LEMBAH ANAI
Beberapa hari setelah gempa 30 September 2009
Dua kali aku melewati daerah Lembah Anai
Pang pung darah di dada
Selama berada di lereng bukit
Dengan arus lalu lintas yang padat sekali
Kecemasanku terasa sekali
Ketika melewati Lembah Anai yang kedua kali
Mobil yang berjalan pelan
Pas satu mobil di depanku
Dihentikan oleh petugas
Saat itu kami berada
Tepat di bekas longsoran
Mobil kami dihentikan
Untuk memberikan ruang dan gerak Traktor
Untuk membersihkan puing-puing reruntuhan
Sambil bibirku komat-kamit berdoa
Mataku memandang ke perbukitan
Kulihat tanah
Tempat tumbuhan dan batu bertengger
Tak lagi padat
Ya Allah jangan ada gempa susulan
Ya Allah jangan ada hujan tiba-tiba
Kataku berdoa dalam hati
Sedikit goyangan dan curah hujan
Pepohonan dan bebatuan
Akan menggelinding ke bawah
Antrian yang panjang
Motor yang banyak sekali
Membuat mobil merangkak
Setelah diperbolehkan berjalan
Rasa terlepas dari marabahaya
Ketika mobil tak lagi di lereng bukit
Apa yang kubayangkan dulu
Tak meleset
Ketika hujan turun
Berkali-kali bukit di Lembah Anai
Longsor dan menimbun jalan
Turunnya hujan adalah kehendak Allah
Terjadinya musibah juga atas izin Allah
Telah terjadi musibah-demi musibah
Mungkin sudah banyak yang lupa pada Allah
Sudah saatnya kita semua kembali pada Allah
Agar terhindar dari musibah
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun
Bengkulu, 31 Maret 2010
Hanifah Damanhuri