GULAI UDANG
Dulu ketika masih ABG dikampung
Kami sering menyenter udang yang menempel
Di tepian tabek gadang
Lalu menangkapnya dan mempermainkannya
Ketika kolam tetanggaku yang banyak udangnya
Di lepas airnya dan dipanen ikannya
Aku sering ikut menangkap udang disana
Udangpun banyak ditemui di aliran air
Yang keluar dari kolam itu
Sehingga sewaktu waktu aku menangkapnya
Menggorengnya dan memakannya panas-panas
Hmm harum baunya , dan manis rasanya
Di rantauku Bengkulu
Banyak udang di jual di pasar
Dengan berbagai jenis dan
Harga yang berbeda
Mulanya aku tak tau
Rasa udang tidak sama dan harganya berbeda
Pokoknya udang ya begitulah rasanya
Ku beli yang harganya murah saja
Pernah suatu hari ketika kami di Jakarta
Maksud hati ingin irit
Kami pilih menu udang
Ketika perut sudah kenyang dan
Hendak membayar di kasir
Kami jadi tercengang
Harga udang lebih dari yang lainnya
Lama-lama membeli dan mengkonsumsi udang
Akhirnya aku jadi tau mana yang enak sekali rasanya
Aku tak tau namanya
Tapi sudah hapal bentuk dan warnanya
Paling enak rasanya kalau ketika membeli
Udangnya masih hidup dan
Di goreng atau di gulai hari itu juga
Beberapa hari yang lalu
Banyak wajah yang kelihatan sendu
Tanggal satu Agustus menjadi tanggal tua sekali
Karena tidak mungkin gajian
Kemaren wajah sendu berubah ceria
Seperti rumput dapat air di musim panas
Tadinya mulai layu, kemudian jadi segar
Di tanggal tua dapat rejeki tak terduga
Bendahara membagikan uang ….
Yang memang menjadi hak kami
Alhamdulillah
Akhir pekan mejadi ceria
Pagi ini tukang ikan yang baru jadi langgananku
Datang dan memanggil-manggilku
Ikan terusan yang pernah ku beli padanya
Rasanya luar biasa
Cepat=cepat ku bilang padanya
Aku mau beli ikan Terusan
Lalu mulailah dia memotong dan
Memperlihatkan padaku sesuatu yang warnanya putih
Yang di keluarkannya dari perut ikan
“ Ini di ekspor keluar untuk dijadikan
Benang yang dipakai untuk operasi
Cobalah lihat, kuat sekali dan tak mudah di gunting”
Sementara dia memotong-motong ikan
Aku lihat jualannya yang lain
Eh ada udang yang lumayan besar
Aku coba timbang dan hitung
Ada 28 ekor jumlahnya sekilo
Ku Tanya berapa harganya sekilo
“ Rp 70 ribu, ini biasanya orang Cina yang beli “
Aku jadi bimbang
Akhirnya ku beli juga
Sesekali memanjakan selera kataku padanya
Kubersihkan udang tersebut
Ku kasih garam dan jeruk
Ku siapkan bumbu langkok dan daun
Bawang putih, bawang merah
Cabe giling sedikit saja
Santan kelapa dari kelapa yang sedang tuanya
Lalu ku gulai dan kucoba garamnya
Hmmm enak sekali
Ketika sudah masak
Terbayang ke dua orang anak
Mereka makan apa ya hari ini ??
Bengkulu, 1 Agustus 2009
Hanifah Damanhuri
Jumat, 31 Juli 2009
Kamis, 30 Juli 2009
TAK BISA KE SMA I BKT
TAK BISA KE SMA I BKT
Keharuman nama SMA I BKT
Sudah sampai keseberang lautan
Sehingga sekolah SMA I BKT menjadi sekolah impian
Bagi setiap pelajar yang mendambakan sekolah bermutu
Banyak orang Banuhampu yang bersekolah di SMA I BKT ini
Setelah tamat umumnya mereka melanjutkan ke PTN ternama
Baik di Sumatera maupun Jawa
Sehingga dibangunlah asrama Banuhampu
Di dekat ITB, dekat UI dan dekat UGM
Akupun bermimpi ingin sekolah di SMA I BKT
Namun impian tinggal impian
Walau nilaiku tergolong tinggi untuk sekolahku
Pada saat giliranku masuk ke SLTA
Aturan main untuk masuk ke SMA di rubah
Pendaftaran di lakukan oleh sekolah
Tempatnya terpusat di salah satu SMA
Kami tinggal pasrah dan harus mau
Ditempatkan disalah satu SMAN BKT
Yang ada waktu itu
Masuklah aku ke SMA 2 BKT sesuai penempatan
Dampak diberlakukan sistem pendaftaran terpusat
SMAN I mulai dapat saingan
SMAN 2 dan SMAN 3 mulai terangkat namanya
Karena para bintang di SLTP
Tersebar merata di ketiga sekolah ini
Namun keharuman SMA I BKT sulit tertandingi
Guru-guru di sana tentu lebih hebat
Karena sudah biasa menghadapi murid hebat-hebat
Terbayang kembali beberapa peristiwa
Antara guru dan siswa
Kadang persoalannya hanya sederhana
Karena guru kehilangan wibawa
Suatu hari aku dan kelompok belajarku
Mengeluarkan uneg-uneg hendak jadi apa nanti
Semuanya berkata “ tak akan mau jadi guru “
Apa yang terjadi kini
Semua jadi guru di perguruan tinggi
Alhamdulillah
Tuhan tidak mengabulkan uneg-uneg kami dulu
Bengkulu, 29 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
Keharuman nama SMA I BKT
Sudah sampai keseberang lautan
Sehingga sekolah SMA I BKT menjadi sekolah impian
Bagi setiap pelajar yang mendambakan sekolah bermutu
Banyak orang Banuhampu yang bersekolah di SMA I BKT ini
Setelah tamat umumnya mereka melanjutkan ke PTN ternama
Baik di Sumatera maupun Jawa
Sehingga dibangunlah asrama Banuhampu
Di dekat ITB, dekat UI dan dekat UGM
Akupun bermimpi ingin sekolah di SMA I BKT
Namun impian tinggal impian
Walau nilaiku tergolong tinggi untuk sekolahku
Pada saat giliranku masuk ke SLTA
Aturan main untuk masuk ke SMA di rubah
Pendaftaran di lakukan oleh sekolah
Tempatnya terpusat di salah satu SMA
Kami tinggal pasrah dan harus mau
Ditempatkan disalah satu SMAN BKT
Yang ada waktu itu
Masuklah aku ke SMA 2 BKT sesuai penempatan
Dampak diberlakukan sistem pendaftaran terpusat
SMAN I mulai dapat saingan
SMAN 2 dan SMAN 3 mulai terangkat namanya
Karena para bintang di SLTP
Tersebar merata di ketiga sekolah ini
Namun keharuman SMA I BKT sulit tertandingi
Guru-guru di sana tentu lebih hebat
Karena sudah biasa menghadapi murid hebat-hebat
Terbayang kembali beberapa peristiwa
Antara guru dan siswa
Kadang persoalannya hanya sederhana
Karena guru kehilangan wibawa
Suatu hari aku dan kelompok belajarku
Mengeluarkan uneg-uneg hendak jadi apa nanti
Semuanya berkata “ tak akan mau jadi guru “
Apa yang terjadi kini
Semua jadi guru di perguruan tinggi
Alhamdulillah
Tuhan tidak mengabulkan uneg-uneg kami dulu
Bengkulu, 29 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
SENAM IRAMA
SENAM IRAMA
Minggu lalu aku dapat seragam olah raga FT
Warna merah jingga di padu dengan hitam
Membuat wajahku jadi kelihatan segar
Akibat pantulan warnanya
Sudah lama sekali aku tak senam di kampus
Disamping tak wajib lagi seperti di tahun 80 an
Tak banyak teman yang bersenam
Kecuali karyawan direktorat setiap pagi Jumat
Dulu di tahun 80 an
Walau rumahku jauh dari kampus
Ku usahakan datang di acara SKJ
Bersenam dan berolah raga bersama
Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)
Gerakannya sangat teratur
Di awali dengan pemanasan
Dengan menggerakkan kepala
Sementara kaki jalan di tempat
Lalu semakin lama gerakan semakin cepat
Mengikuti irama musik
Tak ingat lagi aku gerakannya
Lalu di akhiri dengan gerakan lambat kembali
Sambil menghirup udara
Asyik dan menyenangkan sekali
Di antara senam yang pernah ku ikuti
Aku terkenang dengan Senam Irama
Yang ku jalani setiap pagi ketika di SD
Gerakannya seperti menari
Nyanyikanlah lagu berikut dengan irama
Naik-naik ke puncak gunung
“ Mari kawan-kawan semua
Jangan duduk bermuram durja
Mari kita bersama sama
Melakukan senam irama
Dalam tubuh kuat sehat
Terdapatlah otak yang waras
Agar tubuh kuat sehat
Latih diri dengan semangat “
Begitu musik mulai berkumandang
Tangan di rentang seperti merentang
Bendera simapur di acara pramuka
Kaki kanan di tekuk hingga tumit bertumpu pada jari
Tangan kanan bergerak ke kiri
Gantian tangan kiri bergerak ke kanan
Dengan posisi kaki yang ditekuk juga diganti
Di sambung dengan gerakan lain
Semuanya seperti gerakan menari
Suatu waktu sibuklah guru melatih dan menyiapkan
Beberapa orang dari kami
Untuk mengikuti senam massal
Di lapangan Atas Ngarai Bukittinggi
Ketika tiba hari H
Kami berpakaian putih-putih
Rambut dikuncir dikasih pita merah
Dibekali cincin yang dipakai saat bersenam nanti
Kami diangkut memakai oto Prah
Ketika sampai dilapangan
Sudah berkumpul anak-anak SD lain
Wuih ramai sekali
Bangga rasanya berada di antara banyak orang
Begitu sudah berada di tengah lapangan
Sesaat menjelang senam dimulai
Dipakailah cincin ajaib yang di bawa tadi
Kami genggam erat cincin ajaib tersebut
Begitu alunan musik terdengar
Tangan mulai bergerak
Dari telapak tangan kami
Ikut bergerak pita warna warni yang menjuntai
Yang tadinya di gulung dan dipasang ke jari
Membuat senam massal jadi semarak
Puas, bangga dan menyenangkan sekali
Bengkulu, 28 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
Minggu lalu aku dapat seragam olah raga FT
Warna merah jingga di padu dengan hitam
Membuat wajahku jadi kelihatan segar
Akibat pantulan warnanya
Sudah lama sekali aku tak senam di kampus
Disamping tak wajib lagi seperti di tahun 80 an
Tak banyak teman yang bersenam
Kecuali karyawan direktorat setiap pagi Jumat
Dulu di tahun 80 an
Walau rumahku jauh dari kampus
Ku usahakan datang di acara SKJ
Bersenam dan berolah raga bersama
Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)
Gerakannya sangat teratur
Di awali dengan pemanasan
Dengan menggerakkan kepala
Sementara kaki jalan di tempat
Lalu semakin lama gerakan semakin cepat
Mengikuti irama musik
Tak ingat lagi aku gerakannya
Lalu di akhiri dengan gerakan lambat kembali
Sambil menghirup udara
Asyik dan menyenangkan sekali
Di antara senam yang pernah ku ikuti
Aku terkenang dengan Senam Irama
Yang ku jalani setiap pagi ketika di SD
Gerakannya seperti menari
Nyanyikanlah lagu berikut dengan irama
Naik-naik ke puncak gunung
“ Mari kawan-kawan semua
Jangan duduk bermuram durja
Mari kita bersama sama
Melakukan senam irama
Dalam tubuh kuat sehat
Terdapatlah otak yang waras
Agar tubuh kuat sehat
Latih diri dengan semangat “
Begitu musik mulai berkumandang
Tangan di rentang seperti merentang
Bendera simapur di acara pramuka
Kaki kanan di tekuk hingga tumit bertumpu pada jari
Tangan kanan bergerak ke kiri
Gantian tangan kiri bergerak ke kanan
Dengan posisi kaki yang ditekuk juga diganti
Di sambung dengan gerakan lain
Semuanya seperti gerakan menari
Suatu waktu sibuklah guru melatih dan menyiapkan
Beberapa orang dari kami
Untuk mengikuti senam massal
Di lapangan Atas Ngarai Bukittinggi
Ketika tiba hari H
Kami berpakaian putih-putih
Rambut dikuncir dikasih pita merah
Dibekali cincin yang dipakai saat bersenam nanti
Kami diangkut memakai oto Prah
Ketika sampai dilapangan
Sudah berkumpul anak-anak SD lain
Wuih ramai sekali
Bangga rasanya berada di antara banyak orang
Begitu sudah berada di tengah lapangan
Sesaat menjelang senam dimulai
Dipakailah cincin ajaib yang di bawa tadi
Kami genggam erat cincin ajaib tersebut
Begitu alunan musik terdengar
Tangan mulai bergerak
Dari telapak tangan kami
Ikut bergerak pita warna warni yang menjuntai
Yang tadinya di gulung dan dipasang ke jari
Membuat senam massal jadi semarak
Puas, bangga dan menyenangkan sekali
Bengkulu, 28 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
BINGUNG
BINGUNG
Sebagai rakyat badarai
Aku bingung, bangga dan kecewa
Tiba-tiba CALEG yang dinyatakan kalah
Dinyatakan akan melaju ke Senayan
Aku bangga karena temanku akhirnya akan ke senayan
Tiba-tiba CALEG yang pernah dinyatakan menang
Beberapa diantaranya tak jadi ke Senayan
Aku kecewa karena saudaraku batal ke Senayan
Tak terbayangkan
Betapa sakit dan kecewanya
CALEG yang akhirnya batal ke Senayan
Entah sudah berapa pula dana habis untuk selamatan
Bisa dibayangkan
Betapa bahagia akhirnya
CALEG yang dinyatakan kalah
Akhirnya melenggang ke Senayan
Aku bingung
Untuk apa kita memilih Partai
Kalau toh akhirnya
CALEG ditentukan oleh suara terbanyak
Terbanyak secara umum ?
Bukan terbanyak dari sisi Partai ?
Atau aku yang tidak mengerti
Bagaimana cara menghitung suara terbaru
Bantulah aku hai saudaraku yang mengerti
Bengkulu, 27 juli 2009
Hanifah Damanhuri
Sebagai rakyat badarai
Aku bingung, bangga dan kecewa
Tiba-tiba CALEG yang dinyatakan kalah
Dinyatakan akan melaju ke Senayan
Aku bangga karena temanku akhirnya akan ke senayan
Tiba-tiba CALEG yang pernah dinyatakan menang
Beberapa diantaranya tak jadi ke Senayan
Aku kecewa karena saudaraku batal ke Senayan
Tak terbayangkan
Betapa sakit dan kecewanya
CALEG yang akhirnya batal ke Senayan
Entah sudah berapa pula dana habis untuk selamatan
Bisa dibayangkan
Betapa bahagia akhirnya
CALEG yang dinyatakan kalah
Akhirnya melenggang ke Senayan
Aku bingung
Untuk apa kita memilih Partai
Kalau toh akhirnya
CALEG ditentukan oleh suara terbanyak
Terbanyak secara umum ?
Bukan terbanyak dari sisi Partai ?
Atau aku yang tidak mengerti
Bagaimana cara menghitung suara terbaru
Bantulah aku hai saudaraku yang mengerti
Bengkulu, 27 juli 2009
Hanifah Damanhuri
GORENG PISANG RAJA DAN KETAN
GORENG PISANG RAJA DAN KETAN
Dinginnya hawa pegunungan di pagi hari
Membuat sebagian warga dikampungku
Sehabis sholat subuh atau cuci muka
Mampir dulu ke warung kopi
Disamping menghirup kopi panas
Untuk menghangatkan badan
Mereka umumnya memakan goreng pisang raja dan
Ketan beras merah yang ditaburi kelapa parut
Sesekali papaku juga mampir ke warung kopi
Memesan goreng pisang raja dan
Ketan yang dibungkus daun
Untuk di bawa pulang
Beberapa kali aku membawa teman dari Padang
Setiap yang ikut pasti kedinginan dan
Memilih bakalumun lagi setelah sholat subuh
Aku juga kedinginan dan ikut bakalumun
Kasih orang tua memang tiada tara
Dibiarkannya kami bakalumun
Sementara papa pergi kewarung kopi
Membeli ketan dan goreng pisang raja
Mamaku menyiapkan teh hangat untuk kami dan
Kopi panas untuk papaku
Begitu goreng dan ketan terhidang
Langsung kami sikat hmmmm nikmattt
Teringat goreng pisang raja
Teringat kampung yang jauh dimata
Teringat papaku yang telah tiada
Semoga beliau tenang di alam sana
Bengkulu, 25 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
Dinginnya hawa pegunungan di pagi hari
Membuat sebagian warga dikampungku
Sehabis sholat subuh atau cuci muka
Mampir dulu ke warung kopi
Disamping menghirup kopi panas
Untuk menghangatkan badan
Mereka umumnya memakan goreng pisang raja dan
Ketan beras merah yang ditaburi kelapa parut
Sesekali papaku juga mampir ke warung kopi
Memesan goreng pisang raja dan
Ketan yang dibungkus daun
Untuk di bawa pulang
Beberapa kali aku membawa teman dari Padang
Setiap yang ikut pasti kedinginan dan
Memilih bakalumun lagi setelah sholat subuh
Aku juga kedinginan dan ikut bakalumun
Kasih orang tua memang tiada tara
Dibiarkannya kami bakalumun
Sementara papa pergi kewarung kopi
Membeli ketan dan goreng pisang raja
Mamaku menyiapkan teh hangat untuk kami dan
Kopi panas untuk papaku
Begitu goreng dan ketan terhidang
Langsung kami sikat hmmmm nikmattt
Teringat goreng pisang raja
Teringat kampung yang jauh dimata
Teringat papaku yang telah tiada
Semoga beliau tenang di alam sana
Bengkulu, 25 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
PULANG POKOK
PULANG POKOK
Tak terasa begitu cepat waktu berlalu
Terasa baru kemaren kami menempuh hidup baru
Kemudian lahirlah berturut turut dari rahimku
Seorang putra dan seorang putriku yang lucu-lucu
Ketika mereka dalam perutku
Mereka sudah suka menggodaku
Tiap sebentar menendang dan menggelitikku
Aku menjadi geli dan meng usap-usap perutku
Ketika mereka sudah lahir dan menyusu
Aku tak peduli pada tubuhku
Yang kupikirkan saat itu
Anakku tumbuh sehat, pintar dan lucu
Kudaftarkan putraku masuk TK pagi itu
Sore harinya di RSU lahirlah putriku
Masih kuingat hari pertama sekolah anakku itu
Dia tak langsung pulang karena tak ditunggu
Walau hanya berdua anak-anakku
Dirumah terasa ramai selalu
Entah karena cemburu
Tiap sebentar mereka berseteru
Tak terasa waktu berlalu
Setamat SMA putraku pergi meninggalkanku
Rumah yang tadinya ramai selalu
Mulai terasa sepi karena hanya ada putriku
Tamat pula dari SMA putriku itu
Dia juga memilih tinggalkan aku
Dengan berat hati ku ikuti yang dia mau
Allahpun melapangkan jalan untuk putriku
Kukira aku masih akan bersama untuk beberapa minggu
Panggilan kota Jakarta tempat di rawat kakakku
Telah membuatku mengirim putriku
Untuk menggantikanku menemani kakakku
Kini tinggallah aku dan suamiku
Kembali berdua seperti pengantin baru
Pulang pokok kata orang padaku
Hari ini 23 tahun usia pernikahanku
Bengkulu, 20 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
Tak terasa begitu cepat waktu berlalu
Terasa baru kemaren kami menempuh hidup baru
Kemudian lahirlah berturut turut dari rahimku
Seorang putra dan seorang putriku yang lucu-lucu
Ketika mereka dalam perutku
Mereka sudah suka menggodaku
Tiap sebentar menendang dan menggelitikku
Aku menjadi geli dan meng usap-usap perutku
Ketika mereka sudah lahir dan menyusu
Aku tak peduli pada tubuhku
Yang kupikirkan saat itu
Anakku tumbuh sehat, pintar dan lucu
Kudaftarkan putraku masuk TK pagi itu
Sore harinya di RSU lahirlah putriku
Masih kuingat hari pertama sekolah anakku itu
Dia tak langsung pulang karena tak ditunggu
Walau hanya berdua anak-anakku
Dirumah terasa ramai selalu
Entah karena cemburu
Tiap sebentar mereka berseteru
Tak terasa waktu berlalu
Setamat SMA putraku pergi meninggalkanku
Rumah yang tadinya ramai selalu
Mulai terasa sepi karena hanya ada putriku
Tamat pula dari SMA putriku itu
Dia juga memilih tinggalkan aku
Dengan berat hati ku ikuti yang dia mau
Allahpun melapangkan jalan untuk putriku
Kukira aku masih akan bersama untuk beberapa minggu
Panggilan kota Jakarta tempat di rawat kakakku
Telah membuatku mengirim putriku
Untuk menggantikanku menemani kakakku
Kini tinggallah aku dan suamiku
Kembali berdua seperti pengantin baru
Pulang pokok kata orang padaku
Hari ini 23 tahun usia pernikahanku
Bengkulu, 20 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
MENYUSUI
MENYUSUI
> Membaca tentang pentingnya menyusui
> Aku jadi teringat ketika anak-anak masih bayi
> Alhamdulillah keduanya kususui
> Mungkin waktu itu karena faktor ekonomi
>
> Kulahirkan di Padang anak pertamaku
> Kubawa anakku memasuki rumah baru
> Perumnas yang potongannya terasa besar bagiku
> Dua pertiga dari gajiku
>
> Gabungan sisa uangku dan uang suamiku
> Membuatku harus pandai-pandai mengatur menu
> Ku hitung-hitung andai kebelikan susu
> Yang teririt dan praktis adalah menyusu padaku
>
> Aku beruntung sabagi ibu
> Yang bisa atur jadwal kuliah sesuai seleraku
> Kegiatan lain aku tak mau tau
> Sampai anakku berhenti menyusu
>
> Dua tahun lamanya anak pertamaku menyusu
> Sudah malu pula orang melihatku
> Ketika kususukan saja dimana dia mau
> Entah kemana perginya malu
>
> Tak mudah menyuruhnya berhenti
> Pahir sedikit dia tidak peduli
> Akhirnya kuusap putingku dengan akar ali-ali
> Baru dia berhenti karena pahit sekali
>
> Anakku yang kedua
> Tak serakus yang pertama
> Kususukan enam belas bulan lamanya
> Berhenti sendiri karena ku tinggal lama
>
> Waktu itu aku tinggalkan dia bersama bapaknya
> Aku ikut penataran di USU FMIPA Matematika
> Sebenarnya aku tersiksa disana
> Susuku bengkak dan sakit karena penuh isinya
>
> Kubeli penyedot air susu
> Ku sedot air susuku
> Beberapa hari berlalu
> Berkurang sendiri air susuku
>
> Begitu aku kembali ke Bengkulu
> Ku susukan lagi anakku
> Entah kenapa aku tak tau
> Tak mau lagi dia menyusu padaku
>
>
> Bengkulu, 17 Juli 2009
>
>
> Hanifah Damanhuri
> Membaca tentang pentingnya menyusui
> Aku jadi teringat ketika anak-anak masih bayi
> Alhamdulillah keduanya kususui
> Mungkin waktu itu karena faktor ekonomi
>
> Kulahirkan di Padang anak pertamaku
> Kubawa anakku memasuki rumah baru
> Perumnas yang potongannya terasa besar bagiku
> Dua pertiga dari gajiku
>
> Gabungan sisa uangku dan uang suamiku
> Membuatku harus pandai-pandai mengatur menu
> Ku hitung-hitung andai kebelikan susu
> Yang teririt dan praktis adalah menyusu padaku
>
> Aku beruntung sabagi ibu
> Yang bisa atur jadwal kuliah sesuai seleraku
> Kegiatan lain aku tak mau tau
> Sampai anakku berhenti menyusu
>
> Dua tahun lamanya anak pertamaku menyusu
> Sudah malu pula orang melihatku
> Ketika kususukan saja dimana dia mau
> Entah kemana perginya malu
>
> Tak mudah menyuruhnya berhenti
> Pahir sedikit dia tidak peduli
> Akhirnya kuusap putingku dengan akar ali-ali
> Baru dia berhenti karena pahit sekali
>
> Anakku yang kedua
> Tak serakus yang pertama
> Kususukan enam belas bulan lamanya
> Berhenti sendiri karena ku tinggal lama
>
> Waktu itu aku tinggalkan dia bersama bapaknya
> Aku ikut penataran di USU FMIPA Matematika
> Sebenarnya aku tersiksa disana
> Susuku bengkak dan sakit karena penuh isinya
>
> Kubeli penyedot air susu
> Ku sedot air susuku
> Beberapa hari berlalu
> Berkurang sendiri air susuku
>
> Begitu aku kembali ke Bengkulu
> Ku susukan lagi anakku
> Entah kenapa aku tak tau
> Tak mau lagi dia menyusu padaku
>
>
> Bengkulu, 17 Juli 2009
>
>
> Hanifah Damanhuri
JUBAH BESAR
JUBAH BESAR
Ketika memulai karir sebagai staff pengajar
Aku terlanjur men-set diriku hanya sebagai pengajar
Biar aku punya waktu untuk keluarga
Yang membutuhkan perhatian seorang ibu
Beberapakali kusaksikan rombongan senat universitas
Dengan memakai jubah besar
Berjalan berbaris
Dari ruang rektor ke gedung C
Mataku selalu terpesona dan
Bibirku berdecak kagum
Alangkah gagah-gagahnya
Rombongan rektor dengan jubah besar tersebut
Mungkin sudah suratan nasibku
Hari ini tanggal 14 Juli 2009
Aku mengenakan jubah besar
Yang membuat badan dan kepalaku jadi besar
Menurut berita
Jarang sekali senat wakil dosen wanita
Sekarang ada aku dan bu cory wanitanya
“ Wah ada yang beda “ kata salah seorang anggota
Ketika sudah tiba waktunya
Rombongan senat menuju panggung kehormatan
Dengan langkah pasti kami melangkah
Seperti langkah pramuka
Mulanya semua anggota duduk dengan rapi
Mengikuti rangkaian acara rutin
Begitu memasuki babak dimana rektor mewisuda
Dengan jumlah mahasiswa lebih dari 600 orang
Mulailah ada yang permisi ke kamar mandi
Termasuk aku
Kemudian ada yang pergi agak lama
Di susul yang lainnya
Pengaruh AC yang dingin
Membuat aku agak pusing
Aku berniat ke ruangan dekat kamar mandi
Biar aku terbebas dari dinginnya AC
Ketika ku buka pintu ke ruangan itu
Aku jadi terkejut
Ada merokok berjamaah disana
Aku tak jadi masuk dan memilih duduk dekat pintu
Jelang acara penutupan
Semua anggota kembali keposisi semula
Duduk dengan rapi sampai acara selesai
Hingga akhirnya kembali ke ruangan berkumpul
Tak kulihat rasa lelah di wajah rektor
Yang berdiri sekian lamanya
Mewisuda setiap mahasiswa
Dalam waktu yang cukup lama
Itulah kenanganku
Dihari pertama
Jadi senat universitas dan
Duduk di panggung kehormatan
Bengkulu, 14 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
Ketika memulai karir sebagai staff pengajar
Aku terlanjur men-set diriku hanya sebagai pengajar
Biar aku punya waktu untuk keluarga
Yang membutuhkan perhatian seorang ibu
Beberapakali kusaksikan rombongan senat universitas
Dengan memakai jubah besar
Berjalan berbaris
Dari ruang rektor ke gedung C
Mataku selalu terpesona dan
Bibirku berdecak kagum
Alangkah gagah-gagahnya
Rombongan rektor dengan jubah besar tersebut
Mungkin sudah suratan nasibku
Hari ini tanggal 14 Juli 2009
Aku mengenakan jubah besar
Yang membuat badan dan kepalaku jadi besar
Menurut berita
Jarang sekali senat wakil dosen wanita
Sekarang ada aku dan bu cory wanitanya
“ Wah ada yang beda “ kata salah seorang anggota
Ketika sudah tiba waktunya
Rombongan senat menuju panggung kehormatan
Dengan langkah pasti kami melangkah
Seperti langkah pramuka
Mulanya semua anggota duduk dengan rapi
Mengikuti rangkaian acara rutin
Begitu memasuki babak dimana rektor mewisuda
Dengan jumlah mahasiswa lebih dari 600 orang
Mulailah ada yang permisi ke kamar mandi
Termasuk aku
Kemudian ada yang pergi agak lama
Di susul yang lainnya
Pengaruh AC yang dingin
Membuat aku agak pusing
Aku berniat ke ruangan dekat kamar mandi
Biar aku terbebas dari dinginnya AC
Ketika ku buka pintu ke ruangan itu
Aku jadi terkejut
Ada merokok berjamaah disana
Aku tak jadi masuk dan memilih duduk dekat pintu
Jelang acara penutupan
Semua anggota kembali keposisi semula
Duduk dengan rapi sampai acara selesai
Hingga akhirnya kembali ke ruangan berkumpul
Tak kulihat rasa lelah di wajah rektor
Yang berdiri sekian lamanya
Mewisuda setiap mahasiswa
Dalam waktu yang cukup lama
Itulah kenanganku
Dihari pertama
Jadi senat universitas dan
Duduk di panggung kehormatan
Bengkulu, 14 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
SELAMAT JALAN BU ANIMAR
SELAMAT JALAN BU ANIMAR
Mendengar namamu yang barusan mendahulu
Aku terkenang masa yang lalu
Ketika aku jadi muridmu
Di SD Sungai Tanang kampungku
Sebelum kehadiranmu di sekolahku
Hampir tak ada yang istimewa waktu itu
Murid-murid bebas berbaju
Belum ada yang pakai sepatu
Begitu ibu hadir mengelola SDku
Kami memiliki guru-guru baru
Ibu tegakkan disiplin dimana perlu
Termasuk menyeragamkan baju
Terbayang ketika aku dan teman-teman berbaju baru
Putih semua mulai dari sepatu
Kami di suruh berdiri untuk di tiru
Itulah contoh seragam baju
Sejak ibu mengelola SDku
Ibu jadikan SDku untuk ditiru
Tak sia-sia kerja keras ibu
Teladan tingkat kabupaten diantara murid ibu
Kami-kami yang pernah ibu bina dulu
Akan selalu mengenang jasamu
Selamat jalan ibu
Semoga pintu sorga terbuka untukmu
Bengkulu 10 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
Mendengar namamu yang barusan mendahulu
Aku terkenang masa yang lalu
Ketika aku jadi muridmu
Di SD Sungai Tanang kampungku
Sebelum kehadiranmu di sekolahku
Hampir tak ada yang istimewa waktu itu
Murid-murid bebas berbaju
Belum ada yang pakai sepatu
Begitu ibu hadir mengelola SDku
Kami memiliki guru-guru baru
Ibu tegakkan disiplin dimana perlu
Termasuk menyeragamkan baju
Terbayang ketika aku dan teman-teman berbaju baru
Putih semua mulai dari sepatu
Kami di suruh berdiri untuk di tiru
Itulah contoh seragam baju
Sejak ibu mengelola SDku
Ibu jadikan SDku untuk ditiru
Tak sia-sia kerja keras ibu
Teladan tingkat kabupaten diantara murid ibu
Kami-kami yang pernah ibu bina dulu
Akan selalu mengenang jasamu
Selamat jalan ibu
Semoga pintu sorga terbuka untukmu
Bengkulu 10 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
MAIN BULU TANGKIS
MAIN BULU TANGKIS
Biar langsing lagi tubuhku yang mulai temok
Prof Suheimi menganjurkanku untuk olah raga
Memakan buah kurma, tempe dan madu
Pagi ini suamiku mengajak jalan pagi
Di jalan kami lihat orang main bulu tangkis
Pulangnya singgah kami di warung dan beli bulu
Kami jemput raket ke rumah
Kamipun main bulu tangkis di halaman SMP 18
Yang tak jauh dari rumah kami
Kami berdua sudah sama-sama temok
Gerakan sudah lamban
Tidak bisa lagi lari kesana ke mari dengan lincah
Ketika badan dikiri lalu bola datang ke kanan
Sangat sering bola akhirnya jatuh ke tanah
Napaspun jadi ter engah-engah
Keringatpun bercucuran
Aku terkenang kemasa tahun tujuh puluhan
Aku masih sekolah di SD
Waktu itu listrik baru menyala dikampungku
TV pun yang punya baru beberapa rumah
Saat itu lagi demam Liem Swi King
Yang menjuarai All England beberapa kali
Tak ingin mengganggu orang tua
Karena ingin punya raket untuk main bulu tangkis
Aku dan teman-teman sepermainan
Mengumpuilkan uang jajan selama beberapa hari
Sehingga dapat kami belikan dua buah raket
Dengan dua buah raket ini
Kami mulai bermain berganti ganti
Siapa kalah keluar
Kalau ingin bermain lama-lama
Jadilah pemenang di setiap pertandingan
Akhirnya lama-lama masing-masing
Memiliki raket sendiri-sendiri
Biar bisa main sepuas hati
Gaya loncat Liem Swi King
Menjadi kebanggaan bagi yang menguasai
Asyik sekali meloncat menyambar bulu tinggi
Sambil memukul bulu dengan kencang
Tidak mudah untuk menagkis bola yang menukik tajam
Tidak mudah pula bermain di depan net
Tidak masalah ketika berada dikanan bulu dilempar kekiri
Begitu pula ketika lagi di belakang bulu di lempar di depan
Dengan lincah para pemain mengejarnya
Bermain di sejuknya hawa pegunungan
Di lingkungan pepohonan
Membuat kami bisa bermain kapan saja
Badan jadi sehat
Hatipun senang
Capek bermain bulu tangkis
Kami lanjutkan merenangi tabek gadang
Sekarang semua tinggal kenangan
Bengkulu, 9 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
Biar langsing lagi tubuhku yang mulai temok
Prof Suheimi menganjurkanku untuk olah raga
Memakan buah kurma, tempe dan madu
Pagi ini suamiku mengajak jalan pagi
Di jalan kami lihat orang main bulu tangkis
Pulangnya singgah kami di warung dan beli bulu
Kami jemput raket ke rumah
Kamipun main bulu tangkis di halaman SMP 18
Yang tak jauh dari rumah kami
Kami berdua sudah sama-sama temok
Gerakan sudah lamban
Tidak bisa lagi lari kesana ke mari dengan lincah
Ketika badan dikiri lalu bola datang ke kanan
Sangat sering bola akhirnya jatuh ke tanah
Napaspun jadi ter engah-engah
Keringatpun bercucuran
Aku terkenang kemasa tahun tujuh puluhan
Aku masih sekolah di SD
Waktu itu listrik baru menyala dikampungku
TV pun yang punya baru beberapa rumah
Saat itu lagi demam Liem Swi King
Yang menjuarai All England beberapa kali
Tak ingin mengganggu orang tua
Karena ingin punya raket untuk main bulu tangkis
Aku dan teman-teman sepermainan
Mengumpuilkan uang jajan selama beberapa hari
Sehingga dapat kami belikan dua buah raket
Dengan dua buah raket ini
Kami mulai bermain berganti ganti
Siapa kalah keluar
Kalau ingin bermain lama-lama
Jadilah pemenang di setiap pertandingan
Akhirnya lama-lama masing-masing
Memiliki raket sendiri-sendiri
Biar bisa main sepuas hati
Gaya loncat Liem Swi King
Menjadi kebanggaan bagi yang menguasai
Asyik sekali meloncat menyambar bulu tinggi
Sambil memukul bulu dengan kencang
Tidak mudah untuk menagkis bola yang menukik tajam
Tidak mudah pula bermain di depan net
Tidak masalah ketika berada dikanan bulu dilempar kekiri
Begitu pula ketika lagi di belakang bulu di lempar di depan
Dengan lincah para pemain mengejarnya
Bermain di sejuknya hawa pegunungan
Di lingkungan pepohonan
Membuat kami bisa bermain kapan saja
Badan jadi sehat
Hatipun senang
Capek bermain bulu tangkis
Kami lanjutkan merenangi tabek gadang
Sekarang semua tinggal kenangan
Bengkulu, 9 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
NDAHNYA PEMANDANGAN KE BATUSANGKAR
INDAHNYA PEMANDANGAN KE BATUSANGKAR
Sebenarnya sudah beberapakali
Aku mengunjungi Batusangkar ini
Baik ketika masih mahasiswi
Maupun sesudah jadi pegawai negri
Entah dulu aku tak peduli
Karena terbiasa di lembah Singgalang dan Merapi
Keindahan suatu negeri
Tak jadi perhatianku seperti saat ini
Ketika kabut asap menyelimuti bumi
Aku kehilangan gunung Singgalang dan Merapi
Jarak pandang dekat sekali
Lebaran saat itu terasa sunyi dan sepi
Saat itu jalan ke Batusangkar yang kami telusuri
Terasa gelap sekali
Tak henti-henti klakson mobil berbunyi
Lampu mobil menyala bak malam hari
Beberapa hari yang lalu kami kembali
Menelusuri jalan menuju Batusangkar ini
Decak kagum tak henti-henti
Menyaksikan pemandangan yang indah sekali
Saat terlihat danau Singkarak dari suatu posisi
Mataku terbelalak besar sekali
Wow indahnya negeri ini
Tak mampu ku lukiskan lewat puisi
Sawah menghijau bertingkat-tingkat rapi
Menoleh ke belakang terlihat gunung Merapi
Dilayangkan pandang kedepan jauh sekali
Bukit Barisan berlapis-lapis indah sekali
Lama aku merenungi diri
Apa yang kucari di rantau ini
Kutinggalkan negeri yang indah sekali
Negeri bak potongan sorgawi
Ya Allah Ya Rabbi
Terima kasih atas kesempatan yang Engkau beri
Menyaksikan keindahan duniawi
Izinkanlah suatu saat aku kembali
Bengkulu 8 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
Sebenarnya sudah beberapakali
Aku mengunjungi Batusangkar ini
Baik ketika masih mahasiswi
Maupun sesudah jadi pegawai negri
Entah dulu aku tak peduli
Karena terbiasa di lembah Singgalang dan Merapi
Keindahan suatu negeri
Tak jadi perhatianku seperti saat ini
Ketika kabut asap menyelimuti bumi
Aku kehilangan gunung Singgalang dan Merapi
Jarak pandang dekat sekali
Lebaran saat itu terasa sunyi dan sepi
Saat itu jalan ke Batusangkar yang kami telusuri
Terasa gelap sekali
Tak henti-henti klakson mobil berbunyi
Lampu mobil menyala bak malam hari
Beberapa hari yang lalu kami kembali
Menelusuri jalan menuju Batusangkar ini
Decak kagum tak henti-henti
Menyaksikan pemandangan yang indah sekali
Saat terlihat danau Singkarak dari suatu posisi
Mataku terbelalak besar sekali
Wow indahnya negeri ini
Tak mampu ku lukiskan lewat puisi
Sawah menghijau bertingkat-tingkat rapi
Menoleh ke belakang terlihat gunung Merapi
Dilayangkan pandang kedepan jauh sekali
Bukit Barisan berlapis-lapis indah sekali
Lama aku merenungi diri
Apa yang kucari di rantau ini
Kutinggalkan negeri yang indah sekali
Negeri bak potongan sorgawi
Ya Allah Ya Rabbi
Terima kasih atas kesempatan yang Engkau beri
Menyaksikan keindahan duniawi
Izinkanlah suatu saat aku kembali
Bengkulu 8 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
BAJUKU JADI SEMPIT
BAJUKU JADI SEMPIT
Sekembali dari rumah sakit dan
Beristirahat total beberapa hari lamanya
Ku upayakan untuk memasak sendiri
Memasak masakan yang praktis tapi enak
Biar seleraku yang patah
Kembali normal
Aku yang semula tak suka susu
Setiap pagi meminumnya dicampur madu
Tak lupa kumakan telur ayam kampung
Yang diolah dengan berbagai cara
Supaya kesehatanku kembali normal
Mungkin apa yang kumakan
Semua jadi daging
Hingga badanku jadi melar
Haruskah aku menahan makan ?
Sementara aku dalam pemulihan ?
Buat sementara waktu
Kubiarkan saja apa yang terjadi pada badanku
Asalkan rasa pusing yang menderaku sewaktu-waktu
Tak penah lagi datang menyiksaku
Teman-teman yang sudah lama tak bertemu
Jadi tercengang dan terharu
Matanya tertuju pada bajuku
Yang melekat ketat ditubuhku
“ Katanya sakit, kok gemuk begitu? “
Kata mereka meledekku
Kubalas ledekannya dengan tersenyum malu
Ketika aku mampir dan nginap dirumah kakakku
Di Payakumbuh beberapa hari yang lalu
Kakakku juga berseru
“ Kok badan jadi gendut begitu ? “
Esoknya dia bilang lagi padaku
“ Itu pengaruh obat anti alergi waktu sakit dulu
Dampaknya memang begitu
Tapi nanti pasti berlalu “
Beberapa tahun yang lalu
Ketika anak-anak masih menyusu
Betapa langsing badanku
Aku dan kakakku bisa sebaju
Di hari lebaran aku tak perlu beli baju baru
Tinggal pakai baju kakakku
Pernah di suatu waktu
Kukatakan pada kakakku
“ Baju ini adem, nyaman dan tidak kaku”
Kuminta baju itu untukku
“ Itu baju sutra “ katanya padaku
Betapa terkejutnya dan bangganya aku
Sutra rupanya bajuku
Ketika mama dirawat dirumah sakit waktu itu
Aku yang menemani beliau disepanjang waktu
Melihat badanku langsing begitu
Mamaku selalu menyediakan minum susu untukku
Susu yang harusnya untuk mamaku
SUSTAGEN merek itu susu
Yang terasa mahal untuk kantongku waktu itu
Kurasakan kasih mama sepanjang waktu
Dari hari ke hari
Badanku mulai berisi
Hingga akhirnya mama pergi
Pergi tak akan kembali lagi
Setiap mengenang masa langsing sekali
Aku sering tersenyum sendiri
Ingat kasih ibu yang abadi
Tak berhenti hingga mati
Bengkulu, 12 Mei 2009 dan 7 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
Sekembali dari rumah sakit dan
Beristirahat total beberapa hari lamanya
Ku upayakan untuk memasak sendiri
Memasak masakan yang praktis tapi enak
Biar seleraku yang patah
Kembali normal
Aku yang semula tak suka susu
Setiap pagi meminumnya dicampur madu
Tak lupa kumakan telur ayam kampung
Yang diolah dengan berbagai cara
Supaya kesehatanku kembali normal
Mungkin apa yang kumakan
Semua jadi daging
Hingga badanku jadi melar
Haruskah aku menahan makan ?
Sementara aku dalam pemulihan ?
Buat sementara waktu
Kubiarkan saja apa yang terjadi pada badanku
Asalkan rasa pusing yang menderaku sewaktu-waktu
Tak penah lagi datang menyiksaku
Teman-teman yang sudah lama tak bertemu
Jadi tercengang dan terharu
Matanya tertuju pada bajuku
Yang melekat ketat ditubuhku
“ Katanya sakit, kok gemuk begitu? “
Kata mereka meledekku
Kubalas ledekannya dengan tersenyum malu
Ketika aku mampir dan nginap dirumah kakakku
Di Payakumbuh beberapa hari yang lalu
Kakakku juga berseru
“ Kok badan jadi gendut begitu ? “
Esoknya dia bilang lagi padaku
“ Itu pengaruh obat anti alergi waktu sakit dulu
Dampaknya memang begitu
Tapi nanti pasti berlalu “
Beberapa tahun yang lalu
Ketika anak-anak masih menyusu
Betapa langsing badanku
Aku dan kakakku bisa sebaju
Di hari lebaran aku tak perlu beli baju baru
Tinggal pakai baju kakakku
Pernah di suatu waktu
Kukatakan pada kakakku
“ Baju ini adem, nyaman dan tidak kaku”
Kuminta baju itu untukku
“ Itu baju sutra “ katanya padaku
Betapa terkejutnya dan bangganya aku
Sutra rupanya bajuku
Ketika mama dirawat dirumah sakit waktu itu
Aku yang menemani beliau disepanjang waktu
Melihat badanku langsing begitu
Mamaku selalu menyediakan minum susu untukku
Susu yang harusnya untuk mamaku
SUSTAGEN merek itu susu
Yang terasa mahal untuk kantongku waktu itu
Kurasakan kasih mama sepanjang waktu
Dari hari ke hari
Badanku mulai berisi
Hingga akhirnya mama pergi
Pergi tak akan kembali lagi
Setiap mengenang masa langsing sekali
Aku sering tersenyum sendiri
Ingat kasih ibu yang abadi
Tak berhenti hingga mati
Bengkulu, 12 Mei 2009 dan 7 Juli 2009
Hanifah Damanhuri
Langganan:
Postingan (Atom)