TEROMPET KEMATIAN
Setiap mendengar bunyi terompet di TV
Memberitahukan tentang kematian WS
Ingatanku melayang ke kota Bagan Si Api-Api
Kota yang penghuninya mayoritas bermata sipit
Sebelum aku berkunjung ke kota Bagan Si Api-Api
Dalam otakku tersimpul
Dimanapun si mata sipit berada
Umumnya kehidupan mereka di atas rata-rata
Di kota Bagan Si Api-Api inilah pada tahun 80 an
Aku menyaksikan kehidupan si mata sipit
Yang lengkap status sosialnya
Yang kaya sekali sampai yang termiskin ada di sana
Pasarnya walau kecil
Banyak barang impor disana
Dengan kualitas yang bagus
Dan harga terjangkau
Berada di kota Bagan Si Api-Api
Orang Melayu
Menjadi tamu di negeri sendiri
Bahasa dan budaya, asli Tionghoa punya
Ikatan kekeluargaan si mata sipit
Memang luar biasa
Sekali dia percaya
Semua keluarga semarga ikut percaya
Suatu hari aku terkejut
Ada bunyi terompet dan iring-iringan
Lewat di depan rumah kakakku
Di Jalan Sudirman kalau tidak salah namanya
Kulihat tanggal di kalender
Bukan hari istimewa
Kuperhatikan iring-iringan tersebut
Pemandangannya aneh terasa
Ada rombongan berbaju goni
Ada rombongan berbaju hitam
Dikanan dan dikiri rombongan
Kain warna-warni dibentang sebagai pagar
Malamnya kakakku bercerita
Iring-iringan tersebut adalah
Bagian dari acara kematian si mata sipit
Semakin kaya yang mati, semakin panjang iringannya
Sekarang kota Bagan Si Api-Api
Sudah tak seperti dulu lagi
Aku tak tau
Apa budaya simata sipit masih dominan disana
Bengkulu, 4 April 2010
Hanifah Damanhuri