Kamis, 22 November 2012

Cerita tentang “SAHABATKU” Bung Ricky Avenzora



Cerita tentang “SAHABATKU” Bung Ricky Avenzora

Suatu hari aku mengeluh
Tentang sahabat-sahabatku
Yang menggunakan asumsinya
Untuk menghakimiku

Dia kirimi aku puisi “Sahabatku”
Untuk menenangkan aku
Sungguh
Waktu itu sulit kucerna maknanya

Seiring berjalannya waktu
Dengan sabar
Dia menuntunku
Untuk memahami makna tulisannya

Namun
Aku tak kunjung mengerti juga
Keluhan juga baru
Yang dia dengar dari mulutku

Suatu hari dia marah padaku
”Bakar semua kayu yang bersilang di dada
Bersyukurlah
Jangan merasa bangga saat dipuji
Jangan merasa terhina pada saat dihina”

Aku terdiam
Tak mampu lagi berkata-kata
….

Malam ini
Kubaca lagi “Sahabatku”
Alhamdulillah
Sudah terasa bedanya


Padang, 18 Januari 2012


Hanifah Damanhuri


SAHABAT KU
by : Bung Ricky Avenzora

Sahabatku adalah seluruh bagian jiwaku yang telah dipercayakan ALLAH pada ku.
Jiwa ku yang kata orang adalah pemarah tapi juga pengasih
Jiwa ku yang kata orang adalah kejam tapi juga penyayang.
Jika ku yang kata orang sangat keras dan kasar tapi juga halus dan lembut.
Jiwaku yang kata orang pemberani tapi juga sangat penakut.
Jiwaku yang sangat kikir tapi juga kata mereka pemurah..
Jiwaku yang biadab tetapi juga kata mereka terlihat merangkak menuju cahaya NYA.
Jiwa yang entah mengapa tidak memperdulikan neraka apalagi surga.
Jiwa yang hanya meminta untuk tetap dapat berjalan lurus menuju DIA YANG ESA.

Sahabatku adalah seluruh raga ku yang telah DIA titipkan padaku.
Tubuhku yang ternyata juga berlapis tujuh seperti langit dan lapisan di bumi.
Tubuhku yang ke empat puluh anggotanya tidak pernah mengeluh menjalankan tugas
dari Sang Maha Pencipta.
Ketika mata ku sering berpuas diri saat melihat cantiknya wanita, sedangkan
dubur ku hanya selalu menjadi tempat mengeluarkan kotoran yang bau saja.

Sahabatku adalah seluruh isi jagad raya yang telah dan akan diperkenalkan ALLAH
kepada ku.
Dari kuman di seberang lautan yang lebih sering tampak dari pada gajah yang ada
dipelupuk mata.
Dari cacing kremi yang waktu itu membuat gatal lubang pantat ku hingga gulai
ayam buatan istriku yang nikmatnya terbawa hingga ke dalam mimpi.
Dari lumpur rawa yang busuk hingga putihnya awan yang ingin ku raup ketika duduk
di kursi nomor 1 di dalam pesawat terbang saat itu.
Dari si Aminah yang terlihat cantik di dalam balutan mukena nya hingga sang
artis yang begitu menggairahkan karena pahanya yang sering terbuka.
Demikian pula si Badu yang dulu biadap mengkhianati atau si Fulan yang meninju
hidungku hingga si Benjol yang menangis karena aku tak mau menerima uang
pemberiannya disaat ia ingin menolong aku yg sedang susah.
Begitu pula ayah dan bunda ku yang kasih sayang nya pasti sepanjang masa hingga
adik-adik dan saudaraku yang kasih sayangnya bisa hanya sepanjang badan.
Demikian pula istri serta anak-anak ku yang kucinta dan ku sayang sebagai
titipan ALLAH untuk seiring berjalan menunaikan amanah hidup dan kehidupan yang
telah DIA tentukan atau hanya akan berakhir dalam nafsi-nafsi di pengadilan
Padang Mashar nanti.
Termasuk juga para hantu yang sering DIA ijinkan untuk menakut-nakuti aku hingga
matahari yang DIA terbitkan di barat pada malam hari.
Tentu juga Si Izrail, Si Mukar dan Nakir, Si Israfil, Si Ridwan dan si Malik
yang menunggu waktu untuk bertemu aku pada masa yang telah DIA tentukan.

Sahabatku adalah semua yang telah menepati janji nya seperti yang telah ditulis
di Lauful Mahfuz.
Yaitu janji untuk membantu aku bertemu Tuhan ku ataupun janji untuk merintangi
dan menguji imanku pada DIA YANG MAHA SEGALA nya.
Sahabatku adalah aku, Aku dan AKU.
Yaitu aku yang bodoh dan hina,
Yaitu Aku yg membawa cahaya kebenaran, dan
AKU yang tinggi dan harus tunduk pada DIA YANG ESA.

RS Husada
Jakarta, 2 Mei-09.
03.15 WIB
Powered by Telkomsel BlackBerry®