Senin, 04 Januari 2010

TIBA-TIBA HUJAN BADAI

TIBA-TIBA HUJAN BADAI

Di penghujung tahun 2009
Suamiku dapat tugas ke Jakarta
Mewakili pengurus PGRI Provinsi Bengkulu
Untuk mengikuti Pelatihan Keuangan

Sekali merangkuh dayung
Sebelum pulang suamiku mampir-mampir dulu
“Mumpung ongkos gratis
Dan sedang libur pula”, katanya

Tanggal dua Januari 2010
Sekitar jam 5 sore
Suamiku kirim SMS yang isinya
“Ma, papa sudah dalam pesawat
Cuaca agak buruk
Doakan papa selamat ya”
Tentu saja aku doakan
Waktu itu langit di Bengkulu
Masih terang dan cerah

Setengah jam kemudian
Turun hujan rinai membasahi bumi
Tak lama turun hujan lebat
Disertai badai menerjang Bengkulu
Pohon-pohon meliuk-liuk tertiup angin
Bersamaan dengan itu
Azan Magribpun berkumandang

Kulihat HP belum ada pesan dari suamiku
Ku coba menelpon ke HPnya
Tu la Lit
Pikiranku jadi kacau
Tanah dipijak serasa akan terban
Langit yang gelap seakan runtuh
Serasa terpisah nyawa dari badan
Jantung berdetak kencang
Tak henti-henti mulutku
Berkomat kamit membaca doa
Mengharapkan keselamatan suamiku

Ku ambil wuduk dan sholat Magrib
Tetap saja badanku seperti melayang
Pikiranku sudah mulai bermacam-macam
Ku kirim pesan kemana-mana
Memohon doa keselamatan suamiku

Kucaba dan kucoba lagi menelpon ke HPnya
Tetap saja Tu La Lit
Kuganti pakaian dan kupasang jaket
Ku minta adikku mengantarkanku ke bandara
Aku yakin akan mudah dapat berita disana

Sesampai di bandara
Langsung kutanya petugas
“Pesawat masih di Jakarta”, katanya
Dalam aku kebingungan
Berdering HPku
“Pesawat papa kembali ke Jakarta”, kata suamiku
Alhamdulillah
Aku masih mendengar suara suamiku
Kami tak bisa bicara lama
Karena dia mencuri kesempatan

“Kita pulang lagi saja”, kata adikku
Jelang pulang aku ketemu teman
Yang menunggu pesawat untuk ke Jakarta
“Tadi pesawat sudah sampai
Tapi tidak bias mendarat
Pesawatnya kembali ke angkasa”, katanya

Sesaat aku merasa lega
Apalagi waktu itu
Hujan badai sudah reda
Temanku tetap saja
Menunggu pesawatnya di bandara

Jelang jam 11 malam
Suamiku menelpon lagi
“Papa sudah di bandara Bengkulu”
Alhamdulillah

Bengkulu, 4 Desember 2009


Hanifah Damanhuri