Kamis, 25 Desember 2008

TAK ADA QURBAN WAKTU ITU

TAK ADA QURBAN WAKTU ITU

Sebentar lagi
Lebaran haji
Saat yang dinanti
Menonton pemotongan sapi
Mulai sapi di ikat kaki-kakinya
Direbahkan
Dipotong lehernya
Darah yang muncrat
Lenguh sapi serta geleparnya
Sampai dinyatakan mati
Lalu dikuliti
Dipotong-potong
Di timbang
Dikantongi
Di bagi-bagi
Kepada masyarakat yang sudah antri

Suatu waktu
Pernah terjadi dikampungku
Tak seorangpun yang berqurban di mesjidku
Membuat lebaran haji
Terasa sepi
Tak terdengar lenguhan sapi
Tak terdengar sorak sorai
Membuat hati menjadi pilu
Sebegitu melaratkah warga kampungku ?

Tak ingin terulang kisah yang sama
Panitia mesjid membuka arisan Qurban
Dibayar mingguan
Semampu jamaah mesjid
Dengan cara begitu
Hampir semua jamaah di mesjid kampungku
Hingga saat ini
Ber lomba-lomba
Ikut menjadi peserta Quirban
Tak peduli penghasilannya berapa
Tak peduli pekerjaannya apa
Hingga dihari raya
Semua bergembira

Hal yang serupa
Pernah juga kami lakukan
Arisan Qurban
Di tingkat RT
Bayarnya sebulan sekali
Ketika arisan ibu-ibu se RT
Lumayan terbantu
BerQurban terasa ringan

Pernah berQurban
Tak berQurban
Terasa
Tak ada kebanggaan
Tak sempurna kebahagiaan
Lihatlah
Betapa manis senyuman
Mereka yang dapat daging Qurban



Bengkulu, 4 Desember 2008


Hanifah Damanhuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya tunggu komentar anda