Kamis, 28 Februari 2008

JANGAN BERSEDIH BUNDO

JANGAN BERSEDIH BUNDO

Bundo yang lagi gundah
Resah
Gelisah
Melihat polah
Kaula muda yang bertingkah
Mengusik usik budaya Ranah

Bundo yang masih jelita di usia senja
Lebih baik sabar saja
Selagi masih ada lelaki Ranah
Yang menyayangi bundanya
Yang menyayangi saudara wanitanya
Selama itu pula
Budaya Ranah yang kita cinta
Tetap abadi di dunia
Jangan bersedih bundo

Bundo yang mewarisi pusako
Lihatlah disekeliling kita
Dimana mana di Indonesia
Orang berebut harta pusaka
Tak sedikit darah yang tertumpah
Tak sedikit nyawa yang melayang
Entah apa sebabnya

Dengarlah aku bundo
Di sukuku
Di kampungku
Ada juga yang serakah
Menghalalkan segala cara
Supaya semua jadi miliknya
Walau kepemilikan sudah di tata
Tanah hibah disikatnya juga
Biarlah Allah yang menghukumnya
Begitu doa orang semua

Langkah pengamanan oleh kakakku
Mengsertifikat semua pusaka
Atas nama mama atau nama kakak mama
Apalagi tak satupun diantara kami
Yang menetap dikampung
Langkah ini sangat menentramkan hati
Cobalah bundo

Perhatikanlah baik-baik bundo
Renungkanlah
Siapa yang paling sibuk mengupas pusako
Tak peduli penjelasan siapapun
Tak peduli tak ilmiah sekalipun
Dengan alasan sorga dan neraka
Puiihhhh
Aku tak percaya
Kalau tak ada rencana
Paling tidak
Balas dendam untuk keluarga


Bengkulu, 28 Februari 2008


Hanifah Damanhuri

PESTA MAIRIAK DISAWAH BAKO

PESTA MAIRIAK DISAWAH BAKO

Sawah bakoku
Tak jauh dari rumahku
Dan bisa kupandang dari jendela rumah
Pemandangan yang indah
Ketika padi mulai meninggi
Berbuah dan menguning

Sawah bakoku ada beberapa tumpak
Ada yang milik nenekku saja
Ada yang milik saudara nenekku saja
Ada yang milik bersama
Nenek dan etekku merantau
Yang tinggal dikampuang saat itu
Papaku dan sepupu perempuannya
Sawah nenekku digarap papaku
Sawah bersama digarap oleh sepupu papaku

Dimusim padi
Ketika padi mulai berisi
Dan sawah harus dijaga
Dari burung- burung dan ayam
Aku sering diajak bakoku
Yang usianya tiga tahun diatasku
Ikut bersamanya manggora

Sambil manggora
Kami bermain
Kadang main layangan
Kadang main lore dihalaman rumah dekat sawah
Kadang main sembunyi-sembunyian bersama teman lain
Dan lain sebagainya mengikuti musim
Masa anak-anak
Masa yang indah
Tiada hari tanpa bermain

Ketika padi sudah sempurna menguning
Padi di sabit
Hasil sabitan
Di tumpuk membentuk balok
Tangkai yang berisi padi
Berada di tengah tengah
Sehingga buah padi tidak akan dimakan ayam
Tumpukkan ini dibiarkan dua malam

Tibalah saatnya padi diriak
Yaitu melepas buah padi dari batangnya (jerami)
Acara mairiak ini dibikin meriah oleh bakoku
Kaluarga besar bako
Keluarga besar papa
Beserta yang membantu mairiak
Berkumpul disawah

Yang laki-laki mengambil segumpalan batang padi
Dengan bertumpu pada dua tongkat
Para lelaki menginjak-injak padi tersebut
Sekilas kelihatan seperti menari
Setelah merasa padi sudah lepas dari jerami semua
Yang perempuan mengisai jerami tersebut
Setelah dirasa tidak ada lagi padi yang menyangkut
Jerami di lempar ditumpuk yang kadang membentuk gunung
Biasanya anak-anak akan bermain di tumpukkan jerami
Main guling-gulingan, loncat loncatan dan sebagainya

Tiba satnya makan bersama
Daun pisang di tata untuk makan berjamba
Lelaki sama lelaki
Perempuan sama perempuan
Anak-anak makan sendiri

Sambil makan bercengkerama juga
Semua wajah terlihat gembira
Makanan yang ada tandas semua
Nikmat, nikmat, nikmat sekali
Makan ketika panen padi
Nikmatnya melebihi pesta dimanapun

Tahun bertukar
Musim berganti
Sepupu papapun merantau semua
Hingga papalah yang menggarap sawah itu
Pesta mairiak disawah bako
Tak lagi semeriah dulu

Waktu terus bergulir
Anak-anak papapun
Satu persatu tinggalkan kampung
Adik-adik serta sepupu papa beserta keturunannya
Larek dirantau orang
Dengan sawah yang baru
Yang lebih luas dan luas
Yang menjamin masa depan
Anak-anak dan keturunan
Hingga sawah bako
Di garap orang lain

Ketika papa masih ada
Kulihat sawah bako
Sudah berpematang
Tanda dibagi bagi
Papa sudah membaginya
Mana bagian nenekku
Mana bagian saudara nenekku
Papa sendiri
Tidak membawa
Sawah bako kerumah kami

Bengkulu, 26 Februari 2008


Hanifah Damanhuri

Senin, 25 Februari 2008

SELAMAT JALAN SANG MOTIVATOR

SELAMAT JALAN SANG MOTIVATOR

Ketika sedang membimbing mahasiswa
Ponselku berdering
Kubaca SMS dari keluarga bapak Chaidir
Yang mengabarkan beliau telah berpulang
Innalillahi Wa Ina illaihi Rojiun
Selamat Jalan Bapak Chaidir yang tercinta
Semoga Allah menempatkanmu
Di tempat yang terbaik disisi Mu ya Allah

Aku balas SMS tanda turut berduka
Kurasakan konsentrasiku buyar
Ku bubarkan mahasiswa
Meminta mereka untuk datang lain kali saja

Ingatanku melayang ketika pertama
Bercengkerama dengan beliau di dunia maya
Betapa aku terkagum kagum padanya
Di usia jelang 80 tahun
Masih bisa menangkap dan merespon
Sebagian besar tulisan di milis RN ini
Ketuaan terlihat
Dari seringnya salah ketik huruf
Namun masih bisa kita pahami maksudnya

Pernah aku dipujinya
Pernah juga aku dimarahinya
Hal yang sama beliau lakuan juga
Untuk generasi muda yang lain
Semua dia lakukan
Untuk kebaikan Ranahminang yang tercinta

Begitu cintanya pada Ranah
Bisa kita rasakan
Semangat yang menyala didadanya
Melebihi semangat 45
Walau dalam keadaan sakit
Ketika jarinya masih bisa digerakkannya
Ketika matanya masih bisa membaca
Kita dibuat terpana
Masih berada di rumah sakit
Beliau sudah ngenet
Memotivasi para kaula muda
Berjuang demi Ranahminang tercinta
Bangkit dari keterpurukan
Keterpurukan di segala bidang

Ku ingat kembali
Betapa risaunya beliau
Ketika ku beritahu
Anak Dekan FE UNIB Bengkulu
Yang bersekolah di SLTA Jakarta
Dapat Medali
Pada Olimpiade robot (?)
“ Urang alah maju juo taruih
Awak pabilo ? “
Begitu katanya
Begitu juga katanya
Melihat kemajuan orang lain
Di segala bidang

Kegelisahan
Kegundahan
Serta semangatnya yang tinggi
Mestinya membikin malu generasi muda
Malu melempem

Beberapa generasi muda
Ada yang malu
Lalu berpacu
Mencoba memahami
Apa yang beliau mau
Yang membuatnya sedikit terhibur
Terhibur di ujung hayatnya
Semoga saja beliau pergi
Dengan hati yang damai
Selamat Jalan sang motivator

Bengkulu, 25 Februari 2008


Hanifah Damanhuri



Be

Kamis, 21 Februari 2008

PAHAM ADAT, PAHAM AGAMA

PAHAM ADAT, PAHAM AGAMA

Ku ingat pesan Prof Moedomo padaku dulu
Ketika dia membinaku
Aku belajar Analisi Riil padanya
Beliau Ahli Analisis Riil yang terkemuka
Di Jurusan Matematika ITB
“ Kalau ingin melihat indahnya
Pertandingan bola kaki.
Taroklah kamera di atas.
Jangan setara kaki,
Kalau tidak demikian
Yang akan terlihat adalah
Kaki yang berseliweran “

Analog dengan pernyataannya
Sesuai pula dengan pesan
Anak pisang kami
“ Kalau ingin mengupas ABS SBK
Mestilah orang itu
Paham Adat, Paham Agama “
Seperti penghulu kami dimasalalu
Biar tidak terjadi perang saudara
Yang paham adat dengan yang paham agama

Dimana yang seperti itu kini ?
Kemana kita cari ?
Mungkinkah ada di perguruan tinggi ?
Bagaimana kalau ada di Nagari ?
Bagaimana cara mencari ?
Bagaimana cara menseleksi ?
Siapa yang akan mencari ?
Siapa yang akan menseleksi ?
Apa harus lewat sayembara ?
Bagaimana kalau tiada jumpa ?



Bengkulu, 22 Februari 2008

Hanifah Damnhuri

TAKZIAH

TAKZIAH

Kamupungku Sungai Tanang
Yang berada dikaki Singgalang
Terbagi tiga jorong
Jorong Sungai Tanang Gadang
Berlokasi jelang dan sekitar tabek gadang
Jorong Sungai Tanang ketek
Berlokasi sesudah tabek gadang
Jorong Punung Gadang
Berlokasi lebih keatas Singgalang
Masing-masing jorong
Punya surau batu tempat mengaji

Ketika ada musibah kematian
Yang terjadi dikampungku
Kami anak-anak mengaji
Dari setiap jorong
Secara bergantian
Ikut menghibur
Dengan mendatangi rumah duka
Berombongan dimalam hari
Namanya pergi takziah

Waktu itu belum ada listrik
Kalau takziah ke Punung Gadang
Kami harus melawan hawa dingin pegunungan
Gelap gulita perjalanan ketika tiada rembulan
Sepinya perkampungan
Biasanya disamping membawa strongkeng
Obor juga dinyalakan
Biar tidak takut
Sepanjang jalan
Guru ngaji kadang ngajak bernyanyi
Kadang meneriakkan nama Allah
Pokoknya suasana dibikin rame

Sesampai dirumah duka
Mulanya setiap orang mengaji
Setelah itu
Guru ngaji memilih beberapa diantara kami
Yang ngajinya bagus dan suara merdu
Melantunkan beberapa Ayat Alquran
Secara bergantian
Sementara yang lain menyimak

Setelah itu
Salah seorang guru ngaji
Akan berceramah
Untuk mengingatkan dan menghibur
Tentang kematian dan ketabahan

Usai acara takziah
Tanpa makan dan minum disana
Kami pulang kerumah masing-masing
Kadang diantar guru
Untuk anak yang takut pulang sendiri
Ternasuk aku
Duh indahnya masa kecilku di ranah

Beberapa bulan yanglalu
Ketika suami mertuaku
Bapak tiri suamiku
Berpulang
Aku saksikan acara
Yasinan
Meniga Hari
Manujuh hari
Makan-makan di acara tersebut
Bakar kemenyan sebelum berdoa
Duh kepalaku jadi pusing

Untung aku pusing
Kuminta suamiku
Mengantarkan aku
Pulang ke Payakumbuh
Ke rumah kakakku
Tak kuhiraukan lagi acara
Dua kali tujuh hari
Tiga kali tujuh hari
Tak kuhiraukan juga
Pembagian harta pusaka
Keluarga bapak tiri suamiku
Yang katanya akan dibahas
Setelah tiga kali tujuh hari


Bengkulu, 21 Februari 2008


Hanifah Damanhuri

Rabu, 20 Februari 2008

SELAMAT ULTAH BAPAK SUHEIMI

SELAMAT ULTAH BAPAK SUHEIMI

Dari tulisan bapak yang kubaca
Tergambar beberapa kisah
Yang pernah bapak jalani
Dalam kehidupan ini

Walau tidak pernah bertemu
Dari kecil sepertinya
Bapak sudah terbiasa isi waktu
Dengan sesuatu yang berarti

Permainan masa kecil diranah
Yang banyak menuntut gerak badan
Seperti main patah pinggang
Dapat bapak kaitkan dengan kesehatan
Kadang bapak kaitkan dengan
Pelatihan konsentrasi
Dan lain sebagainya

Untuk menambah uang saku
Sambil bermain
Sambil kuliah
bapak berjualan
Hikmahpun dapat bapak ambil
Dari kegiatan ini
Hingga jadi ilmu bagi orang lain

Ketika sudah dewasa
Dengan gelar akademis yang sempurna
Konglomerat diantara pengusaha
Penghasilan yang tiada tara
Istri yang jelita
Anak-anak yang membuat bangga
Bapak tetap santun dalam berkata
Sederhana seperti orang tidak punya
Bergaul dengan siapa saja
Berusaha tebarkan kebaikan
Mengajak semua orang jadi yang terbaik
Sehingga bermanfaat bagi orang lain

Aku yang tak pandai menulis
Bapak dorong terus untuk berlatih dan berlatih
Bapak bilang tulisanku bagus
Aku sendiri ragu
Apa benar bagus
Pujian bapak membuatku bersemangat
Kutulis saja apa yang ku mau
Tak peduli
Apa orang suka tulisanku

15 Februari 2008
Usia bapak tepat 61 tahun
Selamat ulang tahun guruku
Semoga panjang umur
Tetap berkarya demi kebaikan
Terdepan dalam pendidikan
Terdepan dalam kesehatan
Terdepan dalam bisnis
Terdepan dalam syiar agama
Amin YRA


Bengkulu, 16 Februari 2008


Hanifah Damanhuri

Selasa, 19 Februari 2008

MALAM KITABAH

MALAM KITABAH

Waktu kecil
Aku belajar ngaji
Di surau batu
Di malam hari

Surau batu tempatku ngaji
Berlantai dua
Di depannya membentang tabek gadang
Rumahku dan gunung merapi
Sangat indah dilihat dari surau batu
Di ujung kiri tabek gadang
Berdiri mesjid yang indah
Mesjid Jamik Sungai Tanang
Mesjid ini kemudian direnovasi
Jadi Mesjid yang besar dan megah
Dan akhirnya punah di hantam gempa

Waktu itu belum ada listrik kekampung kami
Penerangan di surau batu
Menggunakan lampu strongkeng
Dari rumahku kelihatan
Surau batu bermandikan cahaya
Di malam hari

Kadang-kadang di malam minggu
Kami membawa nasi
Untuk dimakan bersama sama
Usai acara kitabah
Aku tak tau arti kitabah
Yang ku ingat
Ada bermacam macam lomba
Seperti : ngaji, azan, dan pidato
Acara yang meriah dan membuat bahagia
Baik guru maupun orang tua

Lagi-lagi karena tergilas roda zaman
Kurangnya perhatian
Entah perhatian siapa harusnya
Surau batu yang tampilannya tambah megah
Penuh cahaya listrik di malam hari
Kini berdiri sunyi
Di tepi tabek gadang
Jauh dari suara anak-anak yang mengaji
Jauh dari merdunya suara anak-anak yang azan
Tiada lagi gegap gempita
Tepuk tangan tanda kemenangan
Begitu cerita yang kutahu

Aku berharap berita itu keliru
Aku berharap masih ada yang mau
Bebaskan suaru batu
Dari sepi dan sunyinya
Hingga kembali terdengar
Alunan suara anak yang mengaji
Merdunya azan anak lelaki
Munculnya cikal bakal calon orator
Amin Ya Rabbal Alamin


Bengkulu, 19 Februari 2008


Hanifah Damnhuri

MALAM KITABAH

MALAM KITABAH

Waktu kecil
Aku belajar ngaji
Di surau batu
Di malam hari

Surau batu tempatku ngaji
Berlantai dua
Di depannya membentang tabek gadang
Rumahku dan gunung merapi
Sangat indah dilihat dari surau batu
Di ujung kiri tabek gadang
Berdiri mesjid yang indah
Mesjid Jamik Sungai Tanang
Mesjid ini kemudian direnovasi
Jadi Mesjid yang besar dan megah
Dan akhirnya punah di hantam gempa

Waktu itu belum ada listrik kekampung kami
Penerangan di surau batu
Menggunakan lampu strongkeng
Dari rumahku kelihatan
Surau batu bermandikan cahaya
Di malam hari

Kadang-kadang di malam minggu
Kami membawa nasi
Untuk dimakan bersama sama
Usai acara kitabah
Aku tak tau arti kitabah
Yang ku ingat
Ada bermacam macam lomba
Seperti : ngaji, azan, dan pidato
Acara yang meriah dan membuat bahagia
Baik guru maupun orang tua

Lagi-lagi karena tergilas roda zaman
Kurangnya perhatian
Entah prhatian siapa harusnya
Surau batu yang tampilannya tambah megah
Penuh cahaya listrik di malam hari
Kini berdiri sunyi
Di tepi tabek gadang
Jauh dari suara anak-anak yang mengaji
Jauh dari merdunya suara anak-anak yang azan
Tiada lagi gegap gempita
Tepuk tangan tanda kemenangan
Begitu cerita yang kutahu

Aku berharap berita itu keliru
Aku berharap masih ada yang mau
Bebaskan suaru batu
Dari sepi dan sunyinya
Hingga kembali terdengar
Alunan suara anak yang mengaji
Merdunya azan anak lelaki
Munculnya cikal bakal calon orator
Amin Ya Rabbal Alamin


Bengkulu, 19 Februari 2008


Hanifah Damnhuri

Senin, 18 Februari 2008

BAPINGIK

BAPINGIK

Salah satu cara
Untuk menjaga anak perempuan
Yang jelang remaja
Agar terhindar dari godaan dunia
Adalah dengan cara bapingik

Dengan bapingik
Anak perempuan
Tidak bisa bebas keluar rumah
Kalau keluar rumah
Mesti ada yang mengawal
Pakaianpun menutup aurat
Kalau berjalan dijalanan
Harus dengan kepala menunduk
Agar pandangan terjaga
Dari indahnya pesona dunia

Anak perempuan tersebut
Tidak perlu khawatir
Tentang jodoh
Karena keluarga
Yang mencarikan jodoh mereka

Selama bapingik
Anak perempuan
Belajar menjahit
Belajar memasak
Dan lain sebagainya
Kepada anak perempuan ditanamkan
" Wanita tiang negara
Rusak wanita
Rusak negara "

Begitu indahnya
Adat minangkabau
Memelihara wanita
Pewaris pusako bundo

Setelah menikah
Wanita minang
Tetap saja terikat aturan
Aturan yang tidak tertulis
Untuk tidak berdekatan
Dengan lelaki yang bukan muhrim
Apalagi ketika tidak bersama suami

Bapingik
Tergilas oleh zaman
Tergilas oleh tuntutan kehidupan
Akupun sudah tidak dipingik
Untuk itu papa mengingatkan
" Anak perempuan seperti porselen
Walau didatangkan dari Cina
Kalau sudah retak
Tidak bisa dibawa ketengah "
Mamaku menambahkan
" Jadilah kembang yang tumbuh ditaman
Yang tidak mudah dipetik oleh siapa saja
Jangan jadi kembang yang tumbuh di tepi jalan
Yang bisa dipetik oleh siapa saja "
Nasehat yang indah dan bijak

Nasehat yang sama
Kuturunkan ke anak-anak
Huuuuhhhh
Dunia yang sudah tua
Kebebasan dimana mana
Pelanggaran di mana mana
Tanpa pandang usia
Tanpa pandang status

Rasa khawatir
Tak bisa jaga amanah
Menderaku
Ya Allah
Selamatkanlah kami
Dunia dan Akhirat


Bengkulu, 18 Februari 2008


Hanifah Damnhuri

MENANTI MARAPULAI

MENANTI MARAPULAI

Ketika ku kecil
Masih kudapati
Jodoh wanita
Dicarikan keluarga

Sebelum jadian
Mereka saling dipertemukan
Di tempat yang ditentukan
Kalau cocok
Diteruskan dengan pinangan

Tiba saatnya menikah
Siang hari akad nikah digelar dimesjid
Yang hadir
Marapulai dan saksi
Serta ayah atau wali anak daro
Tanpa kehadiran anak daro

Aku dan teman-teman
Sering menyaksikan
Prosesi akad nikah ini di mesjid
Kami hafal ucapan Ijab Kabul
Yang kadang dijadikan senjata
Bagi anak laki-laki
Untuk mematahkan
Kesombongan perempuan
Bahwa bayaran kami (mahar) hanya sekian


Sore hari
Di rumah anak daro
Digelar pesta
Menanti alek
Tamunya adalah perempuan
Yang punya tali kekerabatan
Dengan keluarga besar anak daro
Sang tamu dibolehkan
Melihat kamar pengantin

Malam hari
Digelar pesta mananti marapulai
Pesta ini pesta lelaki
Para mamak-mamak, sumando dan datuk
Jadi tuan rumah
Keluarga marapulai dan rombongan jadi tamu
Di pesta ini
Digelar pasambahan
Seperti berbalas pantun
Antara tuan rumah dan tamu
Yang intinya adalah
Serah terima marapulai
Lengkap dengan gelar kehormatan marapulai

Setelah serah terima selesai
Tinggal marapulai yang ditemani anak kecil
Di rumah anak daro
Pada saat itu
Anak daro masih bersama keluarga
Sebelum anak daro masuk kamar
Ada acara yang digelar untuk anak daro
Acara ini acara perempuan
Marapulai tadi diminta
Keluar dulu dari rumah
Biasanya disuruh ke pincuran Mesjid

Anak daro didandani memakai kebaya
Sebelum masuk kekamar pengantin
Para wanita duduk di rumah itu
Mengambil posisi duduk bersimpuh
Anak daro sungkem memohon doa restu
Kepada semua wanita yang hadir
Umumnya anak daro menangis
Ada yang histeris
Kalau anak daro piatu
Selesai sungkem
Anak daro di minta masuk kekamar
Ada yang santai saja masuk tanpa beban
Ada yang dipaksa dulu
Di dorong dorong oleh ibu-ibu
Asyik sekali menyaksikan
Wajah anak daro
Yang di dorong masuk kekamar
Yang mendorong
Senyum senyum simpul
Mungkin teringat masa pengantinnya
Kadang para ibu sambil tertawa
Saling tukar cerita
Malam pertama mereka
Yang kami tidak mengerti
Maksudnya apa waktu itu

Setelah anak daro berada dikamarnya
Marapulai diberitahu untuk masuk kekamar
Ada yang malu-malu
Dan didorong juga dulu
Ada yang santai saja
Begitulah ceritanya di jaman dahulu

Sekarang ???
Hanya sang pengantin yang tau
Apa malam itu malam pertama
Banyak juga yang menikah
Ketika perut sudah buncit
Begitu juga yang terjadi
Di sekelilingku saat ini
Tak pilih anak siapa
Kadang anak imam di mesjid
Tak berapa lama seusai pesta
Sang kakek sudah menimang cucu
Hal tersebut sudah dianggap biasa

Ya Allah
Beratnya beban kami saat ini dan kedepan
Membesarkan anak-anak
Baik laki-laki maupun perempuan
Ya Allah
Lindungilah keluarga kami
Keturunan kami
Dari rayuan setan yang terkutuk
Tiada daya tiada upaya
Kecuali izinMu ya Allah


Bengkulu, 17 Februari 2008

Hanifah Damanhuri

DUNSANAK SESUKU

DUNSANAK SESUKU

Ranahminang
Penganut Matrilineal
Pengelompokkan yang disebut suku
Berdasarkan garis keturunan ibu

Aturan yang berlaku
Tidak boleh kawin sesuku
Walau aturan tersebut
Dibolehkan dalam agama Islam
Agama yang dianut warga Ranahminang

Aku heran
Kenapa ada
Yang meributkan
Aturan yang disepakati
Para leluhur
Padahal tidak melanggar
Ketentuan Allah SWT

Secara logika
Kalau yang terjadi
Kawin antar dunsanak
Bapak yang bersaudara
Baru celaka
Laknat Allah pasti menimpa
Karena melanggar aturanNya

Dari silaturahim yang terjalin
Antar dunsanak sesuku
Dan menjaga kesepakatan
Para leluhur
Yang tidak merugikan siapaun
Hampir tak ada
Yang menolak
Kesepakatan
Untuk tidak kawin sesuku
Kecuali yang jatuh cinta
Pada dunsanak sendiri
Yang jumlahnya juga tidak seberapa

Kalaupun terjadi kawin sesuku
Walau tidak terbuang
Hampir dipastikan
Mereka tidak sanggup
Berada ditengah suku
Aku yakin itu

Kenapa ribut ???

Bengkulu, 15 Februari 2008


Hanifah Damanhuri

PUSAKO BUNDO

PUSAKO BUNDO

Minangkabau
Tanah nan den cinto
Pusako bundo
Nan dahulunyo

Ku ingat ketika di SD
Bersama teman-teman
Menyanyikan lagu tersebut
Di acara perpisahan
Dengan irama yang menghiba
Tidak paham maksudnya apa

Setelah dewasa
Kutinggalkan ranah
Merantau ke negri orang
Ku ulang kembali
Mendendangkan nyanyian tersebut
Terasa mulai bermakna
Tak terasa
Air mata bergulir di pipi
Aku rindu ranah bundo
Ranah yang melindungi wanita

Dirantau orang
Banyak wanita
Melakukan apa saja
Untuk melindungi dirinya
Untuk memuaskan dirinya
Mungkin dari kelaparan
Mungkin dari kemiskinan
Mungkin dari kesepian
Kadang kubaca cerita
Alasan mereka
" Mau pulang kemana ? "

Ketika pulang kampung
Kadang kita terpana
Wanita yang dulu pernah jaya dah kaya
Malang melintang di negri orang
Ketika usaha runtuh
Pulang kerumah orangtua
Menata ulang kehidupan yang tersisa
Melupakan duka nestapa
Menggapai bahagia
Di tanah pusako bundo

Pusako bundo
Pusako untuk wanita
Dipelihara oleh datuk
Tidak boleh di jual
Tidak boleh di gadai
Kecuali untuk beberapa perkara

Kalau saja para datuk
Memegang amanah seperti yang tertera
Maka berbahagialah
Wanita Minang
Pewaris pusako bundo


Bengkulu, 15 Februari 2008


Hanifah Damnhuri