Kamis, 25 Desember 2008

SABAR YAA

SABAR YAA

Dulu ketika aku masih muda
Hitam mengkilap
Jangan di tanya
Betapa perkasanya diriku
Mendaki
Menurun
Berkelok-kelok
Di jalan lurus apa lagi
Aku melaju dengan lancar
Tidak banyak tingkah
Namun tetap dengan prinsipku
Terbujur lalu
Terbelintang patah

Selain diriku
Aku mampu menarik beberapa gerbong
Yang isinya jangan di tanya ragamnya
Semua ku angkut
Semua ku bawa

Ketika tak banyak lagi yang bisa kubawa
Tak ada lagi pasokan energi untukku
Aku dianggap tak berarti lagi
Aku di kirim kerantau
Rantau yang indah dan ramah
Jalannya tidak banyak tanjakkan
jalannya tidak banyak tikungan
Jalannya tidak banyak menurun
Pengagumku banyak
Dengan limpahan kasih dan sayangnya
Aku terlena
Hampir merantau cina

Sekarang
Di usiaku yang mulai uzur
Aku dijemput dari rantau
Lihatlah
Mereka menangis melepasku
Tak ingin berpisah denganku
Namun aku harus pulang
Terpaksa pulang
Pokoknya pulang

Huuhhhh
Perjalanan yang melelahkan
Woowww
Aku menghadang rombongan Presiden
Aduh
Akupun terganjal rombongan presiden
Wah asyik
Istirahat dulu ah

Sejak beberapa hari ini
Aku disiapkan
Untuk bisa berjalan
Dengan roda sendiri
Bunyiku yang heboh
Telah dinanti-nanti banyak orang
Kulihat wajah-wajah lelah
Lelah bagaimana caranya
Agar aku bisa berjalan di REL KA
Beberapa kali rencana yang sudah di susun
Gagal dan gagal lagi
Ada saja dari tubuhku yang sudah renta
Yang tidak berfungsi lagi
SABAR YA
Aku sudah tua

Dengan begitu
Aku bisa menguji
Siapa yang benar-benar mencintaiku
Siapa yang tepat menjagaku, merawatku

Eh eh eh lihat
Aku sudah siap untuk berjalan
Ayo kita berangkat
Tut tut tuuuuuutttttt
Siiiaaapa hendak turuuuuut



Bengkulu, 18 Desember 2008


Hanifah Damanhuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya tunggu komentar anda