Senin, 19 April 2010

KESEMPATAN MENGUSAP KEPALA PAK ETEKKU

KESEMPATAN MENGUSAP KEPALA PAK ETEKKU

Di waktuku yang sempit
Dan langkahku yang singkat
Tak banyak yang sempat kukunjungi

Malam minggu 17 April 2010
Aku, suami dan keluarga adikku
Berkunjung ke rumah pak etekku
Bapak Akhiarly Djalil

Tak seperti biasanya
Pak etekku lama sekali menemui kami
Ketika keluar mulutnya di tutup sapu tangan
Setelah menyalami kami, masuk lagi kekamar

Ketika keluar lagi dari kamar
Pak etek ngomong barusan dia muntah
Kami jadi terkejut
Adikku dan aku memeriksa jidatnya
Tidak panas, tetapi dingin
Tangan juga dingin

“Ambil nasi panas” kata suamiku
Nasi yang dibungkus sapu tangan
Di usap-usap ke jidat, punggung dan tempat lain
Aku dan adikku memijit-mijit kaki dan tangan

Sambil memijit pak etek
Aku dan adikku tertawa lepas
Teringat ketika memijit papaku
Bayaran adikku lebih banyak dariku

Kami jadi terdiam
Ketika tanteku menangis dan berkata
“Uda, baa uda….”
Aku jadi cemas juga
Kami minta pak etek pindah kekamar
Sebelum pak etek naik ketempat tidur
Adikku sudah menghubungi kakakku
Pak etek konsultasi langsung dengan kakakku yang dokter

Saat itu kami merasa
Menghadapi papa sendiri
Bajunya diganti
Badannya dibalsemi
Kaki, tangan, dan kepala semuanya di pijit
Kesempatan mengusap kepala pak etek

Aku agak trauma rasanya
Terbayang saat terakhir papaku
Terbayang saat terakhir kakak iparku
Dalam hati aku berdoa
Semoga pak etek cepat sembuh

Setelah kami merasa badan pak etek mulai panas
Haripun sudah malam
Kami pamit
Sebelum pulang kerumah adikku
Kami mampir dulu ke rumah kakak tante
Memberitahukan keadaan pak etek
Biar ada yang menemani tante

Alhamdulillah
Tadi suara pak etek di telpon
Sudah kencang seperti biasa
Dan terdengar senang dan bahagia

Terima kasih Ya Allah
Engkau beri kesempatan padaku
Untuk mengusap kepala pak etekku
Yang tak pernah terbayangkan dalam hidupku

Bengkulu, 10 April 2010

Hanifah Damanhuri