MAKAN BERJAMBA
Antri mengambil nasi
Makan sambil berdiri
Kadang sambil jalan kesana kemari
Itu sudah biasa terjadi
Entah dimana sisi manusiawi
Aku rindu makan berjamba
Makan bersama sanak saudara
Di pesta- pesta keluarga
Begitu kakakku memberi tahu
Pesta beli Sirih dan Sumandan
Akan di gelar dikampungku
Kubayangkan
Orang akan makan berjamba
Kubayangkan
Rasanya aku sudah tidak bisa
Kubayangkan
Aku tetap ikut berjamba
Bersama saudaraku
Biar kalau nasi terpelanting dari mulutku
Akan jatuh ketempat saudaraku
Makan Berjamba
Makan di satu piring besar bersama
Cara menyuap lain dari biasa
Tak boleh makan cepat-cepat
Tak boleh makan capak-capak
Tak boleh makan bertebaran
Tak boleh ambil kapling teman sebelah
Yang dimakan yang ada pada kapling sendiri
Makan berjamba
Menuntut kehalusan budi
Harus bisa menahan diri
Serempak ketika menyuap
Bukan berebut
Makan berjamba
Kadang ditemani tuan rumah
Kadang hanya sesama tamu
Tergantung pesta yang digelar
Makan berjamba
Menunya bervariasi
Untuk pesta tertentu
Menu wajibnya ditentukan
Makan berjamba
Terakhir kali aku ikut serta
Lima tahun yang lalu
Di rumah istri mamakku
Dunsanak laki-laki sesuku
Makan berjamba
Butuh ruang yang besar
Butuh pasumandan yang banyak
Butuh waktu yang lama
Akhirnya
Tanpa bisa di tunda
Makan Berjamba
Tinggal nama
Bengkulu, 8 September 2007
Hanifah Damanhuri
Rabu, 05 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya tunggu komentar anda