Komunikasi Antara Aku dan
Bung Ricky Avenzora
Tanggapan
sahabatku
Membuatku
terkejut dan tercengang
Aku
teringat nasehat Bung RA dua tahun yang lalu
Tentang
komunikasi kami yang singkat di milis RN
Kucari
dan kuperiksa tulisan-tulisan Bung RA
Akhirnya
kutemukan tulisan Bung RA
Yang
menanggapi tulisanku “MERENUNG”
Kemampuan
Bung RA membaca yang tersuruk
Jauh-jauh
hari telah mengingatkanku
Tentang
akan beragamnya
Pandangan
orang lain terhadap komunikasi kami di milis RN
Waktu
itu aku tak begitu memperhatikan nasehatnya
Nasehat-nasehatnya
yang lain
Yang
ditulis dalam bahasa tingkat tinggi
Telah
memusingkan kepalaku memahaminya
Beberapa
bulan yang lalu
Aku
dan Bung RA
Kembali
berkomunikasi di FB
Dalam
bahasa lebih suka-suka
Kadang
memakai bahasa ibuku
Nasehatnya
diberikan dalam canda dan tawa
Suatu
hari Bung RA memintaku
Untuk
tidak menulis yang tidak bermanfaat lagi
Aku
ambil langkah aman
Aku
copas tulisan Bung RA dan kubingkai
Aku
berharap ada manfaat yang didapat pembaca
Ternyata
Memang
beragam tanggapan pembaca
Padang,
1 Maret 2012
Hanifah
Damanhuri
MERENUNG
Sejak
tadi malam hingga kini
Cuaca
di bumi Raflesia buruk sakali
Hujan dan reda datang silih berganti
Awan
kelabu menyelimuti bumi
Hingga
sesiang ini
Mentari
tak kunjung menampakkan diri
Usai
melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
Aku
coba merenung
Merenung
tentang diri sendiri
Kuingat-ingat
pesan Bung Ricky Avenzora
Yang
diberikan khusus untukku
Tak
boleh aku berikan kepada orang lain
Sebelum
aku melaksanakannya
Kuingat-ingat
pula pesan datuknya
“Mulailah
dengan Bismillah
Berjalanlah
dengan Alhamdulillah”
“Apo
nan dibuek, itu nan dapek”
Teringat
pula ketika aku bercerita
Tentang
sahabat-sahabatku
“Semua
isi jagad raya adalah sahabat
Semua
membawa kita tunduk pada-Nya”, sanggahnya
Pelajaran
Bung Ricky Avenzora
Sulit
dicerna dalam seketika
Butuh
waktu dan pengalaman
Untuk
memahami maksudnya
Lambat
tapi pasti
Aku
mulai memahami
Apa
arti
Semua
isi jagad raya
Adalah
sahabat
Yang
membawa kita
Tunduk
pada-Nya
Alhamdulillah
Bengkulu,
13 Mei 2010
13 Mei 2010
Hanifah
Damanhuri
Damanhuri
TANGGAPAN
BUNG RA Tanggal 14 Mei 2010
Dear
Uni Iffah,
1.
Terima kasih atas email yang Uni forward kan.
2.
Dalam banyak sisi saya merasa malu karena nama saya harus ikut disebut
dalam keindahan kata dari Puisi Merenung yang Uni tulis. Sungguh nama saya
tidaklah bernilai apa-apa dibandingkan dengan keindahan dan kedalaman makna
dari aliran fikir serta rasa yang terkandung dalam puisi Uni itu.
3.
Di satu sisi, saya bersyukur dan ikut berbahagia karena kembali Sang Ilahi
telah memberikan hidayah NYA pada saya untuk menyaksikan kebenaran janji NYA
kepada setiap makhluk NYA yang memenuhi janji pula kepada Sang Ilahi.
Dalam
segala kebodohan yang saya miliki, saya melihat dan merasakan bahwa aliran alam
akal dan alam rasa yang Uni miliki telah "hidup" dalam rangkaian
tulisan Uni. Tulisan Uni telah hidup dan membangun jiwa nya sendiri. Selamat ya
Ni.
4.
Berkaitan dengan istilah "pencerahan" yang Uni pakai, saya fikir dan
saya yakini komunikasi yang terjadi antar kita bukanlah masuk dalam kategori
"pencerahan" sama sekali.
Saya
sama sekali tidak pernah berfikir dan berniat untuk memberikan pencerahan pada
Uni. Dalam keyakinan saya, kalaupun ada aliran fikir dan/atau rasa yang
tertuang dalam kata ketika berkomunikasi dengan Uni maka itu semata-mata
hanyalah "catatan kehidupan" (bukan "catatan hidup") yang
telah sampai waktunya.
Setiap
kata dan kalimat yang Uni baca dalam komunikasi saya dengan Uni adalah
"hak kehidupan" yang tertulis dalam "catatan kehidupan"
yang Uni miliki. Begitu pula sebaliknya ketika ada kata dan kalimat yang saya
baca dari Uni.
Jika
tidak ada hak yang tertulis dalam "catatan kehidupan" seseorang, maka
sampai kapanpun tidak akan ada satupun "pintu kehidupan" yang terbuka
baginya untuk meraih sesuatu yang dia inginkan.
Jika
memang ada "hak" nya, maka masa pasti akan membawakan waktu
agar "catatan kehidupan" tersebut mewujud dalam "catatan
hidup" seseorang.
Suatu
kali "catatan kehidupan" itu akan dikatakan syahdu menyenangkan dan
bernilai oleh orang yang memilikinya, tapi pada saat lain "catatan
kehidupan" itu akan dia katakan menyakitkan dan menimbulkan benci.
Padahal,
"catatan kehidupan" adalah tetap "catatan kehidupan",
apapun itu harus disyukuri ketika masa yang berjalan telah membawakan sampainya
waktu untuk menghantarkan "catatan kehidupan" itu mewujud menjadi
"catatan hidup" orang yang memilikinya.
Ketika
tangan kanan berbahagia untuk selalu menjadi tangan yang lebih dahulu untuk menyentuh
semua yang dianggap baik dan membahagiakan oleh manusia, lihatlah tangan kiri
ternyata tidak pernah merasa malu ketika dia harus kembali bertugas
membersihkan najis dari dubur sang manusia.
Tangan
kanan memang selalu dituliskan dan diajarkan agar selalu mengambil bagian yang
oleh si pemiliknya dianggap baik dan membahagiakan.
Tangan
kanan memang memuji dan dipuji, tetapi ternyata ketika menghadap ILAHI maka
rupanya hanya tangan kiri lah yang dijinkan untuk bisa langsung menyentuh tubuh
sang Muhammad ataupun jasadnya yang telah mati dan dimatikan.
Menyadari
hal itu semua, maka selama ini saya tidak pernah mau mencuatkan istilah
"guru dan murid" antara saya dengan siapapun yang sedang
berkomunikasi dalam mendikusikan "hidup dan kehidupan". Untuk itulah
maka saya menganggap istilah "pencerahan" yang Uni pakai tidak tepat
dlm proses komunikasi kita.
5.
Tanpa kita lakukan suatu test, maka saya sangat yakin bahwa berbagai komunikasi
kita dulu di RN adalah akan mempunyai arti berbeda-beda bagi kawan-kawan lain
yang ikut membaca komunikasi kita.
Bagi
sebagian orang, barangkal komunikasi kita tersebut hanya menimbulkan
cibiran dibibirnya.
Bagi
sebagian lain, barangkali menimbulkan fikiran yang berujung pada pengetahuan
yang dia rujukan pada buku yang pernah dia baca ataupun membandingkan
serta mempertentangkannya dengan ajaran yang pernah dia dengar serta ketahui.
Pada
sebagian orang lain, mungkin menimbulkan rasa yang berujung pada empati,
simpati ataupun antipati.
Barangkali
pula pada segelintir orang menggugah fikir dan rasanya bersamaan atau berurutan
dan kemudian membangunkan ilmu yang ada didalam dirinya.
Semua
itu adalah hak mereka sesuai "catatan kehidupan" yang mereka miliki.
6.
Ketika ilmu yang ternyata bangun, maka hati-hatilah dalam membedakan
"siang dan malam", dalam menyatukan "hitam dan putih",
dalam memperlakukan "pemilik rumah dan tuan rumah", dan dalam
meloncati "pagar dan terali" yang memang harus disediakan bagi mereka
yang pasti akan menjadi liar dan tak terkendali jika tidak dirantai atau
dikungkung sepanjang hari.
Meskipun
agak banyak "hati-hati", tetapi tidak perlu takut untuk memberikan
hak pada ilmu yang bangun itu untuk ikut membangun jiwa dan menumbuhkannya
menjadi tinggi hingga mencapai singgasana bijak yang diimpikan banyak orang.
Selama
kita ingat bahwa bijak bukanlah untuk dipuji ataupun untuk dijadikan gelar di
belakang nama diri, maka Insya Allah ilmu yang bangun tadi pasti akan menuntun
kita untuk bisa semakin membuktikan kemaha Esa-an Sang Ilahi, ALLAH s.w.t.
7.
Sekali lagi selamat ya Ni. Salam hormat utk Uda dan keluarga.
La
haula wala quwwata illa billah.
Salam,
r.a
r.a
Powered
by Telkomsel BlackBerry®