Sabtu, 01 Mei 2010

MAMAKU DJASIDAR UMAR

MAMAKU DJASIDAR UMAR

Aku dilahirkan dan dibesarkan
Oleh wanita Minang yang luar biasa
Wajahnya rupawan
Berpendidikan
Sholehah
Sangat penyayang pada keluarga

Mamaku lahir pada tanggal 26 Juni 1926
Dan diberi nama Djasidar Umar
Dari kecil sudah piatu
Di asuh oleh kakaknya Syamsiar Umar
Yang kami panggil Umi
Yang usianya terpaut 8 tahun
Ayahnya Umar berpoligami
Salah sorang istrinya kami panggil Gaek Udo
Saudara dari nenekku

Aku masih bisa menyaksikan dan merasakan
Bagaoimana sayangnya Umi
Kepada adiknya yaitu mamaku
Tak pernah berakhir sampai akhir hayatnya
Mereka berdua meninggalkan kami
Diselang waktu tak sampai dua bulan
Mamaku melepas kakaknya di Jakarta
Berikutnya mamaku tewas di meja operasi di Padang

Setamat dari sekolah rakyat
Mamaku melanjutkan ke Diniyah Putri Padang Panjang
Aku tak tau persis
Kapan mama jadi guru
Kapan mama disunting papaku
Yang aku tau
Perjalanan hidup mamaku
Bak cando roda padati

Kondisi yang paling berat
Ketika ke dua kakakku kuliah
Sementara aku dan 3 orang saudaraku sekolah
Papa baru belajar jadi petani
Disinilah kehebatan mamaku teruji
Dengan berbagai cara dan upaya
Mama lakukan
Asal pendidikan anak tak terganggu
Emas perhiasan satu-satu dilepas
Sawah peninggalan satu-satu tergadai
Koperasi sekolah bak mamak kandung
Ditambah pertolongan sanak saudara
Dan karib kerabatnya

“Kalau sudah besar nanti
Di tambah nama ya
Baik di belakang maupun di depan
Seperti Prof… “
Begitu cara mama memotivasi anak-anaknya
“Harta kami tinggalkan
Kalian akan bertengkar sepeninggal kami”
Kata papaku meningkahi

Alhamdulillah
Berkat Rahmat dan Kurnia dari Allah SWT
Setelah kakakku bekerja
Dana pendidikan aku dan saudaraku yang lain
Diambil alih kakak-kakakku
Cita-cita mama agar nama anak-anaknya bertambah
Dikabulkan Allah
Namun belum ada yang sampai bergelar Prof….

Aku dengan kondisi tidak lagi prima
Masih berusaha mewujudkan impian mamaku
Semoga cita-cita mamaku tercapai. Amin

Kutulis cerita ini
Di hari HarDikNas
Untuk mengenang mamaku
Pahlawan pendidikan di tengah keluarganya
Rela berkorban dengan harta, jiwa dan raga

Mama
Kata si Hilma
Aku yang paling banyak dapat doa
Karena aku yang paling badung diantara mereka

Mama
Aku bahagia
Dihari-hari terakhir mama di RS
Aku terpilih mendampingi mama
Mama pindahkan selimut mama padaku
Ketika mama sholat Tahjud
Mama bikinkan aku susu
Untuk diminum sehabis mandi
Mama kupaskan aku mangga
Sehabis kita mengaji bersama
Kenangan tersebut sangat indah mama

Mama
Aku yakin
Allah menempatkan mama disisi-Nya
“Mama wanita yang berbeda”, kata papa
Selamat beristirahat mama
Doa kami menyertai mama

Bengkulu, 2 Mei 2010


Hanifah Damanhuri