KESEMPATAN MENGUSAP KEPALA PAK ETEKKU
Di waktuku yang sempit
Dan langkahku yang singkat
Tak banyak yang sempat kukunjungi
Malam minggu 17 April 2010
Aku, suami dan keluarga adikku
Berkunjung ke rumah pak etekku
Bapak Akhiarly Djalil
Tak seperti biasanya
Pak etekku lama sekali menemui kami
Ketika keluar mulutnya di tutup sapu tangan
Setelah menyalami kami, masuk lagi kekamar
Ketika keluar lagi dari kamar
Pak etek ngomong barusan dia muntah
Kami jadi terkejut
Adikku dan aku memeriksa jidatnya
Tidak panas, tetapi dingin
Tangan juga dingin
“Ambil nasi panas” kata suamiku
Nasi yang dibungkus sapu tangan
Di usap-usap ke jidat, punggung dan tempat lain
Aku dan adikku memijit-mijit kaki dan tangan
Sambil memijit pak etek
Aku dan adikku tertawa lepas
Teringat ketika memijit papaku
Bayaran adikku lebih banyak dariku
Kami jadi terdiam
Ketika tanteku menangis dan berkata
“Uda, baa uda….”
Aku jadi cemas juga
Kami minta pak etek pindah kekamar
Sebelum pak etek naik ketempat tidur
Adikku sudah menghubungi kakakku
Pak etek konsultasi langsung dengan kakakku yang dokter
Saat itu kami merasa
Menghadapi papa sendiri
Bajunya diganti
Badannya dibalsemi
Kaki, tangan, dan kepala semuanya di pijit
Kesempatan mengusap kepala pak etek
Aku agak trauma rasanya
Terbayang saat terakhir papaku
Terbayang saat terakhir kakak iparku
Dalam hati aku berdoa
Semoga pak etek cepat sembuh
Setelah kami merasa badan pak etek mulai panas
Haripun sudah malam
Kami pamit
Sebelum pulang kerumah adikku
Kami mampir dulu ke rumah kakak tante
Memberitahukan keadaan pak etek
Biar ada yang menemani tante
Alhamdulillah
Tadi suara pak etek di telpon
Sudah kencang seperti biasa
Dan terdengar senang dan bahagia
Terima kasih Ya Allah
Engkau beri kesempatan padaku
Untuk mengusap kepala pak etekku
Yang tak pernah terbayangkan dalam hidupku
Bengkulu, 10 April 2010
Hanifah Damanhuri