Kamis, 06 Desember 2007

HARI HARI TERAKHIR PAPAKU

HARI HARI TERAKHIR PAPAKU

20 Juli 2000 sekitar pukul 16.00 WIB
Adikku memberitau lewat telpon
“ papa stroke, pulanglah”
Usia papaku waktu itu jelang 81 tahun

Biasanya kalau papa sakit
Aku sering pulang sendirian
Kali ini aku khawatir
Ku ajak anak-anak dan suami

Sesudah Magrib kami berangkat dengan mobil sewaan
Besok paginya kami sudah sampai di Payakumbuh
Di rumah kakakku yang tertua
Kakakku ahli penyakit dalam

Papa di rawat dirumah saja
Waktu kami sampai
Di sana sudah ada kakakku yang dari Jakarta
Etekku yaitu adik perempuan papa juga sudah hadir

Ku lihat papa sudah dipasangi oksigen, dan infus
Kondisinya agak kritis
Semua yang hadir
Menunjukkan wajah yang tegang dan pasrah

Alhamdulillah besoknya masa kritis papa lewat
Tabung oksigen di lepas tapi infus masih terpasang
Kadang kakakku menyalurkan makanan lewat hidung papa
Aku nggak berani menyaksikan
Adikku lebih berani tapi dengan air mata terurai

Kondisi papa semakin hari semakin membaik
Infuspun akhirnya dilepas
Kamipun sudah bisa berkomunikasi satu arah dengan papa

Karena tempat tidur papa luas
Kami anak-anaknya sering menemani papa
Ikutan tiduran atau duduk disamping papa

Suatu malam tanggal 23 Juli 2006 kalau tidak salah
Papa minta duduk bersandar
Tiba-tiba sepertinya papa melihat sesuatu
Lalu papa menyalami suamiku yang berada disampingnya
Kakakku yang baru masuk kekamar juga disalami.
Kami bingung dan saling pandang
Lalu kakakku bercanda …” taraso lai... takatoan indak… , duh gimana kita bisa tau ya ? “

Aku yang duduk disamping papa mengajak papa mengaji
Aku Tanya papa .. “ kita mengaji surat apa papa ? “
“ AlFA …FAH … “ kata-kata yang kurang jeas yang diucapkan papa
Aku sebut beberapa nama surat yang aku tau
Papa menggeleng setiap ku sebut
“ Berdasarkan nomor surat ya pa “, pintaku
“ Surat satu “, papa langsung mengangguk.
“ Alfatihah ?”, tanyaku
Lagi-lagi papa mengangguk.
Kami membaca Alfatihah
Setelah selesai kutanya papa lagi
“ diteruskan ke sutat berikut?”
Papa menggeleng
“ diulangi Alfatihahnya? “
Papa mengangguk
Akhirnya kami membaca Alfatihah berulang-ulang.
Anak-anakku juga kuminta untuk mengaji Alfatihah bersama kakeknya.
Kulihat papa tersenyum bahagia dengan suasana ini.

Tanggal 24 Juli 2000 malam hari
Kakakku mengumumkan kalau masa kritis papa sudah lewat
Sudah boleh kembali ke tempat masing-masing
Kasihan anak-anak

Aku bilang ke suami “ kembalilah ke Bengkulu dengan anak-anak, aku mau jaga papa “
Suamiku setuju dan besoknya berencana kembali ke Bengkulu
Sekitar Jam 10 pagi suamiku dan anak-anak diantar kakak iparku ke Bukittinggi
Bersama mereka kakakku yang dari Jakarta beserta etek juga ikut ke Bukittinggi
Kakakku dan etek mau mampir ke kampungku SungaiTanang

Sehabis melepas suamu berangkat
Aku kembali kekamar papa yang ditinggal sendirian
Aku lihat papa atur sendiri tangannya
Papa angkat tangan kirinya pakai tangan kanan
Papa taruh tangan kiri diperut lalu tangan kanan diatasnya seperti posisi sholat
Aku terkejut lalu aku urai tangan papa
Aku ambil telapak tangan papa
Aku usapkan ke pipiku bergantian antara yang kanan dan yang kiri
Ku tanya papa waktu kuusapkan tangan kiri
“ Terasa pa? “
Papa mengangguk
Aku bingung, kata orang kaki atau tangan yang mati, tidak ada rasa
Ku pegang kaki papa bergantian
Ku Tanya lagi papa ketika ku pegang yang kiri
“ Terasa pa”
Lagi-lagi papa mengangguk
Ku pegang lagi kaki papa
Aku merasa kedua kaki papa dingin

Kakakku masuk kamar
Kuberitau kakakku tentang kaki papa yang dingin
“Carilah Balsem, mungkinkarenan darah tidak mengalir, uni mau sholat dulu”
Ku usap kaki papa dengan balsem

Selesai kakakku sholat dia duduk disamping papa dan baca Alquran
Aku dipanggil si mbak nani ke dapur
Waktu aku akan keluar dari kamar
Ku lihat papa menatapku tanpa berkedip
Seperti tatapan mama ketika kulepas ke ruang operasi
Dan itu adalah tatapan terakhir

Di dapur kami bercerita tentang tatapan papa tadi
Mbak nani juga bercerita ketika menyapu kamar tadi pagi
Juga di tatap papaku tanpa berkedip

Sedang asyik bercerita
Aku dipanggil keponakkanku
“ Etek, mama manggil “
Aku berlari kekamar
Ku lihat papa lalu kusambar Alquran
Entahlah entah masih ada atau tidak
Aku baca surat Yassin mengiringi kepergian papa.
Innalillahi wa innailaihi rajiun

Kakakku bercerita dia sempat ketiduran ketika mengaji disamping papa
Waktu terbangun dia lihat wajah papa berubah
Saat itu Azan Zuhur lagi berkumandang dari Mesjid
Dia pimpin dan iringi kepergian papa

Bengkulu, 25 Februari 2007



Hanifah Damanhuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya tunggu komentar anda