Senin, 15 Maret 2010

BEDA SUKU

BEDA SUKU

Kakekku yang berpoligami
Memiliki anak yang berbeda-beda sukunya
Suku anak-anaknya
Tergantung suku ibunya
Walau anak-anak berbeda suku
Dari Nagari yang berbeda pula
Namun mereka bisa bersatu
Karena sering bertemu
Mungkin bertemu di rumah bako
Atau bertemu di rumah nenek
Yang sedang dapat giliran
Atau ditempat lainnya yang mungkin

Perbedaan suku tersebut
Tak menjadi masalah
Diantara ayah dan anak
Terutama bagi anak laki-laki
Karena selama ini
Dalam pergaulan sehari-hari
Orang Minang bersikap egaliter
Tak ada suku yang lebih istimewa
Dari suku lainnya

Kalau merantaupun
Orang Minang jarang berkoloni
Umumnya mereka mampu menyesuaikan diri
Seperti yang dianjurkan orang tua
“Masuk kekandang kambing membebek
Masuk kekandang harimau mengaum”

Aku sedih mendengar cerita teman
Kakeknya yang berpoligami
Tak kunjung mampu
Menyatukan anak-anak yang lain ibu
Sang ibu saling cemburu
Kalau bertemu
Sang ibu juga tak mau
Menerima anak suaminya dari madunya
Celakanya lagi
Rumah gadang yang dimiliki bako kakeknya
Sudah porak poranda karena sengketa
Prahara yang tertulis dalam sejarah keluarga
Yang tak mungkin terhapus ditelan masa

Kakek sering berkata, kata temanku
“Harta pusaka yang jadi sengketa
Penyebab anak-anak tak berbako
Tanpa bako
Siapa yang akan menyatukan
Anak-anak yang berlain ibu
Sekarang lihatlah
Anak-anakku yang berlain ibu
Tak mengenal satu dengan yang lain
Padahal mereka sedarah
Apa yang harus kakek lakukan?”

Aku tatap temanku
Sambil menggelang
Tapi aku teringat dan berkata
“Kan ada facebook
Ajarkan saja kakek berinternet”

Bengkulu, 15 Maret 2010


Hanifah Damanhuri