MABUK “KEPAHYANG”
“Nanti kalau Pulkam lagi
Ganti mobil ya”, kata kakakku
Aku tertawa nyengir
Sementara hati bersedih
Pulang ke Padang beberapa hari yang lalu
Kubeli mobil baru yang keren
Lengkap dengan sopir
Tapi belinya sebangku
Dari Bengkulu ke Padang
Aku merasa nyaman saja
Ketika meliwati perbukitan
Dengan jalan mendaki dan berkelok-kelok
Jelang memasuki kota Kepahyang
Di sore yang cerah sekali waktu itu
Ketika dari Padang ke Bengkulu
Mobil yang kami beli sebangku
Ukurannya lebih kecil dari sebelumnya
Walau dilengkapi AC
Sang sopir lebih suka buka kaca
Dini hari
Mobil kami
Berada di perbukitan
Menurun pelan-pelan
Di jalan yang berkelok-kelok
Terpaan angin dan dinginnya udara perbukitan
Serta guncangan mobil meliwati belokkan
Membuat perutku mual
Mobil dihentikan ketika aku minta kantong
“Buka pintu dan muntahkan diluar bu”, kata sopir
Begitu pintu terbuka
Buuuuaaaarrrr
Aku muntah menjadi-jadi
Lemas langsung badanku
Terbebas dari tikungan
Dan ketika bertemu warung makan
Kami singgah
Aku beli teh hangat
Ketika mobil berjalan lagi
Aku tertidur
Terjaga ketika sopir bertanya
Yang mana rumahnya
Pas mobil berhenti di depan rumah
Aku kembali muntah lagi
Mabuk “Kepahyang”, kata orang Bengkulu
Begitulah penderitaanku
Bila melewati bukit daerah Kepahyang
Kecuali aku makan antimo
Dan tidur disepanjang jalan tersebut
Tanpa melihat pemandangan yang indah
Bengkulu, 25 April 2010
Hanifah Damanhuri
NB. Ini catatan orla tentang tikungan http://www.pdp.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=841