Jumat, 31 Juli 2009

GULAI UDANG

GULAI UDANG

Dulu ketika masih ABG dikampung
Kami sering menyenter udang yang menempel
Di tepian tabek gadang
Lalu menangkapnya dan mempermainkannya

Ketika kolam tetanggaku yang banyak udangnya
Di lepas airnya dan dipanen ikannya
Aku sering ikut menangkap udang disana
Udangpun banyak ditemui di aliran air
Yang keluar dari kolam itu
Sehingga sewaktu waktu aku menangkapnya
Menggorengnya dan memakannya panas-panas
Hmm harum baunya , dan manis rasanya

Di rantauku Bengkulu
Banyak udang di jual di pasar
Dengan berbagai jenis dan
Harga yang berbeda

Mulanya aku tak tau
Rasa udang tidak sama dan harganya berbeda
Pokoknya udang ya begitulah rasanya
Ku beli yang harganya murah saja

Pernah suatu hari ketika kami di Jakarta
Maksud hati ingin irit
Kami pilih menu udang
Ketika perut sudah kenyang dan
Hendak membayar di kasir
Kami jadi tercengang
Harga udang lebih dari yang lainnya

Lama-lama membeli dan mengkonsumsi udang
Akhirnya aku jadi tau mana yang enak sekali rasanya
Aku tak tau namanya
Tapi sudah hapal bentuk dan warnanya
Paling enak rasanya kalau ketika membeli
Udangnya masih hidup dan
Di goreng atau di gulai hari itu juga

Beberapa hari yang lalu
Banyak wajah yang kelihatan sendu
Tanggal satu Agustus menjadi tanggal tua sekali
Karena tidak mungkin gajian

Kemaren wajah sendu berubah ceria
Seperti rumput dapat air di musim panas
Tadinya mulai layu, kemudian jadi segar
Di tanggal tua dapat rejeki tak terduga
Bendahara membagikan uang ….
Yang memang menjadi hak kami
Alhamdulillah
Akhir pekan mejadi ceria

Pagi ini tukang ikan yang baru jadi langgananku
Datang dan memanggil-manggilku
Ikan terusan yang pernah ku beli padanya
Rasanya luar biasa
Cepat=cepat ku bilang padanya
Aku mau beli ikan Terusan
Lalu mulailah dia memotong dan
Memperlihatkan padaku sesuatu yang warnanya putih
Yang di keluarkannya dari perut ikan
“ Ini di ekspor keluar untuk dijadikan
Benang yang dipakai untuk operasi
Cobalah lihat, kuat sekali dan tak mudah di gunting”

Sementara dia memotong-motong ikan
Aku lihat jualannya yang lain
Eh ada udang yang lumayan besar
Aku coba timbang dan hitung
Ada 28 ekor jumlahnya sekilo
Ku Tanya berapa harganya sekilo
“ Rp 70 ribu, ini biasanya orang Cina yang beli “
Aku jadi bimbang
Akhirnya ku beli juga
Sesekali memanjakan selera kataku padanya

Kubersihkan udang tersebut
Ku kasih garam dan jeruk
Ku siapkan bumbu langkok dan daun
Bawang putih, bawang merah
Cabe giling sedikit saja
Santan kelapa dari kelapa yang sedang tuanya
Lalu ku gulai dan kucoba garamnya
Hmmm enak sekali
Ketika sudah masak
Terbayang ke dua orang anak
Mereka makan apa ya hari ini ??



Bengkulu, 1 Agustus 2009


Hanifah Damanhuri

Kamis, 30 Juli 2009

TAK BISA KE SMA I BKT

TAK BISA KE SMA I BKT



Keharuman nama SMA I BKT
Sudah sampai keseberang lautan
Sehingga sekolah SMA I BKT menjadi sekolah impian
Bagi setiap pelajar yang mendambakan sekolah bermutu


Banyak orang Banuhampu yang bersekolah di SMA I BKT ini
Setelah tamat umumnya mereka melanjutkan ke PTN ternama
Baik di Sumatera maupun Jawa
Sehingga dibangunlah asrama Banuhampu
Di dekat ITB, dekat UI dan dekat UGM


Akupun bermimpi ingin sekolah di SMA I BKT
Namun impian tinggal impian
Walau nilaiku tergolong tinggi untuk sekolahku
Pada saat giliranku masuk ke SLTA
Aturan main untuk masuk ke SMA di rubah
Pendaftaran di lakukan oleh sekolah
Tempatnya terpusat di salah satu SMA
Kami tinggal pasrah dan harus mau
Ditempatkan disalah satu SMAN BKT
Yang ada waktu itu
Masuklah aku ke SMA 2 BKT sesuai penempatan


Dampak diberlakukan sistem pendaftaran terpusat
SMAN I mulai dapat saingan
SMAN 2 dan SMAN 3 mulai terangkat namanya
Karena para bintang di SLTP
Tersebar merata di ketiga sekolah ini
Namun keharuman SMA I BKT sulit tertandingi
Guru-guru di sana tentu lebih hebat
Karena sudah biasa menghadapi murid hebat-hebat


Terbayang kembali beberapa peristiwa
Antara guru dan siswa
Kadang persoalannya hanya sederhana
Karena guru kehilangan wibawa
Suatu hari aku dan kelompok belajarku
Mengeluarkan uneg-uneg hendak jadi apa nanti
Semuanya berkata “ tak akan mau jadi guru “
Apa yang terjadi kini
Semua jadi guru di perguruan tinggi
Alhamdulillah
Tuhan tidak mengabulkan uneg-uneg kami dulu


Bengkulu, 29 Juli 2009





Hanifah Damanhuri

SENAM IRAMA

SENAM IRAMA



Minggu lalu aku dapat seragam olah raga FT

Warna merah jingga di padu dengan hitam

Membuat wajahku jadi kelihatan segar

Akibat pantulan warnanya



Sudah lama sekali aku tak senam di kampus

Disamping tak wajib lagi seperti di tahun 80 an

Tak banyak teman yang bersenam

Kecuali karyawan direktorat setiap pagi Jumat



Dulu di tahun 80 an

Walau rumahku jauh dari kampus

Ku usahakan datang di acara SKJ

Bersenam dan berolah raga bersama



Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)

Gerakannya sangat teratur

Di awali dengan pemanasan

Dengan menggerakkan kepala

Sementara kaki jalan di tempat

Lalu semakin lama gerakan semakin cepat

Mengikuti irama musik

Tak ingat lagi aku gerakannya

Lalu di akhiri dengan gerakan lambat kembali

Sambil menghirup udara

Asyik dan menyenangkan sekali



Di antara senam yang pernah ku ikuti

Aku terkenang dengan Senam Irama

Yang ku jalani setiap pagi ketika di SD

Gerakannya seperti menari

Nyanyikanlah lagu berikut dengan irama

Naik-naik ke puncak gunung



“ Mari kawan-kawan semua

Jangan duduk bermuram durja

Mari kita bersama sama

Melakukan senam irama



Dalam tubuh kuat sehat

Terdapatlah otak yang waras

Agar tubuh kuat sehat

Latih diri dengan semangat “



Begitu musik mulai berkumandang

Tangan di rentang seperti merentang

Bendera simapur di acara pramuka

Kaki kanan di tekuk hingga tumit bertumpu pada jari

Tangan kanan bergerak ke kiri

Gantian tangan kiri bergerak ke kanan

Dengan posisi kaki yang ditekuk juga diganti

Di sambung dengan gerakan lain

Semuanya seperti gerakan menari



Suatu waktu sibuklah guru melatih dan menyiapkan

Beberapa orang dari kami

Untuk mengikuti senam massal

Di lapangan Atas Ngarai Bukittinggi



Ketika tiba hari H

Kami berpakaian putih-putih

Rambut dikuncir dikasih pita merah

Dibekali cincin yang dipakai saat bersenam nanti



Kami diangkut memakai oto Prah

Ketika sampai dilapangan

Sudah berkumpul anak-anak SD lain

Wuih ramai sekali



Bangga rasanya berada di antara banyak orang

Begitu sudah berada di tengah lapangan

Sesaat menjelang senam dimulai

Dipakailah cincin ajaib yang di bawa tadi



Kami genggam erat cincin ajaib tersebut

Begitu alunan musik terdengar

Tangan mulai bergerak

Dari telapak tangan kami

Ikut bergerak pita warna warni yang menjuntai

Yang tadinya di gulung dan dipasang ke jari

Membuat senam massal jadi semarak

Puas, bangga dan menyenangkan sekali



Bengkulu, 28 Juli 2009





Hanifah Damanhuri

BINGUNG

BINGUNG


Sebagai rakyat badarai
Aku bingung, bangga dan kecewa
Tiba-tiba CALEG yang dinyatakan kalah
Dinyatakan akan melaju ke Senayan
Aku bangga karena temanku akhirnya akan ke senayan
Tiba-tiba CALEG yang pernah dinyatakan menang
Beberapa diantaranya tak jadi ke Senayan
Aku kecewa karena saudaraku batal ke Senayan


Tak terbayangkan
Betapa sakit dan kecewanya
CALEG yang akhirnya batal ke Senayan
Entah sudah berapa pula dana habis untuk selamatan


Bisa dibayangkan
Betapa bahagia akhirnya
CALEG yang dinyatakan kalah
Akhirnya melenggang ke Senayan

Aku bingung
Untuk apa kita memilih Partai
Kalau toh akhirnya
CALEG ditentukan oleh suara terbanyak
Terbanyak secara umum ?
Bukan terbanyak dari sisi Partai ?
Atau aku yang tidak mengerti
Bagaimana cara menghitung suara terbaru
Bantulah aku hai saudaraku yang mengerti


Bengkulu, 27 juli 2009




Hanifah Damanhuri

GORENG PISANG RAJA DAN KETAN

GORENG PISANG RAJA DAN KETAN


Dinginnya hawa pegunungan di pagi hari
Membuat sebagian warga dikampungku
Sehabis sholat subuh atau cuci muka
Mampir dulu ke warung kopi


Disamping menghirup kopi panas
Untuk menghangatkan badan
Mereka umumnya memakan goreng pisang raja dan
Ketan beras merah yang ditaburi kelapa parut


Sesekali papaku juga mampir ke warung kopi
Memesan goreng pisang raja dan
Ketan yang dibungkus daun
Untuk di bawa pulang


Beberapa kali aku membawa teman dari Padang
Setiap yang ikut pasti kedinginan dan
Memilih bakalumun lagi setelah sholat subuh
Aku juga kedinginan dan ikut bakalumun


Kasih orang tua memang tiada tara
Dibiarkannya kami bakalumun
Sementara papa pergi kewarung kopi
Membeli ketan dan goreng pisang raja


Mamaku menyiapkan teh hangat untuk kami dan
Kopi panas untuk papaku
Begitu goreng dan ketan terhidang
Langsung kami sikat hmmmm nikmattt


Teringat goreng pisang raja
Teringat kampung yang jauh dimata
Teringat papaku yang telah tiada
Semoga beliau tenang di alam sana


Bengkulu, 25 Juli 2009





Hanifah Damanhuri

PULANG POKOK

PULANG POKOK


Tak terasa begitu cepat waktu berlalu
Terasa baru kemaren kami menempuh hidup baru
Kemudian lahirlah berturut turut dari rahimku
Seorang putra dan seorang putriku yang lucu-lucu


Ketika mereka dalam perutku
Mereka sudah suka menggodaku
Tiap sebentar menendang dan menggelitikku
Aku menjadi geli dan meng usap-usap perutku


Ketika mereka sudah lahir dan menyusu
Aku tak peduli pada tubuhku
Yang kupikirkan saat itu
Anakku tumbuh sehat, pintar dan lucu


Kudaftarkan putraku masuk TK pagi itu
Sore harinya di RSU lahirlah putriku
Masih kuingat hari pertama sekolah anakku itu
Dia tak langsung pulang karena tak ditunggu


Walau hanya berdua anak-anakku
Dirumah terasa ramai selalu
Entah karena cemburu
Tiap sebentar mereka berseteru


Tak terasa waktu berlalu
Setamat SMA putraku pergi meninggalkanku
Rumah yang tadinya ramai selalu
Mulai terasa sepi karena hanya ada putriku


Tamat pula dari SMA putriku itu
Dia juga memilih tinggalkan aku
Dengan berat hati ku ikuti yang dia mau
Allahpun melapangkan jalan untuk putriku


Kukira aku masih akan bersama untuk beberapa minggu
Panggilan kota Jakarta tempat di rawat kakakku
Telah membuatku mengirim putriku
Untuk menggantikanku menemani kakakku


Kini tinggallah aku dan suamiku
Kembali berdua seperti pengantin baru
Pulang pokok kata orang padaku
Hari ini 23 tahun usia pernikahanku



Bengkulu, 20 Juli 2009





Hanifah Damanhuri

MENYUSUI

MENYUSUI

> Membaca tentang pentingnya menyusui
> Aku jadi teringat ketika anak-anak masih bayi
> Alhamdulillah keduanya kususui
> Mungkin waktu itu karena faktor ekonomi
>
> Kulahirkan di Padang anak pertamaku
> Kubawa anakku memasuki rumah baru
> Perumnas yang potongannya terasa besar bagiku
> Dua pertiga dari gajiku
>
> Gabungan sisa uangku dan uang suamiku
> Membuatku harus pandai-pandai mengatur menu
> Ku hitung-hitung andai kebelikan susu
> Yang teririt dan praktis adalah menyusu padaku
>
> Aku beruntung sabagi ibu
> Yang bisa atur jadwal kuliah sesuai seleraku
> Kegiatan lain aku tak mau tau
> Sampai anakku berhenti menyusu
>
> Dua tahun lamanya anak pertamaku menyusu
> Sudah malu pula orang melihatku
> Ketika kususukan saja dimana dia mau
> Entah kemana perginya malu
>
> Tak mudah menyuruhnya berhenti
> Pahir sedikit dia tidak peduli
> Akhirnya kuusap putingku dengan akar ali-ali
> Baru dia berhenti karena pahit sekali
>
> Anakku yang kedua
> Tak serakus yang pertama
> Kususukan enam belas bulan lamanya
> Berhenti sendiri karena ku tinggal lama
>
> Waktu itu aku tinggalkan dia bersama bapaknya
> Aku ikut penataran di USU FMIPA Matematika
> Sebenarnya aku tersiksa disana
> Susuku bengkak dan sakit karena penuh isinya
>
> Kubeli penyedot air susu
> Ku sedot air susuku
> Beberapa hari berlalu
> Berkurang sendiri air susuku
>
> Begitu aku kembali ke Bengkulu
> Ku susukan lagi anakku
> Entah kenapa aku tak tau
> Tak mau lagi dia menyusu padaku
>
>
> Bengkulu, 17 Juli 2009
>
>
> Hanifah Damanhuri

JUBAH BESAR

JUBAH BESAR


Ketika memulai karir sebagai staff pengajar
Aku terlanjur men-set diriku hanya sebagai pengajar
Biar aku punya waktu untuk keluarga
Yang membutuhkan perhatian seorang ibu


Beberapakali kusaksikan rombongan senat universitas
Dengan memakai jubah besar
Berjalan berbaris
Dari ruang rektor ke gedung C


Mataku selalu terpesona dan
Bibirku berdecak kagum
Alangkah gagah-gagahnya
Rombongan rektor dengan jubah besar tersebut


Mungkin sudah suratan nasibku
Hari ini tanggal 14 Juli 2009
Aku mengenakan jubah besar
Yang membuat badan dan kepalaku jadi besar


Menurut berita
Jarang sekali senat wakil dosen wanita
Sekarang ada aku dan bu cory wanitanya
“ Wah ada yang beda “ kata salah seorang anggota


Ketika sudah tiba waktunya
Rombongan senat menuju panggung kehormatan
Dengan langkah pasti kami melangkah
Seperti langkah pramuka


Mulanya semua anggota duduk dengan rapi
Mengikuti rangkaian acara rutin
Begitu memasuki babak dimana rektor mewisuda
Dengan jumlah mahasiswa lebih dari 600 orang


Mulailah ada yang permisi ke kamar mandi
Termasuk aku
Kemudian ada yang pergi agak lama
Di susul yang lainnya


Pengaruh AC yang dingin
Membuat aku agak pusing
Aku berniat ke ruangan dekat kamar mandi
Biar aku terbebas dari dinginnya AC


Ketika ku buka pintu ke ruangan itu
Aku jadi terkejut
Ada merokok berjamaah disana
Aku tak jadi masuk dan memilih duduk dekat pintu


Jelang acara penutupan
Semua anggota kembali keposisi semula
Duduk dengan rapi sampai acara selesai
Hingga akhirnya kembali ke ruangan berkumpul


Tak kulihat rasa lelah di wajah rektor
Yang berdiri sekian lamanya
Mewisuda setiap mahasiswa
Dalam waktu yang cukup lama


Itulah kenanganku
Dihari pertama
Jadi senat universitas dan
Duduk di panggung kehormatan


Bengkulu, 14 Juli 2009




Hanifah Damanhuri

SELAMAT JALAN BU ANIMAR

SELAMAT JALAN BU ANIMAR


Mendengar namamu yang barusan mendahulu
Aku terkenang masa yang lalu
Ketika aku jadi muridmu
Di SD Sungai Tanang kampungku

Sebelum kehadiranmu di sekolahku
Hampir tak ada yang istimewa waktu itu
Murid-murid bebas berbaju
Belum ada yang pakai sepatu

Begitu ibu hadir mengelola SDku
Kami memiliki guru-guru baru
Ibu tegakkan disiplin dimana perlu
Termasuk menyeragamkan baju

Terbayang ketika aku dan teman-teman berbaju baru
Putih semua mulai dari sepatu
Kami di suruh berdiri untuk di tiru
Itulah contoh seragam baju

Sejak ibu mengelola SDku
Ibu jadikan SDku untuk ditiru
Tak sia-sia kerja keras ibu
Teladan tingkat kabupaten diantara murid ibu


Kami-kami yang pernah ibu bina dulu
Akan selalu mengenang jasamu
Selamat jalan ibu
Semoga pintu sorga terbuka untukmu



Bengkulu 10 Juli 2009




Hanifah Damanhuri

MAIN BULU TANGKIS

MAIN BULU TANGKIS


Biar langsing lagi tubuhku yang mulai temok
Prof Suheimi menganjurkanku untuk olah raga
Memakan buah kurma, tempe dan madu

Pagi ini suamiku mengajak jalan pagi
Di jalan kami lihat orang main bulu tangkis
Pulangnya singgah kami di warung dan beli bulu
Kami jemput raket ke rumah
Kamipun main bulu tangkis di halaman SMP 18
Yang tak jauh dari rumah kami


Kami berdua sudah sama-sama temok
Gerakan sudah lamban
Tidak bisa lagi lari kesana ke mari dengan lincah
Ketika badan dikiri lalu bola datang ke kanan
Sangat sering bola akhirnya jatuh ke tanah
Napaspun jadi ter engah-engah
Keringatpun bercucuran


Aku terkenang kemasa tahun tujuh puluhan
Aku masih sekolah di SD
Waktu itu listrik baru menyala dikampungku
TV pun yang punya baru beberapa rumah
Saat itu lagi demam Liem Swi King
Yang menjuarai All England beberapa kali


Tak ingin mengganggu orang tua
Karena ingin punya raket untuk main bulu tangkis
Aku dan teman-teman sepermainan
Mengumpuilkan uang jajan selama beberapa hari
Sehingga dapat kami belikan dua buah raket


Dengan dua buah raket ini
Kami mulai bermain berganti ganti
Siapa kalah keluar
Kalau ingin bermain lama-lama
Jadilah pemenang di setiap pertandingan
Akhirnya lama-lama masing-masing
Memiliki raket sendiri-sendiri
Biar bisa main sepuas hati


Gaya loncat Liem Swi King
Menjadi kebanggaan bagi yang menguasai
Asyik sekali meloncat menyambar bulu tinggi
Sambil memukul bulu dengan kencang
Tidak mudah untuk menagkis bola yang menukik tajam
Tidak mudah pula bermain di depan net
Tidak masalah ketika berada dikanan bulu dilempar kekiri
Begitu pula ketika lagi di belakang bulu di lempar di depan
Dengan lincah para pemain mengejarnya


Bermain di sejuknya hawa pegunungan
Di lingkungan pepohonan
Membuat kami bisa bermain kapan saja
Badan jadi sehat
Hatipun senang
Capek bermain bulu tangkis
Kami lanjutkan merenangi tabek gadang
Sekarang semua tinggal kenangan



Bengkulu, 9 Juli 2009





Hanifah Damanhuri

NDAHNYA PEMANDANGAN KE BATUSANGKAR

INDAHNYA PEMANDANGAN KE BATUSANGKAR


Sebenarnya sudah beberapakali
Aku mengunjungi Batusangkar ini
Baik ketika masih mahasiswi
Maupun sesudah jadi pegawai negri


Entah dulu aku tak peduli
Karena terbiasa di lembah Singgalang dan Merapi
Keindahan suatu negeri
Tak jadi perhatianku seperti saat ini


Ketika kabut asap menyelimuti bumi
Aku kehilangan gunung Singgalang dan Merapi
Jarak pandang dekat sekali
Lebaran saat itu terasa sunyi dan sepi


Saat itu jalan ke Batusangkar yang kami telusuri
Terasa gelap sekali
Tak henti-henti klakson mobil berbunyi
Lampu mobil menyala bak malam hari


Beberapa hari yang lalu kami kembali
Menelusuri jalan menuju Batusangkar ini
Decak kagum tak henti-henti
Menyaksikan pemandangan yang indah sekali


Saat terlihat danau Singkarak dari suatu posisi
Mataku terbelalak besar sekali
Wow indahnya negeri ini
Tak mampu ku lukiskan lewat puisi


Sawah menghijau bertingkat-tingkat rapi
Menoleh ke belakang terlihat gunung Merapi
Dilayangkan pandang kedepan jauh sekali
Bukit Barisan berlapis-lapis indah sekali


Lama aku merenungi diri
Apa yang kucari di rantau ini
Kutinggalkan negeri yang indah sekali
Negeri bak potongan sorgawi


Ya Allah Ya Rabbi
Terima kasih atas kesempatan yang Engkau beri
Menyaksikan keindahan duniawi
Izinkanlah suatu saat aku kembali



Bengkulu 8 Juli 2009




Hanifah Damanhuri

BAJUKU JADI SEMPIT

BAJUKU JADI SEMPIT


Sekembali dari rumah sakit dan
Beristirahat total beberapa hari lamanya
Ku upayakan untuk memasak sendiri
Memasak masakan yang praktis tapi enak
Biar seleraku yang patah
Kembali normal


Aku yang semula tak suka susu
Setiap pagi meminumnya dicampur madu
Tak lupa kumakan telur ayam kampung
Yang diolah dengan berbagai cara
Supaya kesehatanku kembali normal


Mungkin apa yang kumakan
Semua jadi daging
Hingga badanku jadi melar
Haruskah aku menahan makan ?
Sementara aku dalam pemulihan ?


Buat sementara waktu
Kubiarkan saja apa yang terjadi pada badanku
Asalkan rasa pusing yang menderaku sewaktu-waktu
Tak penah lagi datang menyiksaku


Teman-teman yang sudah lama tak bertemu
Jadi tercengang dan terharu
Matanya tertuju pada bajuku
Yang melekat ketat ditubuhku
“ Katanya sakit, kok gemuk begitu? “
Kata mereka meledekku
Kubalas ledekannya dengan tersenyum malu


Ketika aku mampir dan nginap dirumah kakakku
Di Payakumbuh beberapa hari yang lalu
Kakakku juga berseru
“ Kok badan jadi gendut begitu ? “
Esoknya dia bilang lagi padaku
“ Itu pengaruh obat anti alergi waktu sakit dulu
Dampaknya memang begitu
Tapi nanti pasti berlalu “


Beberapa tahun yang lalu
Ketika anak-anak masih menyusu
Betapa langsing badanku
Aku dan kakakku bisa sebaju


Di hari lebaran aku tak perlu beli baju baru
Tinggal pakai baju kakakku
Pernah di suatu waktu
Kukatakan pada kakakku
“ Baju ini adem, nyaman dan tidak kaku”


Kuminta baju itu untukku
“ Itu baju sutra “ katanya padaku
Betapa terkejutnya dan bangganya aku
Sutra rupanya bajuku


Ketika mama dirawat dirumah sakit waktu itu
Aku yang menemani beliau disepanjang waktu
Melihat badanku langsing begitu
Mamaku selalu menyediakan minum susu untukku


Susu yang harusnya untuk mamaku
SUSTAGEN merek itu susu
Yang terasa mahal untuk kantongku waktu itu
Kurasakan kasih mama sepanjang waktu


Dari hari ke hari
Badanku mulai berisi
Hingga akhirnya mama pergi
Pergi tak akan kembali lagi


Setiap mengenang masa langsing sekali
Aku sering tersenyum sendiri
Ingat kasih ibu yang abadi
Tak berhenti hingga mati



Bengkulu, 12 Mei 2009 dan 7 Juli 2009





Hanifah Damanhuri