaca mendukung
Tak perlu mendaki puncaknya
Cukup sampai barisan pohon pinus
Yang kelihatan sangat rapi dan indah
Di lihat dari halaman rumahku
Janji yang belum terpenuhi sampai kini

Enam tahun yang lalu
Aku,suami dan anak-anak beserta seorang teman gadisku
Menikmati indahnya pantai Muaro di Padang
Mulanya kami pandangi saja gunung Padang
Ku tantang gadisku untuk menelusuri gunung Padang
Biar dia tau seperti apa mendaki gunung itu

Kami seberangi sungai memakai perahu
Kami telusuri jalan setapak yang ada
Melewati kuburan Cina
Jalan setapak mulanya dekat ke laut
Kami pandangi laut yang indah
Jalan setapak menjauh dari laut
Kami memasuki hutan
Rasa bahagia menikmati pemandangan
Berubah jadi rasa cemas dan takut
Hanya kami yang berada di sana saat itu
Ketika jalan mendaki
Terasa nafas sesak
Sepi dan sunyi mendera hati
Dalam hati selalu berdoa
Semoga selamat dalam perjalanan

Ku ingat di tahun 1986
Ketika aku dan suami belum menikah
Kami telusuri jalan yang sama
Sungguh suasana dan rasa yang terasa
Sangat jauh berbeda
Kami berjalan bergandengan
Takut tersenggol pejalan yang lain dan jatuh
Semakin sempit jalan
Semakin kuat pegangan
Saking ramenya pengunjung saat itu
Yang melintas dijalan setapak
Dengan arus yang berlawanan
Ada yang dari Muaro
Ada yang dari pantai Air Manis
Tempat batu si Malin Kundang
Perjalanan yang mengasikkan
Dan tak kenal lelah
Kami pulang dengan wajah bahagia

Keluar dari hutan
Kami ketemu peselancar
Terasa lega di dada
Rasa terbebas dari bahaya
Tak lama berjalan di pasir pantai
Kami di cegat nelayan
Mereka minta uang ke suamiku
Tanda masuk ke pantai
Untung mereka mau di kasih ala kadarnya

Perjalanan kami teruskan sampai ke batu Malin Kundang
Disinilah akhirnya
Bertemu dengan banyak orang
Rasa takut dan lelah
Sirna seketika
Anak-anak menikmati liburan
Berlari-lari main ombak
Belanja makanan yang mereka suka
Tak lupa es kelapa muda
Kenangan yang tak mudah di lupa


Bengkulu, 25 April 2009


Hanifah Damanhuri

Jumat, 17 April 2009

BAJU BOLA

BAJU BOLA

Aku nggak heran
Kalau ijul anak laki-lakiku
Suka main bola

Kakeknya pecandu bola
Pernah berjanji tak akan menonton bola lagi
Setelah tragedi berdarah di Inggris
Janji yang hanya tinggal janji
Ketika kami pulang kampung dan
Ngumpul bersama karena kakeknya sakit
Tau-tau beliau ikutan nonton piala dunia
Katika aku dan dua adiku serta ponakan
Menonton dan bersorak-sorak

Ketika kami sadar ada papa bersama kami
Kami saling pandang
Beliau yang tergeletak di kasur
Kok bisa hadir bersama kami ?
" Papa jalan lambat-lambat
dan berpegangan ke dinding " kata papa

Ketika aku hamil ijul
Aku sering jadi pemandu sorak
Di pinggir lapangan
Ketika ada pertandingan bola antar dosen

Ketika ijul sudah pandai bermain
Sudah kelihatan dia senang bola
Ketika sudah SD
Ijul masuk club bola anak-anak

Kubiarkan saja dia mengoleksi
Kodak para bintang pemain bola dunia
Koran-koran tentang bola juga dikumpulinnya
" Ijul kalau sudah besar mau jadi apa ?" tanyaku
" Jadi pelatih bola", jawabnya
" Gaji pelatihnya besar ma ", katanya lagi

Suatu hari ijul minta dibelikan baju bola
Kucari dan kuusai pasar Bengkulu
Akhirnya kudapatkan baju bola
Aku pilih baju dengan warna merah
Dasar kainnya bagus dan menyerap
Yang lain licin-licin
Sesampai di rumah kuberikan pada ijul
" Aku nggak mau baju ini
Apa itu MU, nggak terkenal
Aku mau Lazio "
Akhirnya bersama kami mencari baju Lazio
Baju tersebut ditambah lagi dengan nama
IJUL GONZALES


Bengkulu, 8 April 2009


Hanifah Damanhuri

AMPIANG DADIAH

AMPIANG DADIAH

Mandanga kato ampiang dadiah
Tabayang kisah kami katiko ABG
Sangkek itu kami (aden, izur dan eni)
Jalan-jalan ka pasa Bukiktinggi

In dak takana di den li
Apo nan kami cari katiko itu
Nan jaleh tiok kapasa
Kami pasti singgah babalanjo
Mungkin bali sate mak ciak
Mungkin bali miso di bawah jam gadang
Atau bali soto bang karto

Akhirno katiko paruk alah taraso litak
Badan alah taraso panek
Kami singgah di kadai soto bang Karto
Katiko alah dapek tampek duduak nan kososng
Kami caliak sakuliliang
Nampak dikami urang makan sesuatu nan asing
Kami saliang pandang dan saliang batanyo
" Apo nan dimakan urang dun du ? "
" Awak balilah "
Kami sorak i palayan di kadai dun
Kami kecekkan
Kami nio saroman nan dimakan urang dun
Sambia manunjuak ka mangkuak urang
" Ooooo ampiang dadiah " jawek palayan

Katiko alah tibo pasanan kami
Langsuang kami cubo
Den saliak si eni jo si izur
Kancang suokno kateh
Tibo di den agak lambek suok
Ndak kaden makan, mubazir
Den makan, paruikden den maloyo
Ndak tahan den baun jo raso dadiah
Den ansua sen lambek-lambek
Akhia no abih juo
Dek baselang selingi jo makan soto

Salamo gon aden iyo indak suko susu
Balain jo kaduo adiak den
Bubuak susu di tambah gulo
Dimakanno bantuak mamakan sagun
Tu mah dek cangok makan susu mantun
Bi santiang dan bi lincah no dari den

Bengkulu, 16 April 2009


Hanifah Damanhuri

LEMERSING DI MINGGU SUBUH TAHUN 70 AN

LEMERSING DI MINGGU SUBUH TAHUN 70 AN

Udara pegunungan yang dingin ketika subuh
Tak halangan bagi kami
Berkumpul dilapangan
Dalam acara didikan subuh

Guru-guru mengaji di surau batu
Mengajak kami berjalan di subuh yang gelap
Mengelilingi kampung sambil berteriak
Menyebutkan Nama Allah

Lampu strongkeng dan obor
Dipaka untuk menerangi jalan
Karena belum ada listrik
Iring-iringan yang menyenangkan

Setelah berjalan
Kami kembali berkumpul dilapangan
Berbagai atraksi di gelar
Menambah semarak Minggu pagi
Kenangan masak anak-anak yang indah

Menjelanga remaja
Kampung kami terbebas dari kegelapan
Terbebas dari ketinggalan informasi
Televisi menjadi daya tarik se hari-hari

Tak ada lagi acara didikan subuh
Surau batu menjadi sepi
Lapangan menjadi sunyi
Mengaji di malam hari
Berganti jadi siang hari

Ku ingat kegiatanku di Minggu subuh
Pulang sholat shubuh di Mesjid
Pakai blus kaos dan celana selutut
Pakai sepatu olah raga
Kain panjang dan selendang
Tak lagi menjadi pakaian kami
Seperti yang dipakai uni-uni kami

Aku dan teman-temanku
Yang saling bertandang
Berlari-lari kecil menuju pasar Padang Luar
Hal yang sama dilakukan orang lain
Dari berbagai penjuru
Sesampai di Padang Luar
Kami membeli tebu potong
Perjalan kami lanjutkan menuju Jambu Air
Sambil mengulek tebu dan
Ampasnya dibuang di sepanjang jalan

Sesampai di Jambu Air
Kami balik kanan dan kembali pulang
Jalananpun sudah mulai terang
Sehingga kelihatan ampas tebu
Yang bertebaran di sepanjang jalan

Sesampai di tepian Tabek Gadang
Kami duduk-duduk dulu melepaskan lelah
Kadang-kadang yang kami lakukan setelah itu
Meloncat ke Tabek Gadang dan berenang
Pulang kerumah dengan baju basah-basah


Bengkulu, 14 April 2009


Hanifah Damanhuri

MEMETIK SAYUR DI LeMerSing

MEMETIK SAYUR DI LeMerSing

Tanah di LemerSing yang subur
Serta udara yang sejuk
Dengan curah hujan yang banyak
Walaupun lahan tidak luas
Menjadikan sebagian petani di daerah ini
Menanam berbagai jenis sayuran

Petani yang menanam cabe
Biasanya selalu menanam daun seledri dan
Bawang daun di sela-sela anak cabe yang baru di tanam
Kadang kala di bahagian dekat pematang
Di tanam pula ketimun, jagung, dan terung ungu

Daun bawang dan daun seledri
Berkembang lebih cepat dari cabe
Ketika batang cabe mulai besar
Daun bawang dan daun seledri sudah siap di panen
Dahulu di tahun 70 an
Para petani cabe ini
Hidupnya lumayan makmur
Bahkan ada yang pergi berhaji
Dari hasil parak cabe

Selain menanam cabe
Banyak juga petani yang memilih menanam:
Buncis, arcis, kembang kol, sayur manis, dan wortel
Pernah popular di daerah ini
Kentang Cingkaring dan kacang rendah
Belakangan kentang Cingkaring tinggal nama
Kacang tanah menjadi pilihan
Bagi pemilik sawah yang tidak sempat bertani

Aku sangat senang memetik sayuran
Sering aku ikut teman atau tetangga
Memetik sayur di sawah mereka
Yang paling ku senang adalah memetik ketimun
Petikan yang pertama
Kumakan saat itu juga

Ketika memetik sayuran
Wajah-wajah petani
Kelihatan memancarkan kebahagiaan
Senyum tersungging di bibirnya
Dengan mata yang berbinar-binar
Dengan harapan
Semoga sayur mereka laku dipasar

Papaku yang baru belajar bertani
Setelah usia di atas 50 an
Malah bercerita
Alangkah bahagianya perasaan
Ketika menyaksikan
Yang kita tanam
Tumbuh dan berkembang setiap hari
Kebahagiaan tambah terasa
Ketika panen tiba


Bengkulu, 17 April 2009


Hanifah Damanhuri

Jumat, 10 April 2009

LEMERSING DI MALAM PURNAMA

LEMERSING DI MALAM PURNAMA

Keindahan Banuhampu di siang hari
Yang berpagar Merapi dan Singgalang
Kami sebut LeMerSing
Dengan hamparan sawah yang membentang
Di selingi kolam-kolam ikan di halaman rumah
Sudah tersiar kemana-mana
“ Banua Darussalam “ kata perantau

Di kaki Singgalang
Tersembunyi kampungku Sungai Tanang
Ditengah Nagari Sungai Tanang
Membentang Tabek Gadang
Di salah satu rumah di tepian Tabek Gadang
Disanalah tempatku dilahirkan dan dibesarkan
Dengan penuh cinta kasih
Oleh keluarga dan sanak saudara

Jendela rumahku berlapis dua
Jendela kaca dan jendela kayu
Di malam purnama
Cahaya bulan bebas masuk ke rumahku
Lewat jendela kaca
Tak jarang jendela kayu baru di tutup
Ketika mama atau papa hendak tidur
Keindahan tersebut lebih terasa
Ketika sawah di belakang rumah
Mulai menghijau dan akhirnya menguning
Dari balik jendela kaca
Kami juga bisa menyaksikan
Lampu-lampu yang bersinar
Dari PLTD Padang Luar
Apalagi waktu itu
Kampungku belum masuk listrik

Ketika mulai remaja
Dimalam bulan purnama
Kadang kami duduk-duduk di tepian Tabek Gadang
Bersenda gurau dengan teman sebaya
Kita bisa saksikan Bulan Purnama dan bintang-bintang
Berada dalam Tabek Gadang

Suatu hari di malam bulan purnama
Kusaksikan langit bersama seseorang
Dia beritahu aku
Bintang yang bentuknya seperti layang-layang
Seakan di atas puncak Singgalang
Namanya bintang Pari
Kami putar kepala dan dia tunjukkan padaku
Yang terdiri dari tujuh bintang,
Itu bintang Biduk
Aku terpesona pada kepintarannya dan
Senyumannya yang manis
Ku rasakan malam itu sangat indah
Dan tak terlupakan


Bengkulu, 11 April 2009


Hanifah Damanhuri

MANCONTRENG

MANCONTRENG

Sabalun pai ka TPS di halaman SMP
Batanyo wak ka uda
Sia nan ancak dipilah atau di contreng beko
Kalau partaino aden alah punyo pilihan
Tapi indak tantu di awak caleg nan kawak piliah
Ndak ado nan awak kenal

Di agiah uda babarapo alternatif
Dan bacatat di karateh namo dan nomor urutno
Sambia manunggu giliran
Uda ajak baliak mancaliak namo-namo Caleg
Nan tapampang di papan
Pilihan jadi barubah jo nan ado di catatan

Dek banyakno partai
Banyakno Caleg
Karateh suaro nan laweh
Mungkin peserta batambah pulo
Alah mugarik ari
Pangituangan suaro
Alun juo salasai lai
Sakileh tadanga
Demokrat jo PKS basaiang ketat

Takana di awak di jaman ORBA
Angek sangaik ati wak katiko partamo mamiliah
Taraso sangat bararti suaro wak
Eh rupono sia sen nan wak piliah
Presidenno samo sennoh
Calon tungga, kato anggota MPR
Kasudahanno maleh wak sato mamiliah

Sajak Presiden dipiliah langsuang oleh rakyaik
Sato lo wak mamiliah baliak
Angek ati wak
Partai nan wak piliah
Tamasuak nan barasiah
Capres nan wak piliah
Iyo bana jadi presiden
Dan tatap tampak gagah sampai kini
Antahlah
Antah sia nan ka wak piliah nanti
Tagantuang situasi nanti


Bengkulu, 9 April 2009



Hanifah Damanhuri

Sabtu, 04 April 2009

PUSING

PUSING

Tinggal beberapa hari lagi
Pesta demokrasi oleh rakyat
Yang memiliki hak pilih
Akan menentukan
Nasib bangsa Indonesia kedepan

Yang berhak memilih
Jutaan banyaknya
Tak peduli pendidikannya dimana
Tak peduli jenis kelaminnya apa
Tak peduli kehidupannya bagaimana
Tak peduli kesehatannya bagaimana
Tak peduli tinggalnya dimana
Asalkan statusnya WNI dan
Sudah berusia 17 tahun ke atas

Entah bagaimana cara orang lain
Akan menetapkan pilihan
Diantara sangat banyak pilihan
Untuk beberapa tingkat pilihan
Sementara
Aku yang merasa terpelajar
Masih kebingungan menentukan pilihan
Kadang aku terjebak pada pilihan
Ikut memilih? atau
Tidak ikut memilih?

Kalau aku tidak ikut memilih
Sudah pasti
Aku tidak akan pusing memilih
Sangupkah aku menerima
Pilihan orang lain dengan ikhlas ?
Tidak akan menyesalkah aku nanti ?
Pilih mana
Kalah sebelum memilih? atau
Ikut memilih ?
Ku buka Koran
Yang memuat gambar-gambar atau
Lambang-lambang
Yang akan bertarung nanti
Kepalaku jadi pusing
Pusing tujuh keliling

Kenapa sebanyak ini partai kita ?
Kenapa tidak tiga saja ?
Seperti dulu kala

Ya sih
Banyak partai
Terbuka kesibukan baru
Bagi banyak orang
Tapi tak sedikit pula
Yang jatuh bangkrut atau
Kehilangan segalanya
Ketika kalah

Banyak partai
Membuat kita tercerai berai
Situasi yang membuat
Kelompok minoritas yang bersatu
Akan mengalahkan kelompok mayoritas
Yang tercerai berai
Kenapa kita tidak bersatu saja?
Pilihan ada di tangan kita
Ayo samakan suara
Pilih partai yang dipercaya
Bersama kita kuat
Bersama kita bisa


Bengkulu, 5 April 2009


Hanifah Damanhuri
PISAU BUNG RA



Bukan pisau sembarang pisau
Pisau peraut yang tersurat
Hingga terbuka yang tersirat
Maupun yang tersuruk

Pisau terbuat dari kata tanya
Apa ?
Mangapa ?
Kapan ?
Dimana ?
Siapa dia?
Darimana dia?
Siapa keluarganya?
Siapa dia sesungguhnya ?
Bagaimana ?

Contoh patatah patitih
“ Iyokan nan diurang
Lalukan nan di awak “

Iyo kan ==>
Apa yang kita IYA kan,
mengapa kita IYA kan,
kapan sesuatu itu kita IYA kan, dan
dimana sesuatu itu kita IYA kan.

NAN dek URANG ==>
Siapa ORANG itu,
iapa keluarga ORANG itu,
dari mana ORANG itu,
apa sesungguhnya "NAN" pada ORANG tersebut,
dimana NAN tersebut, dan kapan NAN tersebut.

LALU kan ==>
apa yg akan di-LALU-kan,
siapa yang akan me-LALU-kan,
dimana akan di-LALU-kan,
kapan akan di-LALU-kan,
bagaimana cara me-LaLU-kan.

NAN dek AWAK ==>
Siapa AWAK,
siapa keluarga AWAK,
dimana AWAK,
apa sesungguhnya NAN pada AWAK,
dimana NAN tersebut, dan
kapan NAN tersebut

Iyo kan nan dek urang, lalu kan nan dek awak ==>
Kapan pepatah ini kita gunakan,
kepada siapa kita gunakan,
untuk apa pepatah ini kita gunakan.

Menurutku
Pisau ini bisa dipakai
Untuk memecahkan berbagai macam persoalan
Membuat pengguna pisau
Lebih percaya diri
Insya Allah



Bengkulu, 3 April 2009



Hanifah Damanhuri